Kamis, 25 Mei 2017

Praktik Lapangan Terpadu 2017 - Chapter 5

Assalamualaikum

Selamat tengah malam rekan pembaca. Cuma mengingatkan, kalian boleh kok baca ini tengah malam langsung, asal gak sambil di tengah jalan bacanya. Ceritanya mau ngelucu, tapi kagak lucu ya? Yaudah dah.

Daripada gagal lucu berkelanjutan, mending Sarah bercerita PLT berkelanjutan. Boleh?

Boleh aja ya, kan kalau cerita ditulisin gini mengurangi resiko stres buat Sarah. Iya tau Sarah punya salah karena telat ngeposting ini, maafin boleh?

Boleh dong, seenggaknya kasih kesempatan Sarah menebus kesalahan dengan bercerita. Sepakat yayayaaa? 

Berhubung yang mau diceritain hanya berkisar tiga hari, tapi berkesan. Biasa, di waktu-waktu mau perpisahan jadi kesan hidup menjadi masyarakat di Kampung Cikoneng 2 makin terasa. Ada rasa bahagia bisa hidup bersama bahkan diterima dengan suka cita oleh masyarakat disana. Ada pula rasa gak rela, yap gak rela melepas kebahagiaan yang ada disana meskipun gak betah di minggu-minggu awal.

Jumat pagi tanggal 19 Mei 2017, rutinitas posko seperti biasa. Yang piket ya piket, yang ngajar ya ngajar, yang males-malesan ya pada pulang ke rumah atau kosan masing-masing. Sarah ngapain hayo? Sarah kebagian ngajar RA sampai jam 10.00 WIB.

Selesai ngajar, Sarah sibuk dengan hadiah yang akan dibagikan kepada anak-anak madrasah yang mengikuti lomba. Mulai dari beli sampai ngebungkusnya jadi kado. Lelah, sudah pasti.

Anggota yang lain sibuk apa? Beberapa melanjutkan persiapan lomba yang dilaksanakan ba'da Jumatan dan beberapa yang lainnya mempersiapkan untuk penampilan dan dekorasi di penutupan yang dilaksanakan esok hari.

Alhamdulillah lomba pendidikan ba'da Jumatan berjalan lancar dan sukses meskipun gak sesuai jadwal, agak molor dikit lah ya waktunya. Tapi tenang, hasil jepretnya ada kok. Nih lihat-lihat ulud (baca: dulu) kak!;)



Dua aja cukup kan? Kalau banyak-banyak nanti takut sayang; sayang kuota dikit lagi soalnya udah mau habis hahaha.

Selanjutnya rutinitas Jumat malam yaitu pengajian di rumah Pak Ustadz Ikin, suami Bu Entin. Sebelum pengajian mulai, kami ikut serta mempersiapkan jamuan untuk jama'ah pengajian. Ya kami, tujuh wanita yang memang lebih produktif dari laki-lakinya.

Meskipun awalnya sengaja dibagi dua agar bagian satu ikut pengajian dan bagian lainnya ikut rapat dengan karang taruna. Namun sayang, sepertinya ada rasa kurang tanggungjawab pada diri anggota yang lain hingga menyebabkan rapat karang taruna gak dihadiri oleh mahasiswa. Hoax, Sar? Gak, itu fakta ya walaupun keliatan jeleknya kan kelompok Sarah. Ketawain aja dah yuk, hahaha!

Lanjut ke Sabtu pagi, Sarah piket. Selesai beresin posko Sarah lanjut ke lapangan tempat lomba ketangkasan dilaksanakan. Hasil jepretnya? Ini ada kok!



Banyak video sih sebenarnya, cuma gimana ya? Buat upload video kuotanya terbatas, akhir bulan gini amat dah.

Langsung lanjut ke acara malam, acara puncak penutupan PLT. Kalau sekarang, Sarah kasih foto-foto aja ya. Sudah mulai lelah bercerita. Butuh kasur dan tidur.







Sama kaya lomba-lomba ketangkasan, acara penutupan penuh sama video. Enaknya sih Sarah edit dulu videonya, tapi apa daya, belum bisa edit video meskipun keinginan edit udah membengkak.

Selanjutnya di hari Minggu pagi, acara pamitan sama masyarakat. Sedih gimana gitu mau ninggalin masyarakat Kampung Cikoneng 2. Tapi tenang, masalah silaturahmi tetap terjalin loh! Oh iya cerita sedikit lagi ah.

Ketika anggota lain pamitan sama Bu Entin dan keluarganya, Sarah sama Irma malah semangat nyari singkong buat oleh-oleh. Niat mau beli, eh malah dikasih. Alhamdulillah.

Karena penasaran, Sarah sama Irma nyangkul sendiri buat ngambil singkongnya. Tolong gak salah paham ya, singkongnya diambil setelah izin ke Pak Karna, yang punya kebun singkong. Kalau cangkulnya, pinjam ke Pak Ustadz Ikin yang kebetulan lagi bawa cangkul untuk mengaduk pasir dan semen membangun rumah yang didanai anak pertamanya.

Tau rasanya nyangkul gak hayo? Asik loh! Tapi cape juga sih, harus punya semangat lebih buat nyangkul. Kamu mau nyemangatin Sarah nyangkul? Hahaha.

Dan ternyata lagi asik-asiknya nyangkul Pak Karna datang membawa alat untuk ngambil singkong dan kardus bekas. Setelah itu Pak Karna mengajak Sarah dan Irma ke kebun yang agak ke bawah. Luar biasa, singkong disana gede-gede karena memang usianya sudah sampai setahun. Butuh foto? Ada dong!



Itu sih cuma dikit. Yang sekardusnya udah dibawain sama Pak Karna. Gak cuma di kardus, karena singkongnya dibagi-bagi juga ke yang lain, Sarah malah kebagian bawa singkong di karung. Endingnya, berasa mudik di motor bawa kardus sama karung. Motor Irma, kalau Sarah bagian nebeng hahaha.

Cukup ya ceritanya. Cukup juga kayanya kisah tentang PLT 2017. Terima kasih sudah membaca, terima kasih sudah bersedia menanti, ditunggu kritik dan sarannya.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan bagi rekan pembaca yang beragama Islam. Dan selamat tidur, semoga nyenyak meskipun waktu tidurnya hanya sekedar menutup mata sesaat.

Wassalamualaikum

Kamis, 18 Mei 2017

Praktik Lapangan Terpadu 2017 - Chapter 4

Assalamualaikum

Selamat hari Kamis, yap karena hari Rabu jaringan Loop gak ada makanya Sarah baru update hari ini. Sekali lagi, mohon maaf ya. Maaf jika membuat rekan pembaca terlalu lama menunggu postingan ini. Yaaa siapa tau jadi ada yang kangen Sarah gitu gara-gara kelamaan nunggu Sarah update postingan. Ups hahaha.

Apa kabar? Baik-baik aja dong pastinya. Kalau emang lagi kurang sehat, semoga lekas sehat, Sarah cuma bisa mendokan yang terbaik untuk kesembuhan rekan pembaca. Kalau kabar Sarah, Alhamdulillah baik. Gak nanya ya? Yaudah iya dah, maaf tiba-tiba bilang kabar padahal kagak ada yang nanya.

Hari ini, masih gak ada hujan kalau dari langit. Yang ada cuma hujan dari mata. Nangis, Sar? Gak nangis, cuma netes aja. Bukan karena gak betah, kali ini karena semakin dekat dengan kata pisah. Yap, hari berpisah dengan masyarakat Cikoneng 2 yang baiknya luar biasa ketika kedatangan mahasiswa seperti Sarah dan kawan-kawan Sarah.

Terutama masyarakat yang emang terlanjur sangat dekat dengan mahasiswa. Karena kedekatan itu juga yang memudahkan komunikasi untuk menjalankan siklus PLT. Meskipun rintangan dan kesulitan datang silih berganti, ternyata waktu sebulan memang sangat kurang untuk menyempurnakan kegiatan PLT dengan siklus.

Postingan ini Sarah mau cerita lagi ya. Menceritakan keakraban Sarah dengan tokoh wanita di Kampung Cikoneng 2 dan anak-anaknya. Seperti dipostingan sebelumnya, Bu Entin masih mendominasi keseharian kami, para mahasiswa. Selain sebagai tokoh wanita, Bu Entin sanggup membimbing kami bermasyarakat di Kampung Cikoneng 2.

Kegiatan yang dilakukan minggu kemarin di tanggal merah yakni melakukan perjalanan wisata dan makan bareng. Perjalanan dari tangga seribu yang dilanjut menuju batu kuda. Ya Kampung Cikoneng, dengan kehidupan masyarakat yang sederhana namun kaya dengan wisata.

Perjalanan dimulai jam 8 pagi, sampai di tangga seribu kurang lebih jam setengah 9 dilalui dengan berjalan kaki. Jam 9 tiba di tangga seribu langsung dilanjut dengan makan bersama, kata orang-orang Sunda sih disebutnya Botram. Selesai makan jam 10 kurang 15 menit, dilanjutkan berfoto bersama. Fotonya menyusul ya, nyelip di dokumen, Sarahnya ngantuk jadi rada males mencarinya. Maafkan.

Selesai foto, perjalanan dari tangga seribu menuju batu kuda dimulai. Kurang lebih jam 10.20 kami rombongan dari Cikoneng 2 tiba di batu kuda. Yey! Cape, kotor, tapi bahagia. Kalau kebahagiaan di batu kuda, insyaAllah menyusul ya videonya. Sinyal kurang mendukung nih buat upload. Selesai menghilangkan penat diteduhnya pohon pinus batu kuda, kami kembali menuju posko dan tiba jam 11 lebih, mendekati waktu Dzuhur.

Kamis kemarin, menjadi hari paling padat diantara Kamis sebelumnya dan tentu Kamis hari ini. Tamu sana sini datang ke posko. Kegiatan sampe malam tak henti. Ditambah melaksanakan pengenalan pembuatan bolu singkong bersama ibu-ibu di Kampung Cikoneng 2 yang juga didampingi oleh Bu Ami, sebagai ibu RW. Menguras tenaga dan pikiran, tapi Alhamdulillah selalu ada kesehatan mengiringi diri Sarah dan teman-teman mahasiswa disini, di posko kelompok 3.

Pembuatan bolu singkong berlanjut di hari Jum'at dan bahkan di hari Selasa kemarin juga ada. Selebihnya, kegiatan mulai berfokus untuk penutupan. Apalagi bendahara, pusying sama uang. Kasian tah yang jadi bendahara, hem.

Ada pula kegiatan pembuatan peta sosial. Peta ini berguna untuk pemberian titik dimana pusat pendidikan, pusat keagamaan dan lain sebagainya. Kegiatan pemetaan sosial masih tetap dibantu oleh Bu Entin.

Selesai dulu ya ceritanya. Kasian rekan pembaca, baca cerita Sarahnya agak gak nyambung, diksinya gak greget dan pokoknya yang minus-minus lah. Ya gini Sarah, kalau ngelakuin sesuatu gak sesuai jadwalnya jadi males-malesan juga ngejalaninnya. Bisa beres sampe salam di akhir juga, daebak! Cerita selanjutnya mudah-mudahan bisa dilanjut di hari Rabu depan ya.

Selamat berakhir pekan rekan pembaca, semoga menyenangkan akhir pekannya. Bantu doa dan semangatnya dong buat Sarah yang lagi pusing sama penutupan, ya pusing lah dengan beberapa problem. Kalau ada yang perlu ditanya atau mau ngasih saran, komen aja. Kontak langsung Sarah juga boleh, siapa tau jodoh hahaha.

Wassalamualaikum

Rabu, 10 Mei 2017

Praktik Lapangan Terpadu 2017 - Chapter 3

Assalamualaikum

Ayey, masuk Rabu ke tiga di lokasi PLT. Alhamdulillah, hujan masih tetap ada. Sakit gigi? Alhamdulillah udah gak kerasa. Coba tebak Sarah lagi dimana?

Sarah lagi diruangan yang dipenuhi seperangkat alat obob (baca: bobo), ya tepat, kamar. Kamar orang tapi loh, bukan kamar sendiri yang ada di Bogor. Hem.

Mau cerita apa ya sekarang? Cerita Wisata Tangga Seribu ulud (baca: dulu) aja gimana? Sip sip oke.

Lokasinya ada di Kampung Cikoneng Babakan, Desa Cibiru Wetan, Kabupaten Bandung. Nah lokasi wisata ini masih terbilang baru, kalau menurut Sarah. Tapi kata orang sini, orang Cikoneng, udah termasuk lokasi yang lama.

Alasannya sih sederhana, kalau emang baru ya karena posisi saung-saung yang nantinya bakal jadi warung, belum rampung sepenuhnya. Cek nih fotonya


Jangan terlalu fokus sama Sarahnya, nanti naksir. Cukup lah naksir sama indahnya wisata tangga seribu. Karena posisinya yang harus melalui tujuh ratus lebih anak tangga (kata yang rajin hitungin) jadi luar biasa indah pemandangannya. Gak percaya? Main-main lah ke Cikoneng.

Meskipun jumlah anak tangganya gak sampai seribu atau mungkin belum, orang-orang sini udah akrab dengan nama Tangga Seribu. Nah kalau orang sini bilang termasuk lokasi wisata yang udah lama itu mungkin alasannya karena tangga yang ada udah dibantu dengan pijakan dari kayu sebagai pembatas antar anak tangga.

Udah puas belum cerita tentang tangga seribunya? Belum ya, info sementara sih itu aja. Sarah bingung apa lagi yang menarik dari tangga seribu, karena lensa mata bisa lihat lebih wah daripada lensa kamera.

Selain ada wisatanya, kemarin sempat ada pengobatan gratis dari Rumah Zakat dan Majlis Ta'lim Telkomsel. Alhamdulillah acaranya lancar, meskipun awalnya masyarakat takut dengan adanya kegiatan pengobatan gratis.

Takut karena pola pikir masyarakat seperti ini, "ah nanti abis berobat, di check up sama dokter, jadi perlu ada pengobatan lanjutan, mahal lagi biayanya".

Namanya sakit, pasti mahal. Tapi selagi obat yang ada dari pengobatan gratis bisa menyembuhkan, Alhamdulillah kan. Percaya Allah lebih punya banyak cara untuk menyembuhkan hamba-Nya.

Lanjutnya cerita PDKT gimana? Pendekatan lah kalau kata anak-anak remaja. Bukan pendekatan sama calon bapak dari anak-anak Sarah nanti, tapi ini pendekatan sama masyarakat Cikoneng.

Iya tau iya, masyarakat lagi bahasannya. Nikmati aja bacanya ya rekan pembaca walaupun bosen. Pendekatannya gimana hayo?

Pendekatannya ya ikut keseharian masyarakat tersebut. Contoh, berkebun. Bukan kebun yang ada di halaman rumah, yang luasnya hanya sepetak. Kebun masyarakat disini cukup jauh dari rumah. Kanan kiri jalan menuju kebun penuh ragam tanaman yang masih membentang.

Selain rumput-rumputan liar, pohon bambu banyak terdapat diperjalanan menuju kebun. Yang jadi potensi besarnya sih tanaman singkong. Belajar jadi anak singkong sebulan disini.

Singkong yang diolah bisa banyak jenis, asal tau aja proses pembuatannya. Dari daun singkong, singkongnya, bahkan kulit singkong bisa jadi keripik yang renyah. Masih meragukan singkong? Jangan dong, singkong kan serba bisa, bikin kenyang juga, masa iya masih ragu.

Di kebun ngapain aja? Foto-foto dong, eh hahaha. Selain itu, ya ngobrol sambil cari info tentang masyarakat Cikoneng. Lanjutannya ya ngambil hasil sumber daya alam yang ada, asik loh. Ya apalagi kalau bukan singkong yang diambilnya. Ada yang lain deng, ngambil pepaya dan langsung di makan di tempat. Nih fotonya.


Mantap soul kan. Manis pokoknya itu pepaya. Oh iya, itu ibu Sarah selama disini. Namanya Ibu Tini, panggilan kesayangan orang sini, orang Cikoneng 02, Bu Entin. Yang manjat pohon itu De Zaki, anaknya Bu Entin.

Sepulang dari kebun Sarah ikut ke rumah Bu Entin untuk nyimpan hasil kebun. Rumput liar di kasih buat pakan ternak Bu Entin, sedangkan lenca dan singkong dibawa ke posko kelompok Sarah dan diolah kemudian.

Cukup ya ceritanya. Mulai lapar, dinginnya berlebihan disini, bikin kerasa segala. Kerasa ingin pulang ke rumah, huaaa. See you!

Wassalamualaikum

Senin, 08 Mei 2017

Praktik Lapangan Terpadu 2017 - Bonus Chapter

Assalamualaikum

Udah pada bangun kan ya? Udah lah, kan udah baca ini hahaha. Belum hari Rabu tapi udah update lagi tentang PLT, gak apa-apa ya, bonus buat rekan pembaca. Sarah kepo nih, kira-kira rekan pembaca udah pada tau praktik lapangan terpadu itu apa?

Tau lah, buat sebagian orang, terutama mahasiswa dan alumni jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Yaaa walaupun cuma sekedar hafal kalau praktik lapangan terpadu lebih akrab disebut PLT. Kalau Sarah ditanya tentang PLT jawabannya juga bakal sekedar tau karena belum pernah mencari tau sampai ke akarnya. Contohnya kalau rekan pembaca memberi pertanyaan sebagai berikut.

- - - - - - -

Jadi PLT itu apa, Sar?

Hm, sepengetahuan Sarah ya, PLT itu gabungan praktik dari beberapa mata kuliah yang terlampir di semester enam jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Entah penjelasan tersebut akurat atau tidak, tapi sepengetahuan Sarah, PLT hanya ada di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kalau di UIN atau IAIN atau perguruan tinggi Islam lainnya, Sarah juga belum tau ada atau gaknya kegiatan PLT.

Kenapa sih namanya "praktik lapangan terpadu"?

Kembali ke sepengetahuan Sarah. Kegiatan ini dinamakan praktik lapangan terpadu sebagaimana unsur kata yang membentuknya; praktik lapangan dan terpadu. Praktik lapangan, yaps sesuai dengan kegiatan yang Sarah lalui 19 hari terakhir ini, berlalu di lapangan. Bukan lapangan yang berbentuk segi panjang dengan berbagai batas pinggirnya, lapangan yang Sarah maksud lebih luas dari itu. Lapangan yang dijadikan tempat praktik kegiatan ini berbentuk dinamis dan dibatasi oleh adat istiadat yang ada. Singkatnya, lapangan yang Sarah maksud lebih akrab di telinga orang banyak sebagai "masyarakat".

Bosen gak, lagi-lagi bahasnya masyarakat? Resiko sih ya kalau bosen, toh emang jurusannya bernuansa masyarakat. Jurusan yang bernuansa segala ada seperti di masyarakat, ada kegiatan sosial, ada kegiatan kegamaan, ada kegiatan kebudayaan dan ada kegiatan lainnya yang jumlahnya tak terkira. Hm berlebihan, Sar.

Terpadu, kalau dari kata itu menurut Sarah dikarenakan gabungan dari beberapa mata kuliah yang disajikan di semester enam. Kalau kegiatan praktik mata kuliah gak digabung, khususnya mata kuliah berbobot praktik, bisa saja mahasiswa semester enam akan kedodoran menyesuaikan waktu dan tempat praktik antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lainnya. Berbeda ketika kegiatan praktik digabungkan menjadi terpadu di masyarakat, kegiatan praktik seakan lebih mudah meskipun sebetulnya "gak juga sih".

Coba apa yang membuat kegiatan praktik seakan lebih mudah? Tentu saja masyarakat. Dengan model pengabdian di masyarakat yang udah gak asing bagi mahasiswa, kegiatan praktik ini seakan lebih mudah karena mahasiswa bisa melakukan multi-praktik di lokasi pengabdian berdasarkan waktu dan tempat yang sudah disesuaikan dengan beberapa mata kuliah terkait.

Oh iya, kegiatan PLT gak cuma berbentuk pengabdian karena kurang sesuai dengan jurusan yang Sarah jalani saat ini. Lebih dari sekedar pengabdian, bahwa kegiatan PLT ini merujuk pada bentuk pemberdayaan. Sekedar memberdayakan pola pikir agar mau merubah pola pikir masyarakat di desa supaya mampu bersaing dengan masyarakat di kota. Memberdayakan pola pikir itu ya menggali kesadaran masyarakat.

Sadar bagaimana masyarakat desa mampu menghasilkan olahan makanan yang bernilai ekonomis, sadar bagaimana masyarakat desa mampu menjaga kesehatan diri dan orang disekitarnya dengan hidup bersih dan sehat, dan sadar lainnya yang mampu menampilkan masyarakat desa gak kalah menarik dibanding masyarakat kota. Bukan untuk persaingan yang merusak ke-Bhineka-an, bukan pula perbandingan yang menimbulkan persaingan, pemberdayaan ini menurut Sarah dapat memberikan keseimbangan antara masyarakat desa dan masyarakat kota.

Dan khusus di tahun 2017, kegiatan PLT semakin terpadu dengan adanya siklus SISDAMAS (berbaSIS pemberDAyaan MASyarakat). Adanya siklus ini merupakan formula yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Riset Aksi, Pak Rohmanur Aziz, untuk kegiatan KKN di bulan Februari lalu. Ini info akurat, kalau emang Sarah gak salah merangkai katanya he he he.

Nah itu tuh siklusnya, kepanjangan dari singkatan-singkatan tersebut sebagai berikut:
a. Soswal dan RW: sosialisasi awal dan rembug warga.
b. Refso: refleksi sosial
c. Peso: pemetaan sosial
d. Orgamas: organisasi masyarakat
e. Cantif: perencanaan partisipatif
f. Sipro: sinergi program
g. Pepro: pelaksanaan program
h. Monev: monitoring dan evaluasi

Bedanya PLT sama KKN apa?

Secara kegiatan, kayanya udah sama ya, karena sama-sama menggunakan siklus. Paling yang membedakan waktu kegiatannya, PLT lebih dahulu, KKN kemudian. Ada lagi yang beda, jumlah peserta dan komposisinya. Kalau PLT jumlah peserta terdiri dari satu angkatan mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan tentu hanya komposisi homogen; semua peserta merupakan mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sedangkan KKN jumlah peserta terdiri dari satu angkatan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan tentu komposisi pesertanya lebih bervariatif karena pengelompokan peserta digabung dari berbagai jurusan. Mantap soul.

- - - - - - -

Masih kurang greget sama jawaban Sarah? Boleh kontak langsung aja ke line, id nya saraphaaan. Atau masih kepo PLT itu bagaimana? Boleh juga kontak Sarah, insyaAllah dibantu jawab sejelas-jelasnya yang rekan pembaca butuhkan. Mohon maaf jika postingan hari ini banyak kekurangan, karena Sarah juga lagi kekurangan kasih sayang dari orang tua. Hm curhat ya anak rantau.

Semoga rekan pembaca bisa memahami apa yang Sarah paparkan di atas. Oh iya, mungkin bagi adik-adik yang baru lulus SMA atau saudaranya ada yang baru lulus SMA lalu tertarik dengan jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung bisa banget loh daftar jadi mahasiswa barunya. 

Info pendaftaran mahasiswa baru UIN Sunan Gunung Djati Bandung - Jalur Pendaftaran MABA UIN Bandung 2017

Info jurusan Pengembangan Masyarakat Islam ada sedikit dicuplikan postingan berikut - POPMI 2016

Selamat hari Senin, semangat menjalankan aktivitasnya. See you!

Wassalamualaikum

Rabu, 03 Mei 2017

Praktik Lapangan Terpadu 2017 - Chapter 2

Assalamualaikum

Apa kabar hayo? Sehat dong? Sarah juga sehat, fisik mah, tapi gigi tetep nyut-nyutan. Ya deritanya punya gigi berlubang gini:')

Sarah mau cerita lagi ya. Masih betah kan baca cerita Sarah? Siapa tau rindu Sarah tapi gak bisa ketemu, yaudah di kasih tulisan aja. Seenggaknya, seakan Sarah lagi deket gitu sama yang baca ini. Hm . . .

Minggu kedua sudah berlalu. Hujan masih tetap menemani loh, sama seperti minggu kemarin. Dan hari-hari di minggu kedua, agak lebih cepat berlalu. Yey!

Sepertinya mulai betah ya bisa agak cepat berlalu. Cie betah, prosesnya lama juga biar betah hahaha. Betah karena apa hayo? Betah banyak yang dagang dan banyak anak-anak.

Yaps, sehari-hari disini banyak anak-anak. Anak-anak orang Cikoneng RW 02 pastinya. Mulai pagi, anak-anak RA yang kadang Sarah ajarin baca, berhitung, menulis dan lain sebagainya. Siangnya, kadang anak-anak SD pada main ke posko. Ngajak jalan ke tempat wisata atau sekedar ngajak main ke masjid. Sorenya, anak-anak RA sama SD yang sekolah agama (belajar ngaji, menulis arab dan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam). Rame, kadang suka disamper ke posko kalau yang ngajarnya belum datang ke madrasah, tempat sekolah agama.

Praktiknya kok menjurus pengabdian? Ya namanya juga mengikuti alur masyarakat sini, belum lagi permintaan ibu RW buat bantu ngajar. Sarah sih, sebagai pendatang sekaligus belajar bareng masyarakat, mengikuti aja sambil tetap berdampingan dengan siklus praktik lapangan terpadu yang dikasih dosen pembimbing PLT.

Orang tua anak-anak pada kemana? Kenapa bukan pendekatan ke orang tuanya, Sar? Orang tuanya, ada. Ada yang kerja pabrik, ada yang ngarit (ngumpulin rumput) di kebun buat makanan sapi dan kambing, ada yang ngerawis kerudung dan ada pokoknya di rumah kalau pun emang gak ke kebun.

Pendekatan sama orang tua disini juga sudah. Yaps tentu, pendekatan yang harus lebih berani ke orang-orang Cikoneng RW 02. Bukan berani karena ngajak ribut, ini berani bertegur sapa. Selanjutnya ya sambil ngobrol, sambil cari tau info tentang Cikoneng RW 02 dan sambil ngejalanin siklus pastinya. Langkah selanjutnya?

Tetap mengikuti siklus meskipun kegiatan disini sudah mengetahui potensi yang ada. Sebulan disini juga pasti berlalu, kalau bukan komitmen warga yang bersedia untuk berdaya, mungkin gak ada "bekas"nya Sarah sempat ada di Cikoneng RW 02.

Sekian. Sarah bingung mau cerita apalagi. Mau ceritain si dia? Sarah kan gak punya "dia" hahaha. Ingatkan Sarah untuk bercerita tentang wisata disini ya, supaya yang baca kepengen main ke Cikoneng. See you!

Wassalamualaikum