Sabtu, 31 Desember 2016

Terbakar - (Puisi)

Terbakar

Karya Sr. Azzahra

Air siang tadi terjun bebas
Aku bersembunyi dari air
Salahku yang bersembunyi
Semakin sore semakin takut air

Gaduh riuh gemuruh
Benci aku bersembunyi,
Jika bersama keadaan seperti itu

Ingin aku berlari
Tapi aku sudah berapi,
Tanpa ia ketahui

Jangan, tahannya
Tetap disini, rengeknya
Kubiarkan bertahan
Kubiarkan tetap bersembunyi dengannya

Langit pun gelap, air tetap terjun bebas
Diri ini terbakar
Aku pulang, pamitku
Lari tanpa menatap sinar matanya

Lari namun daku merasa diikuti
Banyak tanda tanya yang juga berlari
Mengapa mengapa mengapa
Kubiarkan semua tetap mengapa

Bandung 
11 November 2016

- - - - - - -

Selamat siang, yey 2016 abis. Jadi gimana nih apa aja yang udah dicapai di tahun ini? Banyak yang membahagiakan? Ya setidaknya, kalaupun banyak yang mengecewakan, bersyukur aja sebanyak-banyaknya, biar gak berasa banget kecewanya.

Mulai bosen sama isi blog Sarah yang cuma copas copas puisi lama dari wattpad ke blog? Duh, maaf ya. Bingung mau diisi apa lagi.

Mau di isi sama cerpen lagi, suka langsung kepikiran lanjut project novel yang entah kapan kelarnya. Hiks.

Mau di isi sama curhatan yang berorientasi kehidupan sehari-hari, duh diusahakan secepatnya yay. Perlu malam dan sunyi supaya cepat berekspresi.

Jadi ditunggu dulu ya. Sampai bertemu di 2017, semoga masih diizinkan bersama, meskipun hanya bersama lewat karya.

Muah
Tolong rindukan aku!

Sabtu, 24 Desember 2016

Tenggelam - (Puisi)

Tenggelam

Karya Sr. Azzahra

Langit Bandung gelap
Semakin gelap semakin deras 
Gemiricik sudah berubah 
Berubah pula menjadi deras 

Aku diantara deras 
Berharap kamu datang,
Datang bersama cahaya 
Sebagai obat luka 

Nyatanya kamu datang, 
Kamu datang diantara deras 
Cahayamu sudah miliknya 
Obat luka ku jadi miliknya 

Bersama deras aku menangis  
Bersama gelap aku menangis
Tak ada yang tahu 
Sederas apa air mataku malam ini 

Bandung 
10 November 2016

Rabu, 14 Desember 2016

Pisah - (Puisi)

Pisah

Karya Sr. Azzahra

Tertunduk lesu 
Dibawah langit sendu 
Aku tertipu 
Oleh bayang tentangmu 

Kemana kamu?
Dimana kehadiranmu?
Kamu menjanjikan waktu 
Tapi tak kunjung bertemu 

Sungguh aku menyerah 
Kaki ini sudah lelah melangkah 
Hati ini sudah terlanjur pasrah 
Di detik ini aku katakan, kita pisah 

Kelak, kamu akan sadar 
Kelak, aku pun sadar 
Aku tak selemah pikirmu
Kamu tak semenarik anganku 

Bandung 
19 Oktober 2016

Jumat, 09 Desember 2016

Canda Tawa - (Puisi)

Canda Tawa

Karya Sr. Azzahra

Kutatap indah langit 
Penuh bintang nan cemerlang 
Teringat sinarnya kembali terang 
Dibalik redupnya senja tadi 

Yang baru tentang aku dan dia 
Kisah kasih terajut kembali 
Canda tawa penuh suka 
Tak ada jarak, tanpa spasi 

Citaku, aku dan dia tetap 
Tetap bersama untuk bahagia
Tetap menjaga apa yang sudah ada 
Tetap dengan kenangan dan ragam cerita 

Bandung 
12 Oktober 2016

Senin, 28 November 2016

Masih Tentang Kamu - (Puisi)

Masih Tentang Kamu

Karya Sr. Azzahra

Aku penikmat 
Penikmat secangkir kopi, di sore hari
Dengan nikmatnya bait demi bait 
Puisi penuh diksi 

Jelas, saat ini jelas 
Puisi itu karyamu 
Bisa dinikmati siapa saja 
Termasuk aku, yang kecanduan karyamu 

Palsu, aku memalsukan beberapa hal 
Bukan diksi pada puisi yang kunikmati saat ini 
Bukan pula karyamu yang menjadi candu untukku 
Kamu tau maksudku?

Tepat, semua ini masih tentang kamu 
Aku bersenyembunyi dibalik karyamu 
Menikmati pesonamu dibalik diksi-diksimu
Menikmati segala proses yang ada dengan menunggu

Bandung 
06 Oktober 2016

Kamis, 24 November 2016

POPMI 2016

Judul kiriman kok kaya nama makanan? Ini yang nulis laper? Atau yang nulis mau promosi makanan?

Gak kok, gak. Sarah nulis judul kiriman itu sesuai dengan apa yang ingin dijelaskan berikut. Ya memang, memang dalam keadaan laper tapi gak akan promosi makanan. Karena yang ingin Sarah promosiin, jurusan kuliah Sarah dan seperangkat alat shalat, bukan deng, seperangkat penjelasan ospek jurusan yang biasa disingkat jadi POPMI.

POPMI merupakan salah satu rangkaian acara penyambutan dari kakak tingkat buat mahasiswa baru di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. POPMI merupakan akronim dari Pekan Oriemtasi Pengembangan Masyarakat Islam.

Wah pekan? Jadi ospeknya satu minggu gitu?

Sabar, nanti Sarah jelasin gimana acara POPMI itu. Sebelum bahas lebih jauh tentang POPMI, kalian harus tau dulu jurusan Pengembangan Masyarakat Islam biar nantinya kalian bisa tertarik dan gabung bareng Sarah di jurusan tersebut.

Gimana setuju?

Gak setuju?

Yaudah gak usah lanjutin baca kalau gak mau tau jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Apa? Mau tau? Boleh!

Sarah lanjutin penjelasan mengenai jurusan Pengembangan Masyarakat Islam nih ya.

Sebagaimana dilansir dalam http://www.fdk.uinsgd.ac.id/publik/content/579b0e3fae6d5 bahwa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) merupakan program studi unggulan pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Program studi Pengembangan Masyarakat Islam memusatkan kajiannya pada dakwah bi ahsan 'amal berupa tathwir (community development), bukan pada dakwah bi al-qawl.

Dengan demikian, jurusan PMI mencoba mencetak sarjana dakwah pengembangan masyarakat yang beriman, modern, dan bersaing. Sarjana PMI diproyeksikan untuk menjadi ahli dakwah bidang pengembangan sumber daya manusia, sumber daya lingkungan, dan sumber daya ekononi.

Satu yang perlu diingat, ahli dakwah gak melulu tentang ceramah ya. Karena nanti, para pemberdaya akan menjadi ahli dakwah yang sifatnya tindakan langsung, bukan melulu lewat bicara atau penyampaian materi saja. Dan, pemberdaya akan mengaplikasikan ilmunya dalam bentuk pengabdian di masyarakat.

Mata kuliah yang dibahas pada jurusan PMI gak hanya pendalaman agama Islam saja. Banyak rumpun ilmu sosial, ekonomi dan lain-lainnya yang ikut dibahas dalam beragam SKS. Ya bisa dibilang, paket komplit lah kalau pilih jurusan PMI, apalagi pilihnya PMI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Beuh!

Komplit pisan, Lur!

Iya lah komplit, kan kalau mau ikut POPMI syaratnya harus menjadi mahasiswa/i di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Cocok?

Lanjut. Bahas sedikit tentang acara POPMI, karena kalau mau tau lebih rinci . . . ingat aja syaratnya, apa coba?

Yaps! Tepat!

"Syaratnya menjadi mahasiswa/i jurusan Pengembangan Masyarakat Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung"

#Tambahan - Ingin lebih lanjut kepoin tentang PMI dan dakwah bil hal berdasarkan opini Sarah? Cari tau lebih lanjut! Klik aja, klik cari tau lebih lanjutnya.

Tiga tahun Sarah ikut berperan dalam kegiatan POPMI ini (ya tahun pertama jadi peserta, tahun kedua dan ketiga jadi panitia). Rangkaian acara yang dilalui biasanya ada: a) Pra - POPMI 1; b) Pra - POPMI 2; c) Acara Inti POPMI.

Di Pra - POPMI biasanya diisi dengan materi oleh narasumber-narasumber terpilih dan terpercaya kualitasnya.

Masih gak percaya nih? Yaudah, join dulu lah jadi mahasiswa/i jurusan PMI. Oke yay?

Sedangkan di acara inti, ya gitu lah. Rame! Ada banyak kelompok yang dibagi sesuai dengan jumlah peserta POPMI dan dibimbing juga oleh mentor disetiap kelompoknya.

Ngomong-ngomong kelompok, Sarah mau ceritain ah rasanya jadi mentor salah satu kelompok dan ternyata kelompok tersebut jadi K E L O M P O K - T E R B A I K. Yey!!!

Bersyukur pastinya. Bukan karena gelar kelompok terbaik setelah acara POPMI 2016 berhasil direbut oleh kelompok 3 - kelompok Al Fatih. Bersyukur karena mampu mengemban amanah sebagai mentor yang mampu membimbing adik-adik mahasiswa baru berproses menjadi yang seharusnya mereka lakukan ketika nanti mereka menjadi pengembang masyarakat (menjadi yang seharusnya itu bisa komunikasi yang baik sama masyarakat lah minimalnya).

Ngerti maksudnya apa? Gak? Yaudah gak apa-apa. Itu efek sok bijak tapi pakai bahasa yang susah dipahami. Maafin Sarah ya semua.

Lanjut, terlalu banyak rasa syukur yang ingin ditulis sebenarnya, karena takut bosan baca curhatan yang banyak ini mending udahan aja ya?

Jangan? Kenapa? Masih mau baca? Oke . . . Sarah lanjutkan curhatnya.

Jadi mentor kelompok tiga itu, jujur canggung. Kenapa?

Karena Sarah suka bingung buka obrolan sama orang lain. Beruntung saat ini media sosial ngebantu buat komunikasi berbentuk teks chat. Ya jadinya kan, komunikasi sama adik-adik mahasiswa baru kelompok tiga yang jumlahnya 9 orang itu melalui sms dan chat via aplikasi line. Alhamdulillah dimudahkan dengan kemajuan IPTEK.

Apalagi yang perlu diceritain? Tugas kelompok dan tugas mandiri peserta? Bersyukur, (tuh kan rasa syukur lagi dibahas) mereka kelompok tiga teramat mandiri dan mudah memahami apa yang dijelaskan panitia. Jadi murni, Sarah hanya membimbing dan mengawasi apa yang perlu diawasi sebelum dan selama acara POPMI 2016 berlangsung.

Nah, yang lebih rame itu ketika pembuatan yel-yel. Ya walaupun agak bingung lagi mau buat yel-yel gimana, karena gak canggih buat heboh-hebohan Sarah orangnya. Jadi sempat diam-diam mikir, mikir doang, yel-yel tetep gak ada. Beruntung, mentor satunya lagi punya ide yang ngebantu buat bikin yel-yel. Thank's to Suwanda. Prok Prok Prok!

Beberapa kali mereka, kelompok tiga, latihan ngekompakin yel-yel. Dari ngapalin lirik sampai ngapalin gerakannya. Memang, agak berisik dan riuh diantara kelompok lain yang masih diam-diam saja. Sampai akhirnya, salah satu panitia ingin tau yel-yel kelompok.

Dipanggil kelompok sekian, lupa kelompok berapa, ternyata oh ternyata...

Bagian awal yel-yel kami D I J I P L A K, ya ini mungkin karena terlalu berisik pas latihan yel-yel. Bingung mau ganti atau sama yel-yelnya kaya mereka. Akhirnya kami memutuskan ganti beberapa bagian yel-yel kelompok kami. Dan nyatanya, yel-yel tersebut ngebantu kelompok tiga menjadi yang terbaik. Alhamdulillah yakan?

Cukup ah ya curhatnya. Cape tau ngetik ini. Semoga kalian-kalian calon mahasiswa, gak bingung lagi pilih jurusan kalian diperkuliahan. Dan semoga . . . jurusan Pengembangan Masyarakat Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bisa menjadi pilihan kalian, calon mahasiswa baru di kemudian hari.

See you next "karya" Sarah. Karya-karyaan sih ya, isinya aja curhat mulu tapi gak jelas apa yang dicurhatinnya.

Ha

Ha

Ha

Sedih ih.

Jumat, 18 November 2016

Ran ft. Kahitna - Salamku Untuk Kekasihmu Yang Baru

Lirik lagu Ran ft. Kahitna - Salamku Untuk Kekasihmu Yang Baru

Bagai matahari
Dan bulan purnama
Aku dan dirimu
Tak lagi bersama

Di malam yang dingin
Penuh bintang-bintang
Ku lihat potretmu
Dengan lain orang

Kau . . . dengan bangga
Beritahukan dunia
Kini kau miliknya

Oh . . .
Bila memang
Kau sudah lupakanku
Kau . . . kurelakan

Sampaikan saja
Salamku untuk kekasihmu,
Yang baru

Oh . . . Oh . . . Oh . . . Oh . . .
Ouo . . .
Kulihat potretmu
Dengan lain orang

Kau . . . kau, kau
Dengan bangga
Beritahukan dunia
Kini kau miliknya

Oh . . .
Bila memang (bila memang)
Kau sudah lupakanku (kau sudah lupakanku)
Kau . . . kurelakan

Sampaikan saja
Salamku untuk kekasihmu . . .

Yang lebih menyanyangimu
Yang lebih baik dariku
Yang lebih bisa buatmu bahagia

Meski berat hati
Melihatmu pergi
Semoga dia lah cinta yang kau cari

Oh . . . Uo . . . Uo . . . Uo
Bila memang
Kau sudah lupakanku (sudah lupakanku)
Kau . . . kurelakan

Sampaikan saja
Salamku . . . untuknya

Oh . . .
Bila memang
Kau sudah lupakanku (kau sudah lupakan aku)
Kau . . . kurelakan

Sampaikan saja (sampaikan saja)
Salamku untuk kekasihmu, (kekasihmu)
Yang baru

Sebenarnya, aku sudah tahu
Sejak kita masih bersama
Kau sudah dengan . . . nya

Kamis, 27 Oktober 2016

Kata, Karya, Kamu - (Puisi)

Kata, Karya, Kamu

Karya Sr. Azzahra

Jumpa kita pada kata
Tapi kemarin, sudah habis kata
Esoknya kamu kembali menata kata
Begitu pun aku yang terbawa suasana

Selanjutnya pertemuan kita pada karya
Aku dengan karyamu
Kamu dengan karyaku
Dan kita, bagian dari karya Tuhan

Terakhir berjumpa, aku suka karyamu
Hari ini berjumpa, aku jatuh hati dan membisu
Bukan pada karyamu
Tapi kamu

Bandung 
04 Oktober 2016

Senin, 17 Oktober 2016

Disisa Waktu Kemarin - (Puisi)

Disisa Waktu Kemarin

Karya Sr. Azzahra

Aku hidup dengan keserdahanaan
Sederhana seperti seorang tua renta
Yang senang mencari kawan
Untuk bersama, mendengar kisah hidupnya

Begitu pun dengan kemarin,
Satu bulanku yang sederhana sudah habis
Sudah habis bersamanya
Habis dengan segala asa dan rasa

Hari ini, kita
Perlahan-lahan melangkah
Perlahan tinggal kenangan
Dibiarkan semua perlahan dengan kesederhanaan kita

Esoknya, kicauan kita sunyi
Kebersamaan kita pudar
Terima kasih sempat hadir
Terima kasih sempat kembali

Sumedang 
28 September 2016

Kamis, 13 Oktober 2016

Siapa Aku, Bagimu? - (Puisi)

Siapa Aku, Bagimu?

Karya Sr. Azzahra

Pagi ini tak ada cahayamu
Sirna sudah kehangatanmu
Gelap lagi duniaku 
Dingin lagi duniaku

Kini dia nomor satu bagimu 
Kini dia segalanya bagimu 
Kini dia alasan bahagiamu
Lantas siapa aku, bagimu?

Dulu hujan dan sinarmu  
Selalu padaku 
Kini hujanmu untukku 
Dan sinarmu untuknya 

Mengapa?
Mengapa menjadi seperti ini padaku 
Menjadi pawang hujanmu
Tapi dia yang kamu beri sinarmu 

Bandung 
26 September 2016

Kamis, 15 September 2016

Jenaka - (Puisi)

Jenaka

Karya Sr. Azzahra

Aku dan tawa 
Bersembunyi memulai cerita 
Disaksikan matahari tak bersuara 
Ditemani pohon yang tak lagi muda

Aku dan tawa 
Sempat gaduh tanpa suara 
Sempat riuh tanpa jenaka
Sempat acuh tanpa sapa 

Aku dan tawa 
Aku bersyukur mendapatkan tawa
Karena tawa, aku lihai berkreasi kata 
Karena tawa, aku berdedikasi untuk aksara

Tawa, sore ini tawa kembali tertawa
Menertawakan aku dan tawa
Mengapa harus seperti ini, tanyanya 
Terlalu jenaka, tambahnya

Bandung
15 September 2016

Selasa, 13 September 2016

Terlanjur Sudah - (Puisi)

Terlanjur Sudah

Karya Sr. Azzahra

Aku dan resah
Kini begitu adanya
Pipi kami basah
Karena derasnya air mata

Aku dan resah
Terlanjur sudah
Sudah retak
Sudah tak seirama

Hari berikutnya
Aku dan resah
Bergandeng mesra
Menikmati panorama sawah

Aku dan resah
Kini kembali menapaki suka
Berusaha menghapus jejak luka
Akankah, aku dan resah kembali resah?

Bogor
13 September 2016

Minggu, 11 September 2016

Adil yang Bagaimana - (Puisi)

Adil Yang Bagaimana

Karya Sr. Azzahra

Aku, lagi lagi aku
Mengulang duka
Menerbitkan air mata

Aku, lagi lagi aku
Tak sempurna, seperti harapnya
Tak adil, sebagaimana harusnya
Tak terbiasa bersama kecewa

Maaf, lagi lagi maaf
Aku melukai karena perangaiku
Aku menodai karena hitamku

Egoku, semua ini egoku
Ego yang berharap semua dapat berdampingan
Ego yang berharap semua dapat bahagia
Dan, ego yang berharap semua dapat hak yang sama

Lupa, aku lupa
Beberapa diantaranya bisa jadi cemburu
Beberapa diantaranya tak biasa hidup berbagi
Dan, beberapa diantaranya ingin menetap

Bogor
11 September 2016

Selasa, 06 September 2016

Hening - (Puisi)

Hening

Karya Sr. Azzahra

Aku dan diam
Bersama tanpa kata
Bersama tapi tak bersuara
Bersama saling menjaga, katanya

Aku dan diam
Dipertemukan karena kecewa
Dijalin karena saling mengobati
Diakhiri dengan bahagia, semoga

Aku dan diam
Semoga tetap seperti ini
Meski gaduh memecah hening
Meski kecewa menghantam bahagia


Bandung
06 September 2016

Sabtu, 27 Agustus 2016

Sampai Kapan Tuhan - (Puisi)

Sampai Kapan Tuhan

Karya Sr. Azzahra

Tidak ada kesempatan untuknya
Selain menghadapi skenario-Nya
Tidak ada pilihan untuknya
Selain bersyukur atas skenario-Nya

Alur yang tak bisa ditebak
Dan kejutan ditiap detik
Waktu yang berdetak
Selalu membuatnya terkikik pelik

Bahkan, ribuan kubik sudah tumpah
Mungkin menghanyutkan kecewa
Beserta seluruh dukanya
Sayang, pelangi belum juga tampak

Sampai kapan Tuhan?
Tanyanya dalam doa
Mengapa aku Tuhan?
Jeritnya menggema

Sumedang
27 Agustus 2016

Selasa, 16 Agustus 2016

Plog - (Cerpen part V) - Tamat

"Guys!!! Makasih banget empat bulan ini gue bisa bener-bener lupain Wipo. Dan cukup Wipo yang gue lupain, kenangan dan persahabatan kita gak akan pernah gue lupain. Janji", Lesya mengacungkan jari kelingkingnya tanda dia berjanji kepada sahabat-sahabatnya.

"Akhirnya, selamat Sya! Lu bebas juga kan dari Wipo. Tapi acara hedon kita gak ada kata bebas, kita harus tetep jaga kehedonan kita buat eksplor Indonesia", ajakku bersemangat.

"Pastinya lah. Selain jadi anak kekinian, kita juga punya tanggungjawab sama negara sebagai guru"

"Masih calon guru, Ur. Baru juga tingkat satu, sabar kali wey!", Putra menyenggol lengan Uur.

"Besok udah mulai libur. Awas aja pada sombong sama gue! Blacklist dari daftar orang yang gue sayang nanti"

"Wuih! Serem bang kece ngancemnya. Kita friend, gak akan sombong kok"

"Nah bener tuh, Lo. Gak ada sombong", Putra menegaskan ucapan Lesya.

Kami berlima saling berlangkulan. Libur semester kedua untuk kami, tentu saja berbeda dengan libur semester pertama. Libur semester lalu, persahabatan kami baru menjadi benih yang dipupuk dengan kasih sayang. Sedangkan semester ini, persahabatan kami mulai tumbuh dengan kepercayaan yang cukup mengikat satu sama lain.
-------
Seminggu pertama libur dari total sembilan minggu, komunikasi kami masih lancar, sangat lancar. Grup chat masih ramai dengan chat-chat tidak bermutu, tidak bermanfaat bahkan berbau hal negatif seperti saling ejek. Tetapi chat tersebut bukan masalah, karena dengan chat saling ejek mampu menetralkan hati agar tidak mudah sakit dengan cemoohan sahabat sendiri. Kadang memakan jatah tidurku dan membuatku mampu begadang dengan chat aneh mereka. Ya mereka, empat orang yang baru satu tahun terakhir ini membuat dampak bahagia yang belum ada tandingannya. Bukan berarti tidak ada orang lain yang membuatku bahagia, karena saat ini aku masih bercerita tentang mereka bukan orang lain.

Memasuki minggu keempat libur mulai terdengar gemericik rindu dari dalam hati. Waktu selalu ada untuk bertemu, tapi tau sendiri bagaimana wacana akan tetap menjadi wacana. Grup chat sepi dan aku lebih sering personal chat dengan Raylo.

"Lo jalan kuy!", chatku malam kemarin.

"Mau kemana sih, Ny? Baru juga sebulan gak ketemu udah kangen aja sama gue hahaha"

"Bukan gitu, gue mau ngajak semua kumpul rada susah. Putra ikut nyokapnya ngajar sekaligus ngelatih kecakapannya jadi guru. Lesya baru mulai sibuk ikut audisi mojang - jajaka Bandung, ketagihan sama Bandung doi sepertinya. Satu lagi Uur, ya ada kesempatan sih buat ngajak dia. Lu ajak coba, Lo"

"Oke gue ajak Uur. Besok atau lusa gue kabarin lagi. Gue tidur duluan, Ny. Besok pagi harus nganter ade gue sekolah. Lu cepet tidur gih, biar gak keterusan kangen gue wkwkwk. Bye!"

"Yayaya, sana dah bang ojek kece tidur, gue belom ngantuk. Bye maksimal yoo!", balasku.
-------
Singkat cerita, lima hari kemudian aku, Raylo dan Uur bertemu. Dan malam hari ini setelah pertemuan siang tadi, aku mengecek kembali kiriman momen di path milikku.

Momen paling atas sudah jelas momen pertemuanku dengan Raylo dan Uur. Lima hari sebelum pertemuanku, momen aku mendengarkan lagu Goyang Dumang dari Cita Citata. Bukan tanpa alasan aku update momen tersebut. Satu alasan yang kuat karena aku sedang merindukan empat orang kawanku yang biasanya dikampus Uur paling semangat menyanyi kalau sudah mendengar lagu tersebut ditambah beragam goyang yang dipadupadankan antara goyanganku, Lesya, Putra dan Raylo. Momen satu bulan sebelum pertemuanku siang tadi yaitu screencapture chat kami, yang isinya jelas, bahkan sangat jelas tidak mencerminkan calon guru PAUD. Mungkin itu kekhilafan karena kedekatan kami yang pada waktu itu tidak bisa digantikan dengan momen lain begitu saja.

Masih banyak momen lain, selain liburan singkat kami di Bandung, yang sulit dijelaskan secara rinci. Bukan sulit karena tak bisa dijelaskan,  ini sulit karena butuh waktu tujuh hari tujuh malam untuk menjelaskannya, atau mungkin lebih dari itu. Dan setiap momen yang aku update di path punya kenangan tersendiri, layaknya blog.

Aku juga punya blog, isinya beberapa tugas kuliah dan curahan hati mahasiswa baru. Berbeda dengan plog, sebutan untuk momen di path yang aku anggap sebagai blog secara tidak langsung. Aku menganggap pathku adalah blog karena setiap momen yang aku update sudah jelas apa yang perlu disampaikan (ini khusus pathku). Seperti, waktunya yang tertera jelas, sedang pergi kemana tertera jelas, pergi dengan siapa tertera jelas dan jika tidur pun tertera jelas dimomen yang ada.

Kembali bercerita tentang malam hari ini karena malam ini sudah semakin larut. Aku tetap menggulirkan layar smartphoneku sampai dimomen empat bulan lalu ketika baru masuk kuliah dan langsung sibuk tugas kunjungan ke beberapa PAUD di Jakarta. Pikiranku mulai kacau. Sudah tidak waras. Karena semakin jauh aku menggulirkan momen yang ada nama mereka, mimik wajahku berubah-ubah. Mulai dari senyum, kemudian berpikir, ketawa sendiri, senyum lagi, begitu seterusnya sampai aku tertidur setelah terlalu jauh menggulirkan layar smartphoneku.
-------
"Hai geng! Rinduuu"

"Selow lah, Put. Besok juga ketemu di kampus. Gak sabar pengen ketemu yang kepilih jadi mojang favorit nih", goda Uur.

"Yoi. Besok pulang ngampus bisa kali ditraktir", timpal Raylo.

"Setuju lah ya kalo ditraktir", jawabku.

"Jang, mojang, kemana woy?", Raylo ngechat digrup mencari kehadiran Lesya yang tak kunjung ada jawabnya.

"Jang, mojang, kemana woy? (2)", aku mengikuti.

"Jang, mojang, kemana woy? (3)", Putra juga mengikuti.

Et dah. Sama semua ngechatnya. Samain juga deh kalo gitu. Jang, mojang, kemana woy? (999)"

"Wah Uur. Semangat amat lu, dari tiga langsung 999, nanti anak murid lu bisa ikut-ikutan ke jalan kesesatan kalo baca chat lu hahaha"

"Hayoloh Uur. Anak muridnya kagak jadi pinter"

"Put! Lo! Selow. Anak murid gue bakal gue didik jadi penerus bangsa yang bener. Gak akan kaya kita, begadang malah ngebahas yang gak baik, parah parah . . . hahaha"

"Halo", singkat chat Lesya.

"Halo juga mojang", balasku cepat.

"Halo Syasya sayang", balas Uur.
"Yoo, Sya", balas Raylo.

"Apa kabar geng? Gue baru bangun. Akhirnya tidur nyenyak juga dikasur sendiri. Besok ngampus jam brp?"

"Halo, Sya. Gue baik kok. Kita sih jam 7 caw. Nanti Uur jemput kita kok, doi baru dikasih roda empat baru", jawab Putra.

"Seriusan?!!!"

"Dih? Bener tuh mobil baru. Gak cerita ke gue, cukup tau gue sih!"

Aku dan Raylo terkejut membaca balasan chat dari Putra.

"He he he", singkat jawab Uur.

"Dah udah. Biar gak penasaran, pada tidur sekarang, biar gak kelamaan tuh nunggu Uur jemput kalian bsk pagi. Bye! Gnight! Buat Lesya, mungkin lu bakal telat tidur, karena lu baru bangun hahaha"

"Bye abang hedon. Gnight semuanya, gue juga tidur yay!", jawabku.
-------
Sesampainya di kampus, keanehan diantara kami makin menjadi. Urat malu diantara kami sepertinya juga sudah putus. Karena ketika sampai di gedung kuliah ada banyak kertas berisikan daftar absen dan jadwal kuliah semester tiga, kemudian yang membuat kami lupa menjadi pemalu sebagai calon guru adalah kami bersorak bersamaan saat melihat daftar absen kami satu kelas.

Misi hedon disemester tiga dijanjikan akan terus berlanjut, tapi mungkinkah? Tentu saja mungkin, jika kami tetap memegang teguh tanggungjawab untuk menepati janji kami bersama. Dan aku, tentu saja menjanjikan akan meneruskan plogku, khusunya untuk kenangan dan kesenangan tersendiri.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Plog - (Cerpen part IV)

Sabtu pagi, aku dan empat orang kawanku bersiap-siap menuju tempat wisata. Pagi hari ini bersinar lebih cerah daripada  pagi hari sebelumnya. Aku sendiri belum tau tujuan pastinya tempat wisata yang mana.

"Yuk, Ny"

"Iya bentar, Sya. Nyemprot parfum dulu, kali aja memikat jajaka Bandung"

"Ah mblo, ngarep mulu, cowok Jakarta aja belom ada satu yang nyantol, jauh-jauh lu nyari yang di Bandung. Gue tunggu di lobby deh kalo gitu. Bye!", Lesya membuka pintu kamar dan melangkah menuju lobby.

"Hati-hati mblo", teriakku sebelum Lesya berhasil merapatkan pintu kamar.
-------
"Asik sampeeee", teriak Lesya ketika berhasil turun dari mobilku. "Geng, welcome to Floating Market Lembang"

"Neng pelan-pelan neng, nanti kesandung batu kan sakit"

"Iya bang Uur. Perhatian deh ah. Langsung aja napa, masa diluar gini aja", Lesya mulai menarik tangan Uur menuju tempat beli tiket.

"Wait! Foto dulu dong, update di path kan belom"

"Oh iya bener tuh bang hedon, minta tolong orang gih fotoin...Ur", Lesya nyengir ke Uur.

"Giliran kaya gini aja baru deh butuhin gue"

"Ah babang Uur suka ambekan ya kalo lagi main di Bandung, nanti peyeum...puan Bandungnya gagal deh dideketin abang"

"Nah setuju gue sama lu, Lo. Hahaha", Putra tertawa.

"Yadah yadah. Gue cariin orang dulu, bentar...", Uur melangkah pergi mendekati seseorang.

"Yuk sini, A Rio. Temen-temen saya gak gigit kok", ajak Uur kepada seseorang yang diminta tolong untuk memoto kami.

"Eh geng. Cepet!"

Kami berlima mulai mengatur posisi untuk foto. Sama seperti di mobil, aku - Putra - Lesya berada dibarisan belakang, sedangkan Uur dan Ilo berada di depan kami bertiga dengan posisi setengah berdiri seperti para pemain bola yang mau difoto kalau lagi di lapangan. Dengan gaya andalan saling rangkul, aku dan Lesya yang berada dipinggir kanan dan kiri membentangkan salah satu tangan yang tidak merangkul di pundak Putra. Untuk yang satu itu (membentangkan tangan), khusus permintaan bang hedon.

"Oke. Siap ya! Satu, duaaa...tiga", teriak A Rio.

"Aa sekali lagi ya", pinta Uur.

"Oke semua, liat kamera kalo liat saya mah nanti naksir"

"Yah aa, tau aja saya jomblo bisa naksir", timpal Lesya.

Kali ini, tanganku yang tidak merangkul di pundak Putra kumasukan ke dalam saku jaket. Berbeda dengan Lesya yang jarinya membentuk huruf V (telunjuk dan tengah) kemudian ditempelkan di hidungnya.

"Udah siap nih? Saya itung ya. Satu duaaa...tiga"

A Rio menyerahkan handphone pada Uur.

"A Rio makasih ya", ucapku dan Lesya bersamaan.

"Iya neng, sama-sama. Duluan ya, mau parkirin mobil lagi tuh", sambil tersenyum A Rio pergi meninggalkan kami.

"Nih hp lu, bagus kan hasilnya?"

"Yoi. Makasih Uur", sambil mencubit pipi Uur, tangan Putra yang satunya meraih handphonenya kembali.

"Bang hedon gemesan ih sama Uur, bae-bae nanti naksir"

"Ebuset. Ngaco aja Ilo kalo ngomong", Putra menjitak kepala Ilo.

"Ampun bang", Ilo meringis.
-------
"Mau pada makan apa?", tanya Ilo.

"Belom tau deh, gue mau liat-liat dulu sama Unny", jawab Lesya.

"Kalo lu Ur?"

"Gue berdua lu aja makannya, yang enak apaan?"

"Ah lu, Ur. Kaya gak tau Ilo aja. Doi kan doyan makan, apa aja enak"

"Bang hedon ngertiin aku aja", kedip Ilo ke Putra.

"Ilo ngapa? Masa si kece jadi memble gini sekarang. Idih..."

"Biarin aja, Ny. Efek main kejauhan suka error kan si Ilo. Hahaha", tawa Uur.

"Gue nyari toilet dulu ya", Putra melangkah pergi dari tempat duduk.

"Gue juga mau keliling deh sama Unny sekarang, yuk"

"Bentar, Sya. Ini kalo mau mesen makan gimana dah? Kenapa gue jadi kudet?"

"Bang kece tuh kesana, tuker uang yang seratus ribu misalnya, jadi bentuk logaman gitu, tapi bukan uang logam. Ini logamnya khusus di tempat ini aja. Mulai dari nominal 5000 sampe 20.000 kalo gak salah paling gede, tiap nominal tuh beda warnanya. Nah nanti, pas lu berdua atau salah satu dari lu mau beli makan, kasihin deh tuh uang logamnya sesuai harga makanannya. Langsung bayar pas pesen makannya"

"Oke Syayang, Bang Uur ngerti. Makasih yaaa"

"Kok lu tau banyak, Sya? Pernah kesini sebelumnya?", Ilo heran mendengar penjelasan Lesya barusan.

"Eh anuuu...dulu Wipo yang jelasin ke gue pas dia ke Floating Market sama keluarganya...hehehe"

"Duh, ada yang lagi kangen mantan nih kayanya", ledekku.

"Apaan sih, Ny. Udah yuk keliling aja", wajah Lesya memerah.

"Yaudah iya ayo deh ayo, biar lupa barusan Lesyaku abis nyebut nama siapa"

Aku dan Lesya melangkahkan kaki menuju tempat souvenir. Sebelum masuk ke dalam toko, hpku dan Lesya berbunyi.

Ting Nong . . .
"Bang hedon update kayanya", celetukku.

"Iya lah, siapa lagi yang mau repot-repot ngenotice jomblo kalo bukan doi"

Aku membuka notifikasi, aku klik path update-an Putra. Satu foto yang tadi berhasil diabadikan A Rio sedikit Putra edit dengan menambahkan kata "Bandung" diantara tangan aku dan Lesya yang terbentang. Caption yang Putra tulis kali ini adalah "Terima kasih geng. Libur sesaat untuk misi hedon kesekian, zukzez!"

"Unny temen lu kok ya, suka hedon suka alay juga ternyata. Segala bilang makasih, biasanya aja kalo udah dibantu nyelonong gitu aja"

"Lagi khilaf sepertinya, Sya"

Aku senyum ke Lesya. Langkah kami diteruskan masuk ke dalam toko souvenir. Ku tutup aplikasi path dihandphoneku.
-------
"Sya abis darimana aja?"

"Nih, Lo. Banyak kan oleh-olehnya. Lu beli sana buat nyokap lu gih, maen jauh kagak ngasih oleh-oleh buat emak"

"Iya nanti dah. Daripada beli oleh-oleh sebanyak itu, mending buat makan lah. Ya gak, Ur?"

"Ogah dah. Kenyang nih, noh liat bang hedon aja engap gitu mukanya"

"Iya njir. Kacau ny, temen lu si Ilo yang katanya paling kece"

"Hahaha Ilo. Si jago dalam hal santap menyantap. Kalian berdua gak mau makan?"
"Unny mau beli apa?", tanya Uur.

"Gue berdua Lesya aja makannya. Sya pesen apa kek yang enak, pengen meremin mata dulu sebentar, gue ngantuk"

"Kumat deh tidurnya dimana aja. Iya gue beliin deh, minta duit logamnya dong bang kece"

"Lesya pinter amat, beli sendiri sana pake duit lu. Logam gue aja abis"

"Yah bang, yaudah pake duit lu dah sini sekalian ditukerin jadi gue juga sekalian beli makan"

"Nih dah, gue nitip jus alpuket ya atu", Ilo menyerahkan uang seratus ribu ke Lesya.

"Bae-bae, Sya. Beli makannya yang enak", pesanku sebelum menundukan kepala kearah tanganku yang sudah berada di atas meja.

Lima belas menit kemudian.
Tubuhku terasa ada yang menggoyangkan. Terdengar suara cempreng Lesya kemudian, "Unny bangun, lu mau makan gak?"

"Iya, Sya"

Dalam keadaan setengah sadar aku diam bersandar pada bilah bambu yang menjadi pembatas dari tempat duduk lesehan dengan air yang sangat banyak jumlahnya. Seperti jumlah air danau namun khusus disediakan untuk bermain bermacam perahu.

"Unny lu mau makan atau gue bantu Lesya buat ngabisin nih?"

"Iya iya, makan mulu lu. Kasian napa sama gue yang kecil. Ilo gak ngertiin deh"

"Jitak aja, Ny. Ilo emang suka gemesin kalo liat makanan", ledek Uur.

"Eh lu pada. Love dulu dong momen gue di path, repath sekalian, masa gue update sendirian. Kan gak asik"

"Eh iya lupa napa. Nih bang, lu update-in tolong di path gue" Lesya memberikan handphonenya ke Putra.

"Ur, captionnya apa ya?"

"Apa kek bang, gue mana tau, gue aja update cuma foto sama lokasi doang"

"Ayo dong bantuin", sambil menggerak-gerakkan pundak Uur, Putra minta tolong namun sedikit memaksa juga.

"Lu berdua malah berantem, ngapain sih?"

"Ini Unny, si bang hedon bingung captionnya apaan"

"Gak kok, gak kenapa-kenapa. Uur boong aje"

"Sini dah hp Lesya kalo lu bingung, Put"
Putra memberikan handphone Lesya pada Ilo. Sesaat kemudian bunyi notifikasi di handphone kami, kecuali handphone Lesya.

Ting Nong . . .
Setelah melihat hasil update Lesya di path, yang disponsori foto Putra dan caption Ilo. Aku nyengir-nyengir sendiri.

"Sya, si kece parah nih"

"Uur mulutnya, diem napa. Belom ada sejam"

"Hahaha i know what you mean, Ur"

"Iya bener, Ny. Gue juga tau si Uur maksudnya apa. Hahaha"

"Putra diem dong", Ilo memanyunkan bibirnya.

"Ada apaan emang? Kok gue gak tau"

"Liat nih, Sya!"

Uur menyerahkan handphonenya ke Lesya.

"Loilooo! Berani kan sama gue"

"Jangan marah dong, Sya", kedip Ilo.

"Bodo"

"Kalo ngambek, lucu. Nanti gue jeburin ke danau ini aja gimana? Hahaha"

"Bodo"

"Yaudah ah jangan ngambek, nanti gue beliin boneka deh tuh di toko souvenir, sekalian beli oleh-oleh buat nyokap"

"Bodo"

"Bener Sya gak mau? Yaudah"

Lesya terdiam.

"Yuk, Sya. Mau gak nih boneka? Cup cup cup, mblo ayo dong. Masa ngambeknya lama gini", Ilo duduk disebelah Lesya lalu menyenggol-nyenggol lengannya.

"Ilo Ilo Ilo...", kami bertiga yang menonton usaha Ilo buat bikin Lesya gak gambek lagi menyemangati pelan-pelan sambil cengar cengir menahan tawa.

"Syaaa...ayo ah, kelamaan ngambek nanti makin lama ngejomblonyaaa", goda Ilo sambil mengacak-acak rambut Lesya.

"Ah parah banget ngedoainnya. Yaudah deh ayo"

Masih dengan bibir manyun, Lesya bangun.

"Senyum dulu baru kita beli bonekanya", Ilo masih ngebujuk Lesya.

"Nihhhhh", Lesya senyum, agak terpaksa.

"Nah gitu. Kuy, let's go!", Ilo menggandeng tangan Lesya.

(Kuy; sebutan remaja sekarang untuk ajakan ayo. Biasanya menggunakan kata yuk, tetapi ini cara membacanya dibalik jadi kuy)
-------
"Sampe juga akhirnya di hotel. Gue duluan mandi ya, gak enak nih badan. Mana ngantuk juga, takut keburu tidur"

"Silahkan silahkan mba bobo yang jomblo", ledek Lesya.

"Yeuh jomblo treak jomblo", aku melempar handuk di kamar mandi kearah muka Lesya. Yap tepat sasaran, mendarat mulus dimukanya.

"Unny!! Gue bales lu abis mandi"
-------

Selasa, 19 Juli 2016

Plog - (Cerpen part III)

"Lo mau kemana sih kita sekarang?", tanyaku bingung.

"Nanti juga lu tau, Ny. Spesial request Neng Syasya tempatnya", ejek Uur.

"Yeuh, gue nanya ke Ilo kali, bukan ke lu", sambil memanyunkan bibirku ke arah kursi depan sebelah kiri tempat Uur duduk.

"Daripada penasaran, pada tidur aja, nanti kan bimsalabim udah sampe lagi", Ilo mulai ikut bicara.

"NO NO NOOO!!!", sedikit tinggi nada suara Putra sambil mentoyor dua kepala yang berada di kursi depan.

"Adaw . . .", refleks Uur dan Ilo bersuara kesakitan.

"Hahaha ada yang takut dikerjain lagi ya kayanya, sampe gak mau tidur gitu"

"Iya lah, Sya. Muka gue gak banget soalnya, apa kata fans nanti?"

"Yeuh dasar, emang punya fans?", sikut kanan Lesya menyenggol Putra.

"Kan lu beb fans gue", kedip Putra sambil melirik Lesya.

"Heee.....loooo?", kali ini jari Lesya mencubit tangan Putra.
-------
Ting Nong . . .

Terdengar bunyi nyaring notifikasi handphoneku. "Paling Uur", umpatku dalam hati.

"Unny! Cek whatsapp deh, S E K A R A N G!", teriak Lesya dari arah balkon kamar.

Aku yang baru saja ingin terlelap kembali ke sisi handphoneku berada. Ada satu pesan di grup chat dari Putra. Aku buka grup chat "Hedon". Sebuah foto yang masih loading untuk aku download, dengan caption, "URDHO, RAYLO. ABIS LU YA SAMA GUE!!!"

"Sya kenapa sih? Belom berhasil nih downloadnya"

Lesya masuk ke dalam kamar menghampiriku. Seraya menyerahkan handphone dari genggamannya padaku Lesya berkata, "Lu liat sendiri dah kelakuan temen lu, berani-beraninya bikin si Putra marah hahaha"

Aku meraih handphone Lesya. Di layar handphone terpampang sebuah foto hasil screenshoot yang menggambarkan kiriman Uur dan Ilo di path. Kiriman mereka berdua berisi foto selfie mereka sewaktu macet, dibelakang mereka jelas terlihat ada aku, Lesya dan Putra sedang tidur.

Aku tidur memiringkan kepalaku ke pundak sebelah kiri Putra, Lesya tidur memiringkan kepalanya ke pundak sebelah kanan Putra, sedangkan Putra tidur memiringkan kepalanya ke kanan tepat di atas kepalaku. Selain itu, mulut kami bertiga ketika tidur mampu membuat yang melihatnya tertawa. Mengapa tidak, posisi mulut kami sedikit terbuka seakan kami kelelahan berada dalam perjalanan jauh yang sedang macet.
Yang membuat Putra semakin marah bukan hanya foto yang cukup memalukan itu, tetapi caption yang ditulis Uur dan Ilo di path. Bunyi captionnya, "Ketika abang hedon tidur nyenyak dengan dua ratunya, kita sih sebagai supir seneng aja ngeliat momen kaya gini".

Buatku dan Lesya, foto ini mungkin tidak apa-apa. Berbeda ketika foto ini di upload dan menandai Putra, karena di Path Uur dan Ilo ada Rini, teman sekelas di kampus yang menjadi inceran Putra. Setelah lima belas menit grup chat ramai perdebatan antara Uur, Ilo dan Putra, akhirnya Uur dan Ilo diminta mentraktir makan Putra di Trans Studio Mall yang letaknya cukup ngesot dari hotel.

"Ih di traktir. Gue ikut broooo", Lesya ikut ngechat di grup.

"Yooo. Selesai shalat Isya ditunggu di lobby, nanti kita bareng-bareng kesananya. Uur yang traktir kita kok! Kan baru dapet transferan tadi dia bilang sama gue hahaha"

"Oke siap brader Ilo"
-------
Malamnya.
"Kita nonton aja yuk! Kan ada jam tayang terakhir jam 9an gimana?"

"Lu yang bayarin, Ny?", tawar Putra.

"Boleh lah, tadi bokap ngasih lebih"

"Asikkk!!!", teriak Lesya dan Putra bersamaan.

"Cie abang hedon sama neng hedon barengan teriaknya, jodoh nih", ledek Uur.

"Hahahaha", tawaku, Uur dan Ilo bersamaan.
Putra memelototkan matanya ke arah Uur, sedangkan Lesya memanyunkan bibirnya.

"Ettt...berani sama gue? Gak jadi gue traktir deh"

"Ah brader Uur suka gitu, sini gue rangkul biar gak ambekan", Putra mendekat merangkul Uur.

"Gue ke bioskop deh ya kalo gitu, beli tiket dulu. Kalian mau nunggu dimana?"

"Gue ikut dong. Biar jalan-jalan, males kalo cuma duduk bareng cowok-cowok jomblo nanti akikah digodain terus naksir kan repot", Lesya menggandeng tanganku.

"Kok Syasya gitu sama aku? Kalo naksir aku siap tanggungjawab kok"

"Emang Syasya mau gitu sama lu? Tadi sore aja jail nge-upload foto dia yang jelek, mana mau dia sama lu...Uur!"

"Yeuh bang hedon masih dendam tuh, Ur! Hahaha"

"Iya nih, Lo. Kita gak usah jadi aja kali ya traktir dia?", Uur memberikan kedipan mata meminta persetujuan Ilo.

"Ambekan deh...", Putra mengencangkan kembali rangkulannya di leher Uur.

"Malah debat lagi, udah ya kita ke bioskop dulu, dah mblo!", Lesya melambaikan tangannya kearah Uur, Ilo dan Putra.

"Jangan lupa kabarin kalian dimana", teriakku sebelum jauh.
-------
Aplikasi di smartphone terbilang beragam jenisnya. Mulai dari aplikasi chat, aplikasi edit foto, aplikasi share moment dan masih banyak lainnya. Para remaja, seperti aku dan empat orang sahabatku, mayoritas menggunakan aplikasi chat bbm. Tetapi untuk grup chat, kami lebih memilih line yang bisa bervariasi stiker yang disediakannya.

(Smartphone adalah sebutan untuk handphone canggih berbasis android, biasanya)

Untuk share moment, aku pribadi lebih memilih path. Walaupun banyak orang bilang ini aplikasi untuk sombong. Sombong yang kaya gimana? Sombong karena bisa update lokasi, apalagi untuk yang suka pergi ke tempat wisata. Tidak melulu tempat wisata, kadang ketika di pasar mengantar ibu sempat-sempatnya ada yang update.

Selain share lokasi dengan path pengguna dapat share moment sedang mendengarkan lagu apa dengan siapa, atau sedang menonton film apa dengan siapa dan dimana. Share moment tidak harus ketika mendengarkan lagu tersebut langsung share. Bisa jadi lima menit sebelum mendengarkan sebuah lagu dishare atau bisa jadi lima menit setelah mendengarkan sebuah lagu baru dishare. Semua itu sesukanya si pengguna path.
-------

Minggu, 17 Juli 2016

Plog - (Cerpen part II)

"Biar Lesya aja deh yang cerita langsung buat lu...silahkan Syasya sayang", Uur senyum mempersilahkan yang punya pengalaman dan kenangan hidupnya untuk menceritakan kepada Ilo.

"Jadi gini Lo. Pacar gue, eh mantan lebih tepatnya. Baru aja mutusin gue seminggu yang lalu. Dari kampusnya, dia disuruh magang di daerah asal masing-masing, balik lah dia ke Banten", Lesya langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Ilo.

"Sya gak usah bisik-bisik juga bisa kayanya ya, modus deh kamuuu...", ejek Uur yang melihat perlakuan Lesya ke Ilo.

"Ceilah cemburu tuh, yakan? Yakan?", ledekku pada Uur, sekejap kemudian Uur manyun manja dan mukanya memerah.

"Oke oke. Gue lanjutin nih ya gak pake bisik-bisik. Sesuai permintaan si sayang", Lesya mengedipkan matanya kearah Uur. Terlihat Uur tersenyum, Lesya langsung menatap Ilo lagi untuk melanjutkan ceritanya. "Setelah dia balik ke Banten, mulai deh tuh rewel. Rewel yang bilang kangen, gak bisa jauh dari gue, gak bisa LDR-an dan lain-lagi sampe gue lupa dia ngomong apa aja"

"Hmmm . . . Terus, Sya?", Ilo menanggapi dengan seksama.

"Sebulan pertama gue berusaha yakinin dia, kalo kita, gue sama mantan gue, Wipo, bisa LDR, dan gue berhasil. Bulan kedua, ketika Bu Rina ngasih angkatan kita tugas lapangan selama seminggu, full, kita sibuk bukan main dan Wipo kembali uring-uringan. Diawal bulan ketiga dia magang, gue berusaha lagi bikin dia yakin. Kali ini susah! Gue cuma ngadu keluh kesah kesusahan gue ngebujuk Wipo ini sama Unny, karena dia yang saat itu satu kelompok tugas lapangan bareng gue", Lesya merangkulku yang duduk di sebelah kanannya. Aku tersenyum, mengisyaratkan kalau Lesya masih harus meneruskan ceritanya karena Ilo yang duduk dihadapan Lesya terlihat antusias mendengar ceritanya. Sedangkan Uur dan Putra, mencari lokasi main kita hari ini melalui smartphone masing-masing.

"Hampir sebulan, akhirnya gue berhasil lagi balikin hubungan gue tetep seperti adanya tanpa kerasa kaya LDR. Masuk bulan keempat, gue mulai liat facebook dia dan ternyata dia upload foto bareng temen magangnya di pantai dengan caption - Piknik Sesaat - seminggu kemudian, tepatnya seminggu yang lalu, dia balik ke Jakarta. Gue kangen, kangen sekangen kangennya orang yang lagi kangen", terlihat mata Lesya mulai berkaca-kaca menahan tangis, tapi dia tetap tersenyum sambil meneruskan ceritanya.

"Malemnya, Wipo sms - Caa bsk ketemu ya:* nanti aku jemput ke rumah kamu jam 3 sore - gak sempet gue bales, karena gue tidur. Besok paginya gue bales - Iya Popo aku tunggu di rmh:* - sekitar jam satuan gue siap-siap, jam setengah tiga beres. Gue harap-harap cemas nunggu Wipo. Jam dinding rumah gue berdentang tiga kali, itu tandanya udah jam tiga dan Wipo belom dateng. Gue nunggu depan tv sambil nyetel drama korea, gak kerasa udah kedenger adzan Maghrib. Riasan gue mulai luntur gak karuan. Kali ini jam dinding rumah gue berdentang tujuh kali dan Wipo tetep gak ngasih kabar. Gue iseng ambil handphone gue, buka facebook. Gak perlu sampe visit profil Wipo, karena di beranda ada tiga foto baru Wipo sama cewek lain, cewek temen magangnya waktu itu dan cewek yang secara mengejutkan ada dihubungan gue sama Wipo. Tamu spesial dan gak disangka-sangka. Abis ngeliat foto itu gue sms Wipo - Popo kemana? Kamu gak jd ke rmh aku? Pdhl aku bela-belain mandi buat kamu - kalian tau kan, gue males mandi, kalo emang libur dan gak kemana-mana", aku dan Ilo nyengir mendengar perkataan Lesya barusan.

"Wipo ngebales dua hari kemudian - Caaa makasih udah pernah ngisi hari2 aku, mulai skrg kita putus aja ya:) - kaget gak sih kalo lu jadi gue, Lo? Cepet banget kan dia berubah, gue gak terima dong diputusin gitu aja. Gue bales - Punya alesan knp putusin aku? - Wipo gak bales lagi. Bete, gue langsung vn Unny saat itu juga. Eh tapi Unny lagi nemenin nyokapnya di dapur, alhasil gue iseng aja ngoprek handphone. Buka facebook, Wipo gak update apa-apa. Pas buka path, ternyata check-in di Cafe Braye bareng sama cewek itu dan kali ini captionnya - Luangin waktu buat si anti sibuk:*" pengen marah tapi orangnya gak ada, jadi gue nangis sejadi-jadinya. Pas Unny nelpon juga, gue cuma bisa nangis di telpon"

"Terus udah berakhir gitu aja hubungan lu sama Wipo yang udah setahun lebih itu?", Ilo penasaran.

"Iya, Lo. Dan lu harus tau alesan dia pergi", Lesya bersemangat.

"Apa Sya?!!"

"Dia ninggalin gue karena gue - kamu sibuk ca, terlalu sering kunjungan bareng temen kampus ke Paud daripada kunjungin tempat nongkrong bareng aku, kamu gak gaul, gak bisa diajak hedon - ya gitu, Lo. Gitu isi sms dia pas besoknya ngebales sms gue tentang alesan dia ninggalin gue"

"Dih! Kurangajar! Awas aja nyesel ninggalin temen gue ini. Kalo nanti dia ngajak lu balikan, lu gak usah mau!", Ilo marah sejadi-jadinya di depan perpustakaan kampus.

"Calm down! Malu diliat sama orang. Gue juga marah pas tau itu. Makanya sekarang, Lesya jadi yang semangat kedua buat hedon setelah "biang hedon" kita", ucapku menenangkan Ilo.

"Bro sist, udah beres gosipnya? Kita caw sekarang yuk! Gue nemu tempat asik nih, rekomen dari abang gue"

Aku, Lesya dan Ilo mengacungkan jempol. Lalu Uur berteriak, "Kita siap buat hedon, kita gak sibuk broh, cuma agak banyak keperluan aja sama tugas kampus! HAHAHA"

Kami berlima menuju mobil Ilo dan langsung menuju lokasi yang direkomendasiin abangnya Putra. Sesampainya disana, sambil menunggu pesanan tiba kami berlima membuka path dan update di Cafe Kekinian (daerah Jagakarsa). Caption kami berlima sengaja dibuat sama, "Misi Hedon Ke - 1"
-------
"Bandung rasa Jakarta ya, macet bet!", Lesya bergumam sambil duduk di lobby Trans Hotel.

(Bet; ungkapan kata pengganti untuk kata Banget, biasanya diungkapan sama remaja-remaja sekarang)

"Maklum, weekend. Lagi juga capean gue sama Uur nih. Yang nyupirin kalian dari Jakarta ke Bandung. Kalian sih enak bisa bobo gemas"

"Selow, Lo! Walaupun kita berdua nyupir. Gue gak nyia-nyiain momen langka tadi kok. Nih!", Uur menunjukkan foto selfie dirinya dan Ilo.

"Apaan dah, Ur! Ini kan foto kita pas lu ngajak gue selfie"

"Yeuh! Lu perhatiin yang bener napa! Tuh dibelakang kita ada siapa?", Uur ngajak main tebak-tebakkan Ilo yang kurang fokus memperhatikan foto selfienya.

"Gue liat dong!", Lesya mulai penasaran dengan foto yang Uur tunjukkan untuk Ilo tadi.

"Nanti ya Syasya sayang, gue upload dulu nih ke path si aplikasi untuk sombong. Biar pada tau kita lagi di Bandung"

Ting Nong . . . serentak notifikasi dihandphone kami berbunyi, kecuali dihandphone milik Putra.

"Wah si hedon udah update duluan", celetukku.

"Gue bales ah si hedon. Mumpung orangnya lagi ngelangkah jauh dari kita nih. Siap gak, Lo?", tantang Uur sambil nyengir.

"Pastinya lah, Ur! Hahaha", Ilo bersemangat menanggapi tantangan Uur.

"Syasya, Unny, lu berdua tunggu notifikasi di hp lu ya", Uur yang paling jail diantara kami memulai atraksinya.

Lima menit kemudian.

"Ur mana? Katanya mau upload foto di path"

"Sabar, Ny. Sinyal lemot nih. Kuota udah mau abis, gue lupa ngisi"

"Yaudah kita ke kamar deh ya, ngantuk. Mau lanjutin tidur dulu sebentar, sebelum nanti malem kita hedon bersama", ajak Lesya padaku seraya berpamitan dengan Uur dan Ilo. Sambil menggendong tas punggungnya, Lesya dan aku melangkah menuju salah satu dari dua kamar yang telah dibooking oleh Om Resva, teman Papa, untuk kami.
-------
"Gue ke balkon ya, Ny. Kalo lu mau lanjut tidur, lanjutin aja. Gue tau hobi lu tidur kok, hahaha", ledek Lesya padaku.

"Yoo. Lu hati-hati di balkon, nanti siapa tau kena angin sejuk Bandung malah ketiduran di luar" ledekku membalas Lesya.

Aku mengecek pathku, Lesya baru saja update di Trans Hotel Bandung bersama aku, Deral Putra, Urdho Resman dan Raylo Denis Prasetya. Begitu pun aku, sebelum aku memenjamkan mata sengaja aku update hal yang sama seperti Lesya dan Putra lakukan.

"Sesekali apdet di kota orang lah, bosen di Jekardah muluuu~"

Dibumbui caption, baru aku klik tanda ceklis, tanda setuju untuk upload. Selesai mengirim sebuah postingan di path, aku meletakkan handphoneku di atas meja dekat kasur. Setelah meletakkan handphone di atas meja yang berada disisi kiriku, aku memalingkan tubuh ke arah kanan seraya menjangkau guling yang ada, lalu kupeluk.

Ting Nong . . . Terdengar bunyi nyaring notifikasi handphoneku. "Paling Uur", umpatku dalam hati.

"Unny! Cek whatsapp deh, S E K A R A N G!", teriak Lesya dari arah balkon kamar.

Aku yang baru saja ingin terlelap kembali ke sisi handphoneku berada. Ada satu pesan di grup chat dari Putra. Aku buka grup chat "Hedon". Sebuah foto yang masih loading untuk aku download, dengan caption, "URDHO, RAYLO. ABIS LU YA SAMA GUE!!!"
-------

Kamis, 14 Juli 2016

Plog - (Cerpen part I)

"Mau kemana nih hari ini?", Putra "biang hedon" di geng kami bertanya jadwal main untuk hari ini.

"Puput...", ejek Urdho ke Putra.

"Uur! No puput puput, bisa? Atau lu mau tangan gue melayang terus mendarat di jidat lu yang lebar itu", Putra senyum jahat ke Uur (panggilan dari kami buat Urdho).

"Ur congor jaga cuy, nanti kita gagal diajak hedon nih sama biang hedon", aku menengahi sedikit bercandaan Putra dan Uur agar tidak terjadi keributan.

"Tau nih. Nanti mantan gue gak jadi nyesel ninggalin gue nih", dumel Lesya sambil cemberut manja diantara kita.

"Sya, sini sini peluk! Biarin aja mantan lu. Kita disini bakal bantu lu kok biar lu hedon, biar mantan lu nyesel udah putusin lu!"

"Putraaa...kok lu ngelangkahin gue buat peluk Lesya? Minggir lu, gue duluan ya peluk dia", ledek Uur sambil mendekati Lesya.

"Weits! Mau ngapain lu?", cegah Raylo yang datang tiba-tiba sambil membentangkan tangannya berdiri di depan pandangan Lesya. "Tumben pada nongkrong depan perpus. Biasanya udah pada caw hedon kemana"

"Ilo sayang, pasti belom denger cerita si Lesya, yakan?"

"Maksudnya apa, Ur?", Ilo bingung sambil garuk-garuk kepala.

"Biar Lesya aja deh yang cerita langsung buat lu...silahkan Syasya sayang", Uur senyum mempersilahkan yang punya pengalaman dan kenangan hidupnya untuk menceritakan kepada Ilo.

"Jadi gini Lo...", Lesya langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Ilo.

"Dih! Kurangajar! Awas aja nyesel ninggalin temen gue ini. Kalo nanti dia ngajak lu balikan, lu gak usah mau!", Ilo marah sejadi-jadinya di depan perpustakaan kampus.

"Calm down! Malu diliat sama orang. Gue juga marah pas tau itu. Makanya sekarang, Lesya jadi yang semangat kedua buat hedon setelah "biang hedon" kita", ucapku menenangkan Ilo.
-------
"Gue mau ke resepsi pernikahan anaknya temen bokap nih di Bandung. Kalian mau pada ikut?"

"Kagak dah. Malu gue sama ortu lu, Ny", tolak Uur untuk ajakanku ke resepsi pernikahan anaknya teman Papa.

"Alah. Uur tuh malu-malu mau", ledek Putra.

"Gak kok, gue malu kalo nantinya gue malu-maluin disana..."

"Yeuh! Jadi gimana mau ikut?", ajakku lagi.

"Gue sih gimana "biang hedon" aja", jawab Lesya melirik Putra.

"Hedon mulu, Sya. Hahaha", tawa Putra.

"Gue juga, Ny. Gue ikut "biang hedon" aja", Uur ikut mengiyakan jawaban Lesya setelah tadi menolak ajakanku.

"Kalo lu gimana?", tanyaku pada Ilo.

"Gue ikut aja, Ny. Gampang sama gue sih, sahabat selalu yang utama"

"Nah tinggal lu deh. Jadi menurut lu gimana?", pertanyaan terakhirku buat Putra, biang hedon.

"Acaranya kapan? Kita kan kuliah, Ny", si hedon yang tetap mementingkan akademik tidak ingin jadwal kuliah diganggu sama jadwal hedonnya.

"Oh iya gue lupa kasih tau. Acaranya itu minggu depan. Pak Eko kan udah kasih tugas pengganti gara-gara dia izin pergi. Tugasnya juga udah kita selesaiin. Minggu depan Jumat - Sabtu kita libur. Jadi boleh kita hedon di Bandung? Tenang, masalah hotel udah dijamin sama temen bokap gue kok. Maklum, temen lama bokap jadi rada dispesialin gitu bokap guenya"

"Oke boleh lah kita gas. Kapan lagi diajak hedon udah ada hotel yang siap nampungnya", Putra mengiyakan ajakanku.

"Eh tapi, mobil gue ada yang bawain lah. Gue males kalo nyupir jauh"

"Siap! Uur sama Ilo bisa gantian bawa kok, Ny" lirik Putra ke mereka.

Uur dan Ilo mengangkat jempol tanda setuju.
-------
Satu manusia, bermacam pengalaman dan bermacam kenangan dalam satu kali kehidupannya.

Ketika merasa kehidupan tak sesuai harapan, biarkan waktu yang berlalu itu menjadi pengalaman dan kenangan yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah perjalanan hidup.

Dan kali ini, ceritaku bukan sesuatu yang tidak sesuai harapan tapi sebuah cerita dari satu aplikasi sombong di smartphone yang membuatku mengingat kembali pengalaman dan kenangan yang telah berlalu.
-------

Minggu, 03 Juli 2016

(Cukup) Formal dan Tidak Formal

Sebelumnya, tulisan ini diperuntukan bagi siapa saja yang ingin membacanya. Jika pembaca bingung dengan apa yang saya jelaskan berikut, diakhir tulisan akan saya beri tambahan penjelasan yang mudah-mudahan dapat membantu menjelaskan kebingungan para pembaca.

1. Siapa sosok yang ada dalam foto Anda?

Sosok yang ada difoto itu adalah saya yang mengenakan almamater kampus saya. Siapa saya?

Saya Sarah, mahasiswa semester lima yang sedang dapat jatah libur dari kampus dan seharusnya menjadi "Agent of Change" seperti apa yang orang-orang katakan tentang Mahasiswa.

Saya mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang akrab disingkat menjadi PMI. Asing? Ya memang. Jurusan saya tidak seperti jurusan lain yang menjadi favorit. Jurusan saya tidak seperti jurusan lain yang jika disebut nama jurusannya orang lain langsung berdecak, "Wah". Lebih sering, orang lain malah bertanya kembali, "Pengembangan Masyarakat Islam itu jurusan yang gimana sih?"

Buat saya pribadi, yang berkeinginan untuk kontribusi dalam dunia sosial jurusan itu cocok. Pada awalnya. Tetapi, setelah empat semester saya lalui dengan gitu lah...jurusan saya bukan hanya berlatarbelakang sosial. Dibalik kehidupan sosial, Islam (khususnya, karena saya berlatarbelakang jurusan bernuansa Islam) berperan penting dalam menjaga stabilitas kehidupan bersosial. Lalu, bagaimana Islam masuk dan mampu diterima dalam kehidupan sosial?

Islam masuk dan mampu diterima dalam kehidupan sosial melalui para generasi dosen, alumni dan mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam yang serius dalam bidang dakwahnya. Apa hubungan jurusan saya dengan dakwah?

Sebelumnya, saya ingin menjelaskan tentang dakwah. Dakwah adalah cara atau sesuatu yang biasa dilakukan oleh Da'i (orang yang berdakwah) untuk mengajak Mad'u (objek dakwah) kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran yang dikemas dalam Maudu (pesan dakwah) dengan bermacam media yang mampu digunakan. Orang awam, seperti saya sebelum berada di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, beranggapan bahwa dakwah hanya sekedar ceramah dalam event seperti Tabligh Akbar. Tetapi setelah saya mengkaji dan diberi kajian tentang dakwah, ternyata jurusan saya erat kaitannya dengan dakwah.

Jurusan saya, dalam pandangan ilmu kedakwahan merupakan bagian dari dakwah bil hal atau disebut juga dakwah dengan perbuatan. Perbuatan disini, dapat berupa contoh yang bisa diterima dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari atau dapat berupa kegiatan partisipasi dalam menangani suatu permasalahan di daerah tertentu. Jadi, mahasiswa seperti saya dan generasi selanjutnya di jurusan yang sama seperti saya, dipersiapkan untuk mampu berdakwah dengan aksi nyata.

2. Foto Anda merupakan efek tipografi. Foto tipografi indentik dengan kata yang menghiasi isi foto tersebut. Bisa tolong disebutkan dan dijelaskan, kata apa saja yang ada dalam foto yang berhasil Anda unggah?

Terlalu banyak kata yang saya tulis difoto tersebut. Kata-kata yang saya tulis berkaitan dengan dakwah, bagi saya. Kata-kata tersebut diantaranya:

Senyum - saya beranggapan senyum adalah dakwah. Karena, jika seseorang tersenyum setidaknya ada satu orang yang ikut tersenyum juga. Singkatnya, senyum mengajak kepada kebaikan.

Sabar - saya beranggapan sabar adalah dakwah. Karena, sabar hanya bisa digapai oleh orang-orang yang mampu menahan hawa nafsunya. Hawa nafsu seperti amarah, ego, berlebih-lebihan dalam penampilan dan sebagainya. Dan, orang yang mampu sabar terlebih mampu mengajak orang lain untuk sabar, maka orang tersebut sudah termasuk dalam mengajak kepada kebaikan.

Sedekah - saya beranggapan sedekah adalah dakwah. Karena, sedekah dapat menjadi contoh untuk orang lain yang enggan menyisihkan hartanya dalam membantu orang-orang yang kesusahan. Sedekah dikatakan dakwah jika mengajak kepada kebaikan seperti itu, salah satunya. Namun sedekah dapat menjadi sebuah kesalahan jika sedekah dimaksudkan untuk menyombongkan diri dan lain sebagainya.

Bahagia - saya beranggapan bahagia adalah dakwah. Karena, bahagia dapat menjadi bukti kalau seseorang sudah bersyukur. Setidaknya dengan bahagia, seseorang sudah mampu mengajak kepada kebaikan untuk dirinya sendiri.

Hijrah - saya beranggapan hijrah adalah dakwah. Karena, hijrah dapat berarti mengajak seseorang dari kegelapan ruang kemungkaran menjadi sosok yang berakhlak dan penuh dengan jiwa kebaikan. Bukan hanya mengajak orang lain, terlebih dahulu diri sendiri yang diajak untuk berhijrah.

Bertanggungjawab - saya beranggapan bertanggungjawab adalah dakwah. Karena, tanpa rasa bertanggungjawab terhadap kebaikan, kegiatan dakwah tidak akan jalan begitu saja. Bertanggungjawab melatih diri sendiri agar mampu menyelesaikan misi dakwahnya.

Dengan cinta - saya beranggapan dengan cinta adalah dakwah. Karena, jika dakwah dilakukan terpaksa bukan dengan cinta, pesan dakwah yang ingin disampaikan bisa jadi berlalu begitu saja. Para mad'u yang diharapkan mampu menerima pesan dakwah dengan baik, malah acuh dan terkesan masa bodo.

Cukup tujuh kata diatas yang bisa saya jelaskan, setidaknya itu mewakili dari kata-kata yang ada dalam foto tersebut.

3. Mengapa Anda mengunggah foto yang berefek gelap? Bukankah para wanita cenderung memilih pencahayaan yang terang untuk sebuah foto. Mengapa pula Anda mengunggah foto tanpa mata dan logo kampus Anda? Jika memang benar Anda menggunakan almamater difoto tersebut.

Karena seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kalau dakwah mengajak seseorang dari kegelapan ruang kemungkaran menjadi sosok yang berakhlak dan penuh dengan jiwa kebaikan.

Perihal pertanyaan ketiga ini, saya ingin menjelaskan alasan yang cukup membuat pembaca bosan karena terlalu panjang. Maka dari itu, sebagai persiapan membacanya pembaca dapat membuat teh hangat manis dulu untuk menemani pembaca.

Jika sudah, saya akan memulai menjelaskannya. Foto yang tanpa mata dan logo kampus tersebut, sengaja saya unggah untuk berdakwah. Tidak, saya tidak berdakwah untuk menceramahi pembaca atau karena saya lebih banyak ilmunya dari pembaca. Saya mengatakan berdakwah dengan alasan, ketika nanti saya sudah lepas dari cap mahasiswa sebuah kampus, maka saya adalah saya.

Saya berdakwah tanpa mata, tanpa melihat siapa yang saya ajak dalam kebaikan. Karena menurut saya, setiap orang mampu saya ajak dalam kebaikan tetapi tidak setiap orang bisa diajak dengan cara yang sama. Ada yang mampu diajak hanya sekedar lewat ucapan, ada juga yang mampu jika melalui perbuatan atau mungkin dengan cara tulisan seperti penulisan yang saya lakukan. Seperti penjelasan sebelumnya, kalau senyum saja dapat menjadi cara dakwah yang sederhana.

Saya berdakwah bukan karena logo kampus. Berdakwah adalah tanggungjawab saya untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah saya kaji dalam kehidupan sehari-hari. Memang masih terbatas ilmu yang sudah saya kaji, tetapi dengan ilmu yang ada saya harus tetap berusaha untuk terus berdakwah. Dengan berdakwah, saya berharap akan banyak orang yang lebih bahagia dari sebelumnya. Karena bagi saya, kebahagiaan saya bersandarkan pada kebahagiaan orang lain terlebih orang-orang yang saya sayangi.

Untuk efek foto yang gelap, saya mengakui bahwa hidup saya kadang masih dalam kegelapan ruang kemungkaran. Proses hijrah saya masih terbengkalai karena kesenangan duniawi yang belum mampu saya lepaskan secara keseluruhan. Malu, saya malu sama tanggungjawab berhijrah yang belum berhasil saya lalui. Secara kesadaran, saya sadar bahwa tulisan ini merupakan pengakuan saya yang seharusnya menjadi lebih baik lagi agar mampu mengajak orang lain menjadi lebih baik juga. Karena, jika hijrah saya belum berhasil maka bagaimana dengan dakwah saya selanjutnya?

-------

Hai. Saya Upin, ini adik saya Ipin.
.
.
.
Oke itu iklan, maaf. Gimana menurut kalian tentang tulisan Sarah diatas? Terlalu formal ya kayanya, sampai Sarah sendiri geli bacanya. Aneh kalo Sarah seserius itu, padahal mah ya emang gitu. Suka serius tiba-tiba, tapi giliran orang lain mulai serius malah diajak bercanda. 

Terima kasih ya buat pembaca yang udah nyempetin baca postingan Sarah yang ini. Baru kali ini kayanya Sarah ngeposting hal yang serius, btw gak ada yang pengen gitu seriusin Sarahnya sekalian? Loh loh loh! Sarah emang, suka baper ae. Kata orang-orang sih gitu.

Semoga bukan hanya postingan aja yang bisa diisi dengan keseriusan, selanjutnya Sarah harus bisa serius sama proses hijrahnya. Aamiin. Ini lagi serius.

Buat yang penasaran sama foto yang berhasil Sarah unggah, ini ada linknya https://www.instagram.com/p/BHXwPKZgyCJ/ biar pembaca gak penasaran. Buat yang udah liat fotonya, bae-bae! Bisa jadi gentayangin pikiran kamu nanti sosok yang ada difoto itu. Duh, masa sih?

Silahkan dilanjut sahurnya. Jika pembaca lagi sahur. Dan takutnya nanti gak sempet nyapa pembaca pas lebaran, Sarah mau ngucapin, "Selamat Idul Fitri 1437 H. Taqobbalallahu minna wa minkum". Bagi THRnya bisa dong kakak!