Selasa, 29 Maret 2016

Anak Rantau dan Mama

Ma...mungkin aku terlalu menyia-nyiakan waktu kebersamaan dengan keluarga ketika aku kembali ke rumah.

Ma...mungkin aku masih terlalu cuek dengan keadaan di rumah.

Ma...kata orang hidup merantau itu harus punya kesiapan mental. Siap dalam hal hidup di kota orang yang mungkin tidak ada sanak saudara.

Ma...kata orang hidup merantau itu harus punya ketegehuan iman. Teguh dalam hal pergaulan yang arahnya kadang bisa berubah dalam setiap detiknya.

Ma...kata orang hidup merantau itu harus punya keinginan lebih baik. Ingin dalam hal menjalani kehidupan diperantauan dengan ikhlas dan sabar hingga terjemput kata sukses dalam kehidupan.

Tapi ternyata ma...merantau itu perlu waktu dan keyakinan sendiri untuk dapat bertahan tanpa tangisan dalam pelukan mama.

Andai ma...aku seperti teman-temanku yang lain yang tidak hidup merantau, yang hidup selalu berdampingan dengan mama, yang jika lelah dapat mengadu pada mama, yang jika tiba disambut hangat senyum sapa mama dan jika sakit ada kasih sayang spesial dari mama untuk kesembuhan sang anak lebih cepat.

Doakan aku ma...doakan agar anakmu mampu mengganti kasih sayangmu dengan senyum bahagia diwajahmu ketika aku mampu berhasil menjemput suksesku.

Bukan tentang rindu, ini perihal hidupku dengan segala keluh kesahku yang jauh darimu...mamaku.

Selasa, 15 Maret 2016

Butuh Waktu Untuk Berteriak

Berteriak jika kamu masih mampu berteriak. Bukan sekedar teriakan dengan bunyi "Aaaaa" dan suasana yang sepi diatas bukit sana. Berteriak karena saat ini dengan bisikan ucapanmu selalu diabaikan oleh mereka yang memiliki kewenangan.

Berteriak sebagai wujud berontak? Bukan. Ini berteriak karena kamu butuh dianggap tampak hingga dadamu tidak lagi terasa sesak. Aku tau, aku ngerti dan aku paham kalau kamu muak dengan keadaan yang mendesak dan hadir secara mendadak. Maka dari itu, kamu perlu berteriak.

Kalau kamu tanya apa aku sudah mampu berteriak atas segala keadaan yang mendesak dan hadir secara mendadak hingga membuatku muak dan merasa dadaku sesak, maka jawabanku adalah "aku belum mampu".

Bukan tidak mungkin aku berteriak, aku hanya belum merasa sangat muak dengan keadaan yang kadang menuntutku untuk tidak berlaku seperti anak-anak. Karena aku, terbiasa menyembunyikan muak hingga akhirnya berhasil berteriak ketika keadaan membuatku sangat muak.

Jika saat ini ada waktu untuk aku dan kamu berteriak, mungkin ini adalah media untuk kita berdua. Jika saat ini aku mampu mewakili kamu berteriak, aku siap. Karena yang aku tau tentang kamu; bahwa kamu merasa terdesak dengan banyak tugas kuliah yang hadir secara mendadak, hingga membuatmu muak karena kamu merasa kehilangan waktu untuk menulis dan merasa sesak karena kamu tidak mampu menyampaikan teriakanmu ke dalam semua tulisanmu.