Sabtu, 27 Oktober 2018

Bagi-bagi Voucher Nginep di Hotel?

Assalamualaikum

Mumpung weekend nih, tapi belum end kok semangat Sarah buat terus belajar. Cie tumben!

Demi nomor induk pegawai aku rela tidur jam 9 malam tanpa begadang-begadang club.

Stop basa basinya!

Langsung ke postingan sekarang yang isinya Sarah ngasih voucher buat nginep di hotel senilai Rp 250.000, lumayan kan tuh hahaha.

- - - - - - -

Langsung meluncur ke hotelnya yuk!

Eh salah!

Ke aplikasi booking hotelnya dulu ya.

Buat rekan-rekan pembaca semua, bisa instal aplikasi ini di smartphone kalian via Google Play.

Kalau yang AppStore Sarah gak tau ya, gak pakai Iphone soalnya.

Nama aplikasinya, OYO.

O Y O.

Sekali lagi, OYO!

Oke Sarah tungguin sambil kalian download aplikasi OYO.

Buat yang udah instal, lanjut nih daftarin nomor HP kalian. Kalau udah terdaftar, nanti dapat kode verifikasi lewat SMS. Cie SMS, masih jaman? Hahaha

Setelah daftarin nomor HP, muncul halaman kaya gini nih!


Isi bagian-bagian itu kaya gini nih!
  1. Email aktif
  2. Username
  3. Kode referral “SARATNAMR” supaya rekan-rekan pembaca dan Sarah dapat OYO money Rp 250.000
  4. Input kode verifikasi yang tadi ada di SMS

Selesai di isi?

Langsung klik CREATE ACCOUNT

Dan, yaudah.

Udah?

Iya udah. Akun OYO rekan-rekan pembaca udah jadi.

Kalau masih bingung, Sarah tambahin.

Di pilihan menu “Invite & Earn” coba klik. Disitu rekan-rekan pembaca bisa ngecek saldo OYO money kalian.


Disitu kan ada tulisan, “Your Invite Code: . . . . . .”, di copy paste terus bisa tuh buat ngajak keluarga, sahabat, pacar atau siapa pun, biar OYO money kalian nambah.

Atau coba cek profil dan klik menu “Wallets” buat ngeliat total OYO money rekan-rekan pembaca semua.


Gampang kan?

- - - - - - -

Q n A

Q: Sar bisa booking hotelnya dimana aja sih?

A: Dimana aja bisa, selama hotel itu tertera di aplikasi OYO. Tapi kalau yang Sarah lihat  di aplikasi OYO, baru bisa buat di Jakarta, Palembang, Surabaya.

Q: Sar saldo OYO aku gak nambah-nambah nih padahal udah di copy paste terus ngajak keluarga, sahabat, pacar, dan rekan bisnis aku?

A: Inget ya, ngajaknya itu mulai dari download dulu aplikasi OYO sampai keluarga, sahabat, pacar, atau rekan bisnis kalian itu berhasil masukin kode referral yang kamu copy paste ke mereka sebelum klik tulisan “Create Account”. Sama seperti yang udah kalian lakuin tadi itu.

Q: Sar saldo OYO money bisa diuangkan?

A: My answer is NO! Itu saldo bisa berlaku buat rekan-rekan pembaca booking hotel aja. Kalau bisa diuangkan, udah kaya dah Sarah hahaha.

Q: Saldo maksimum OYO money berapa sih, Sar?

A: Terakhir liat cuitan di twitter, bisa sampai Rp 5.000.000., kenyang dah tuh nginep di hotelnya.

Q: Saldo OYO money ada kadaluarsanya, Sar?

A: Menurut cuitan di twitter sih ada, kurang lebih dua bulan.

Q: Sar, kalau kita nginep bareng di hotel gimana?

A: Anjay! Hahahaha.

- - - - - - -

Gimana nih rekan-rekan pembaca?

Udah coba booking hotel pakai OYO money? Semoga menyenangkan bisa weekend bareng keluarga, di hotel. Ikut bahagia!

See you!

Wassalamualaikum

Senin, 15 Oktober 2018

Mahasiswa Tingkat Akhir - Kisah Pamungkas

Assalamualaikum

Met pageeh! Senin paginya semangat?
Harus semangat karena Sarah juga semangat nih buat nyapa kalian. Ceileh!

Pagi ini Sarah kasih sarapan tulisannya dari pengalaman Sarah aja ya. Tulisan ini ngedraft di otak Sarah sejak bulan Juli lalu. Setelah berabad-abad juga tidak ada pembaharuan tulisan, akhirnya ya kan yang ditunggu-tunggu ada lagi. Kangen pasti kan sama tulisan-tulisan Sarah?

Kangen aja dong, biar tau rasanya ada yang ngangenin. Walaupun tulisan-tulisannya doang yang dikangenin hahaha.

Dikiriman tulisan Sarah hari ini, Sarah mau cerita aja pengalaman “REVISI KELAR DALAM WAKTU SEBULAN”. Gak sebulan juga sih, karena kepotong sama libur lebaran. Buat yang penasaran cerita pas sidang Sarah kaya gimana sensasinya, nyusul ya. Atau yang terlanjur penasaran banget, bisa cek twitter aja. Di twitter udah Sarah pin kok tweetnya, jadi rekan-rekan pembaca gak perlu ngescroll lagi nyari tweetnya.


visit twitter @saraphaaan

- - - - - - -

Buat yang belum tau, Sarah lulus sidang skripsi atau sidang akhir, sidang munaqosah disebutnya kalau di kampus UIN, itu tanggal 06 Juni 2018. Selepas keadaan tanpa status mahasiswa, tapi semangat-semangat mahasiswanya masih nyisa, Sarah gak tenang tuh buat nyantai-nyantai gak ngerjain jurnal. Karena gimana ya, kata yang udah-udah, persyaratan jurnal agak ribet. Padahal nih kalau rekan-rekan pembaca mau tau, jurnal itu tuh isinya dari skripsi mahasiswa yang disalin ulang jadi bentuk jurnal. Kenapa ribet?

Karena banyak aturannya. Harus A, B, C, dan seterusnya. Kalau mau tau contoh templatenya ada nih, visit langsung jurnal dakwah, ini link jurnal dakwah UIN Bandung. Setelah visit, rekan-rekan pembaca bisa download ya templatenya; yang ada di sebalah kanan agak ke bawah dikit posisinya.

- - - - - - -

Bentar, bentar. Bingung Sarah, ini ceritanya meleleh kemana-mana. Langsung loncat aja ya ke hari para ASN (aparatur sipil negara) mulai masuk kerja lagi setelah libur lebaran. Kenapa loncatnya ke hari itu?

Karena dosen mulai aktif lagi di kampus pas hari itu.

Sekarang selesaiin dulu cerita revisian dah, biar Sarah beres satu-satu gitu cerita pengalaman yang terlanjur padat di otak dan susah dicairkan jadi duit, eh tulisan harusnya. Mulai yuk!

- - - - - - -

Senin, 25 Juni 2018.
Pagi itu, berangkat naik kereta dari rumah dengan sendal jepit merah karena hujan dan sampai di Bandung jam dua siang. Hari itu gak ada rencana buat revisian ke dosen penguji dua. Tapi berhubung udah gak kuat pengen cepat selesai revisiannya, langsung pindahin data dari laptop ke flashdisk, jalan dah tuh ke kampus sambil lirik kanan kiri nyari tempat fotocopy-an biar bisa ngeprint revisian. Eh cyin, tempat fotocopy masih pada tutup. Mau tau alasannya kenapa?

Karena masih suasana lebaran, ditambah karena lagi libur kuliah semester genap, ditambah karena dua hari lagi ada pilkada serentak.

Sedih akutu. Tapi tenang, Sarah berhasil ngeprint pokoknya siang itu. Selesai ngeprint, meluncur ke ruang dosen penguji dua. Ada dong dosennya, tapi ternyata lagi sibuk. Ada lima menit Sarah diam tuh sambil duduk depan meja kerja beliau dan akhirnya angkat bicara deh bapaknya, “Besok aja ya, jam sembilan-an”.

Yowes, Sarah pamit dengan senyuman. Ceileh! Hahaha.


Selasa, 26 Juni 2018.
Dengan semangat revisian yang ada, Sarah ke kampus jam delapan pagi. Jalan kaki santai dan sampai di kampus jam delapan lewat dua puluh. Tau gak?

Pas sampai di kampus, dosen pada melangkahkan kakinya ke aula utama. Ternyata, usut punya usut, hari itu dosen-dosen pada halal bihalal sama rektor. Hem.

Sebagai makhluk yang gemar menunggu dan enggan membuat orang lain menunggu, karena emang Sarah yang butuh, jadi ya ditunggu aja dosen penguji dua kembali ke ruangannya.

Lima menit menunggu.

Lima belas menit menunggu.

Tiga puluh lima menit menunggu.

Enam puluh lima menit menunggu.

Perut mulai bunyi.

Mulai bosan.

Tapi tetap menunggu.

Dan, setelah sembilan puluh menit menunggu.

Bapak dosen penguji dua datang, masuk ruangannya, tapi ngobrol dulu sama dosen lain. Masih di pantau tuh dari luar ruangan lewat jendela yang ada, curi-curi langkah siapa tau bapaknya langsung kabur lagi keluar ruangannya. Eh benar aja, bapak udah mulai melangkah ke pintu keluar, Sarah nyamperin deh ngasih senyum duluan.

“Eh neng, iya ayo sini”, bapaknya langsung putar langkah ke arah meja kerjanya. Setelah dipersilahkan duduk dan basa basi dikit, bapaknya nanya, “Yang mana ini yang direvisi?”.

Sarah tunjuk di kertas revisian, “Poin ini, sama poin ini pak”.

Hening. Bapaknya baca dulu hasil revisian.

“Oke”, bapaknya bolak balik isi skripsi Sarah yang udah di revisi. Karena bapaknya diam aja, takut dong, takut revisiannya masih ada yang salah. “Ini bapak tanda tangan dimana ya?”, tiba-tiba bengong pas bapaknya nanya itu.


Refleks lah ngeluarin kertas jeruk, atau kertas yang kasar gitu permukaanya. Kenapa sih harus kertas tersebut?

Karena kertas itu dipakai buat lembar pengesahan yang isinya tanda tangan penguji, sekaligus dipakai juga buat lembar persetujuan yang isinya tanda tangan pembimbing dan ketua jurusan.

Dan, langsung bapaknya tanda tangan disitu. Rangkap enam, karena Sarah ngebundel skripsinya jadi enam rangkap. Selesai revisian, selanjutnya?


Kamis, 28 Juni 2018
Langsung di tanggal ini, karena di hari Rabu itu hari Sarah merayakan kemalasan. Gogoleran gemay (read: tidur-tiduran gemas) di kosan. Kaya gimana tidur-tiduran gemas?

Ya tidur-tiduran biasa, ditambah Sarahnya yang gemay hahaha.

Nah di hari itu, mulai lah pergulatan dengan bundelan skripsi (bentuk skripsi yang sudah selesai dijilid). Berangkat ke tempat fotocopy dah tuh. Di tempat fotocopy yang pertama kali ditanya, “Bang bisa sehari beres gak?”. Dan abangnya menyanggupi. Kenapa sih nanya itu?

Biar semua cepat kelar. Terus, biar bisa cepat selesai juga ngumpulin persyaratan nebus ijazah ke bagian tata usaha fakultas. Kalau ngebundel aja berhari-hari, bisa keburu kendor semangat Sarah buat revisian.

Oh iya, syarat nebus ijazah gak cuma ngebundel skripsi. Ada tambahan nge-burning skripsi ke CD. Dan inget, BUNDEL SAMA BURNING-nya sesuai kebutuhan.

Contoh di persyaratan nebus ijazah, untuk pembimbing itu dapat satu bundel skripsi ternyata pembimbing minta skripsinya di flashdisk aja. Contoh lain, di persyaratan nebus ijazah, penguji itu gak dapat bundelan maupun burning skripsi mahasiswa tapi ternyata ada beberapa penguji yang minta file skripsi mahasiswanya untuk di-burning dan diberikan padanya. Dua aja ya contohnya, biar gak lama ngebahas ini, keburu bosen woy bahas ini doang. Iya gak sih?

Selesai nego, selesai kumpulin yang perlu dibundel dan di-burning, pokoknya selesai urusan sama abang-abang fotocopy yang mau ngebundel dan nge-burning skripsi Sarah. Marilah dirayakan dengan makan mie goreng dan minum teh hangat di kantin.

- - - - - - -

Note.
File yang perlu dibundel dan diburning itu sebenernya gak beda jauh isinya. Kurang lebih kaya gini ya

tampilan nama file yang mau di-burning


Untuk bagian lampiran, bebas ya mau ngelampirin apa aja. Bebas tapi sesuai dengan hasil penelitian di skripsi rekan-rekan pembaca. Untuk urutan lampirannya juga bebas, dibikin enaknya aja gimana; enak buat dibaca orang lain maksudnya. Kenapa filenya dibikin pdf?

Ya pengen aja hahaha. Karena gak ada aturan juga sih file yang di-burning ke CD itu harus format apa, jadi inisiatif bikin format PDF.

Oh iya tambahan, kalau untuk bundelan, Sarah ngelampirin juga lembar bimbingan, lembar SK skripsi dan lembar surat izin observasi.


Jumat, 29 Juni 2018
Selesai ngambil bundelan di tempat fotocopy, mampir sebentar ke kampus coba cari dosen penguji satu. Masuk fakultas, gak sengaja ketemu dosen penanggungjawab jurnal buat pastiin lagi kalau hari Senin jadi penyerahan draft jurnal, dan dosen menyanggupi. Karena dosen penguji satu gak ada juga, Sarah pulang ke kosan.

Dilanjut ngerjain jurnal bareng Sasa di Lekker 88. Tempatnya kejangkau sama transportasi umum dan rekomendasi buat nugas kalau bosen nugas di daerah Cibiru dan sekitarnya. Gak banyak yang perlu diceritain, intinya berusaha ngeberesin jurnal tapi ternyata malah banyak ngobrolnya karena kangen. Cie! Hahaha.

Oh iya, jurnal juga jadi salah syarat buat nebus ijazah ya.


Senin, 02 Juli 2018
Hari penyerahan draft jurnal bagi yang sudah mengikuti sidang skripsi. Siapa yang nentuin harinya?
Dosen penanggungjawab jurnal (bapak dosen A).

Datang tuh Sarah, Sasa, dan teman-teman lainnya ke depan ruang jurnal (ruang fakultas lantai empat) sesuai hari dan tanggal yang sudah dijanjikan. Sampai disana coba buka pintu, ternyata ruang jurnal di kunci. Bete dong.

Ngontak dosen yang bersangkutan. Ternyata dialihkan ke dosen lain yang juga bertanggungjawab terkait jurnal dakwah (bapak dosen B). Lanjut ngontak bapak dosen B yang jadi penanggungjawab jurnal, jawaban beliau, “Sedang tidak di kampus”. Lapor lagi ke bapak dosen A yang menjanjikan penyerahan jurnal di hari itu, mau tau gak jawaban dosennya apa?

Gini nih . . .

“Diundur besok lagi aja ya. Gak ngasih tau, jadi tidak saya agendakan”

Bete maksimal dong. Bukan cuma karena dosennya gak ada, tapi bete karena Sarah gak bisa tanggungjawab sama info yang udah Sarah sebar ke teman-teman angkatan.

Drama ya kan di akhir-akhir kehidupan dunia perkampusan.


Selasa, 03 Juli 2018
Ke kampus pagi-pagi mau nyamperin dosen pembimbing dua dan dosen pembimbing satu buat tanda tangan di lembar persetujuan skripsi. Karena di hari sebelumnya (tanggal 02 Juli 2018), Sarah udah kontak kedua dosen pembimbing, jadi tanda tangan di tanggal 03 Juli 2018 berjalan sesuai rencana. Gak ada lagi drama dosennya lagi gak di kampus.

Selesai minta tanda tangan dosen pembimbing, balik dulu ke kosan. Siang-siang jam setengah dua, Sarah ke kampus lagi mengusahakan penyerahan draft jurnal biar bisa cepat nebus ijazah. Dosen penanggungjawab jurnal (bapak dosen B) sekarang ada diruangannya dong. Ngantri tuh periksa draft jurnal sama teman-teman yang lain.

Draft jurnal diserahin. Bapak dosen B periksa draft jurnal Sarah. Ruangan jurnal ramai sama yang pada mau ngumpulin jurnal. Sarah degdegan nunggu hasil draft jurnal diperiksa.

Akhirnya bapak dosen B mengeluarkan suaranya, “Ini sumber darimana?”

Sarah jawab, “Ada di laporan pertanggungjawaban kegiatan diklat”

“Terus kenapa gak dicantumin disini?”, nunjuk satu poin draft jurnal Sarah.

“Terus ini juga sama?”, nunjuk satu poin lagi di draft jurnal Sarah.

Sarah ngangguk.

“Dicantumin dulu sumbernya. Setelah di revisi, langsung burning, kasih saya”.

Sambil edisi gemeteran, “Oh iya pak, makasih”.

Perintah pak dosen bikin gak nyangka. Dengan sekali revisi jurnal, bisa langsung dikumpulin. Padahal dengar dari cerita orang, ada yang tiga sampai empat kali revisian baru boleh dikumpulin.
Alhamdulillah, langsung dirayakan lah dengan beli Richeese via grab. Ngerayain sama siapa?

Ya sendiri.

Kalau rame-rame, gak ada duit buat bayarinnya:((

- - - - - - - 

Note.
Untuk penulisan jurnal sampai tahap penyerahan jurnal, kurang lebih gini prosesnya:
Download dulu file-file ini
Selesai download semuanya, coba ikut pelatihan jurnal ya. Karena secara menyeluruh dijelasin pas pelatihan jurnal. Jangan otodidak kalau emang gak ada pengalaman bikin jurnal. Sarah belum sanggup kalau harus jelasin semuanya di blog, kecuali secara personal, mudah-mudahan bisa bantu.

Seandainya udah download file-file itu, udah ikut pelatihan jurnal, dan udah mengikuti sidang skripsi, coba dikerjainnya pakai cara mencicil. Misalkan hari ini selesai dulu bagian judul sampai abstrak, besoknya bab satu selesaikan, lusanya bab dua selesaikan, begitu seterusnya sampai beres keseluruhan isi jurnal.

Bagian daftar pustaka biar gak lupa pakai referensi apa saja di isi jurnalnya, sambil copy paste isi skripsi ke jurnal, sambil dicatat juga di kertas keterangan referensinya. Atau contoh, setelah copy paste bab satu skripsi ke jurnal yang pakai referensi dari buku, lanjut copy paste juga daftar pustakanya ke bagian daftar pustaka file jurnal. Bingung gak?

Sarah bingung gimana jelasin yang baiknya. Belibet sendiri nulis caranya. Pokoknya kaya gitu dah.


Rabu, 04 Juli 2018
Dipertengahan malam menuju pagi, Sarah nyiapin file skripsi yang mau di upload ke Digital Library (digilib) UIN Bandung. Buat upload file juga butuh syarat ya. Nah ini download syarat digilib UIN Bandung.

Gunanya apa sih upload file ke digilib?

Hem, apa ya?

File skripsi bisa diakses via online sama adik-adik tingkat atau mungkin orang lain yang pengen tau skripsi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam itu kaya gimana isinya.

Uploadnya bisa mandiri atau nebeng sama temen. Nebeng dosen juga boleh sih, kalau dosennya ngasih tebengan hahaha.

Selesai urusan upload file skripsi sesuai persyaratan, pagi-paginya sekitar jam 08.30 WIB, Sarah langsung ke fakultas. Ngapain?

Nyari dosen penguji satu sekaligus merangkap ketua jurusan, buat tanda tangan segala keperluan tanda tangan yang ada di skripsi Sarah. Untuk yang satu ini, Sarah gak ngontak dosennya ya. Karena ya begitu, lebih cepat pakai jurus langsung samperin keruangannya aja.

Dan cilukba! Bapak dosen penguji satu belum ada diruangannya. Berhubung ingin gerak cepet, Sarah inisiatif aja kabur ke ruang perpustakaan fakultas. Ngapain?

Ngumpulin bundelan skripsi dan CD yang isinya file skripsi. Selesai dikumpulin, inget ya minta tanda tangan dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas. Oh iya, bawa buku juga ya buat diwakafin di perpustakaan fakultas. Tapi sebelum ngumpulin buku, ditanya dulu perlunya buku yang berkaitan dengan metodologi penelitian, berkaitan dengan jurusan, atau berkaitan dengan hal lain. Nanya ke siapa, Sar?

Nanya ke dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas biar dapat kepastian harus wakafin buku yang seperti apa. Kalau udah wakafin buku, nanti dikasih surat keterangan pertama yang bisa dituker sama ijazah.

Selesai urusan di perpustakaan fakultas, lanjut dulu aja ke fakultas universitas. Masuk jam 09.00 WIB, hari itu Bandung cerah.

Hal pertama yang dilakuin yaitu ngisi daftar hadir pengunjung perpustakaan dengan cara scan kartu anggota perpustakaan. Selanjutnya, masuk ke ruangan yang ada di sebelah kiri dari arah pintu masuk. Disitu ngapain?

Ngecek kelengkapan file yang udah di upload ke digilib. Di cek bareng sama petugas perpustakaan universitas ya, kalau udah lolos dari pengecekan bakal dilanjut ke lantai dua buat penyerahan bundelan skripsi. Tiba di lantai dua, ke meja pengembalian buku, bilang aja, "mau nyerahin bundelan skripsi". Kalau udah bilang gitu, nanti ada intruksi lagi ke ruang barcode sekaligus dikasih kelengkapan surat keterangan buat nebus ijazah.

Surat keterangan dari perpustakaan universitas bakal di kasih kalau rekan-rekan pembaca gak ada hutang. Kenapa bisa ada hutang? Karena telat balikin peminjaman buku, ya walaupun kadang yang pinjamnya bukan diri sendiri.

Dapat tuh surat keterangan tambahan, langsung balik aja ke meja pengembalian buku. Disitu rekan-rekan pembaca diintruksikan untuk ngisi data dan bayar infaq Rp 20.000,-.

Inget minta tanda tangan petugas yang bertanggungjawab di perpustakaan universitas.

Cape gak sih baca kegiatan di tanggal 04 Juli ini? Sarah aja cape ngejelasinnya, gerak cepetnya bener-bener kagak boleh di kasih kendor!

Lanjut yaaa~

Di jam 10.00 WIB, Sarah balik lagi ke fakultas berusaha menemukan dosen penguji pertama. Abrakadabra!

Dosen penguji satu udah ada diruangannya. Ngobrol-ngobrol sedikit dan lupa ngobrolin apa, dapat tanda tangannya, selesai sudah ngurus revisian skripsi sekaligus mengumpulkan persyaratan buat dapat ijazah.

Balik ke kosan dari jam 10.30 WIB sampai jam 14.00 WIB buat bermalas-malasan di kasur.

 - - - - - - -

Siang menuju sore hari itu, Sarah balik ke kampus buat nyerahin jurnal. Simsalabim!

Jurnal selesai dikumpulin. Inget minta tanda tangan dosen penanggungjawab jurnal ya biar lengkap tuh lembar penebusan ijazah.

Dengan percaya dirinya langsung ke ruang tata usaha buat ngambil ijazah, gak taunya, "Neng, sidang bulan apa?"

"Juni, pak", jawab Sarah.

Bapaknya langsung respon, "Oh yang Juni mah belum ada. Belum di tanda tangan pak dekan. Kan bapak dekannya mau haji dulu".

- - - - - - -

Setelah drama pak dekan mau haji, Sarah nunggu ijazah sampai ada. Dan tau gak, ijazah Sarah baru ada bulan September setelah wisuda.

OK! No prob! Sekarang tinggal lihat aja, ijazah Sarah bisa nganter Sarah ke pekerjaan seperti apa?

Semoga sesuai yang selama ini diimpikan sih ya, semogaaaaaaa~

- - - - - - -

Sekian dan terima kasih. Sekiranya terlalu banyak yang masih perlu dipertanyakan, kolom komentar postingan ini aktif kok. Mohon maaf kalau dipertengahan sampai akhir cerita kurang greget, Sarah bingung sendiri sama cerita Sarah.

See you!
Wassalamualaikum

Sabtu, 01 September 2018

Ngupas Isi Buku I am Sarahza - Chapter 2

Assalamualaikum

Dalam keadaan setengah sadar dan merasa berdosa, Sarah coba posting lanjutan ngupas isi buku I am Sarahza.

Gara-gara males sih ini, jadi gini. Bikin janji bakal posting lanjutan ngupas isi buku, tapi malah kepikiran buat posting yang lain. Padahal baca si dia juga udah beres dari minggu lalu, parah duh!

Lanjutan ngupas isi bukunya dibikin singkat aja ya. Karena secara keseluruhan, dia tuh emang menarik! Asli cuy!

Gak beda jauh kok perasaan Sarah pas lanjutin baca dia sampai beres, sampai tau juga Sarahza itu siapa. Perasaan gelisah gak usai-usai pokoknya. Bikin imajinasi Sarah hidup. Jadi bikin film sendiri gitu versi imajinasi Sarah hahaha.

- - - - - - -

Daripada gak kelar-kelar dah ya janji Sarah buat lanjut ngupas isi buku, langsung menuju ke data isi bukunya aja yuk!

Data Isi Buku

Judul: I am Sarahza, Di Mana ada Harapan, Di Situ ada Kehidupan

Penulis: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

Editor: Iqbal Santosa

Penerbit: Republika Penerbit, Jakarta

Tahun Terbit: 2018

Jumlah Halaman: vi + 370 halaman

- - - - - - -

Sekian dan terima kasih rekan-rekan pembaca sudah sabar menanti lanjutan ngupas isi buku dari Sarah. Kalau kedepannya pengen sesuatu yang beda hadir di blog Sarah, sarannya boleh disimpan kok di kolom komentar. Kolomnya tuh ada di bawah postingan ini.

See you!
Wassalamualaikum

Selasa, 21 Agustus 2018

Ngupas Isi Buku I am Sarahza - Chapter 1

Assalamualaikum

I'M BACK!!! HA HA HA

Iya bau iya, maaf dah. Sarah cuma gak ngerti lagi kok bisa ada buku yang isinya luar biasa. Apa sih yang bikin luar biasa?

Bentar, santai dulu. Pelan-pelan Sarah jelasinnya ya.

Biar gak rumit, postingan sekarang Sarah coba ngasih resensi buku yang hampir selesai Sarah baca. Berhubung Sarah orangnya gampang lupa dan banyak faktor lain yang bikin Sarah belom bisa selesai baca ini buku, jadi nyicil deh ngasih resensinya. Dan satu lagi, biar akrab di mata pembaca juga, Sarah ganti bahasa resensi jadi ngupas isi buku.

Kalau biasanya ngupas isi buku nampilin data diri si buku, Sarah juga mau nampilin dong dipostingan Sarah. Tapi gak sekarang ya muehehe.

Ya walaupun, kayanya sudah banyak rekan-rekan pembaca juga yang tau kalau buku yang Sarah kupas ini jadi salah buku Best Seller. Jujur hayo jujur, right (baca: benar) kan kalau rekan-rekan pembaca sudah tau Sarah mau ngupas isi buku apa?

Kebanyakan basa basinya nih, mulai aja dah yuk. Mulai apaan? Mulai jalin hubungan yang serius aja, boleh? Heh ngaco! Bukan itu, mulai ngupas isi buku I am Sarahza maksudnya hahaha.

Gini loh, awalnya ketemu nih buku sebenarnya sudah berbulan-bulan lalu pas lagi nyusun skripsi. Tapi karena harganya belom cocok di kantong Sarah sebagai mahasiswa dan emang lagi males juga nyari bacaan yang "berat" (berat karena waktu itu posisi Sarah lagi nyusun skripsi dan harus ngejalanin beberapa rangkaian sidang juga, oke ini alesan aja sebenarnya), maka dari itu ditunda lah beli nih buku. Malah gak kepikiran juga sih milikin dia, walaupun tertarik banget sama judulnya. Berasa tuh buku nyeritain Sarah banget, padahal gak sama sekali. Sumpah!

Setelah berkali-kali dipertemukan sama dia (si buku I am Sarahza) di beberapa toko buku dan belom juga dibeli, malem minggu kemarin tanggal 18 08 2018, akhirnya Sarah berhasil milikin dia. Berhasil memilikinya dengan suntikan dana dari Om dan Tante yang ngajak jalan-jalan ponakannya yang sekarang berstatus sebagai job hunter. Thx!

Eh iya, ada drama juga loh sebelum berhasil milikin dia. Jadi, sebelum bener-bener memilih dia buat dibayar dan kemudian dia jadi milik Sarah seutuhnya, Sarah berusaha menjemput yang lain (nyari judul buku lain yang emang lagi Sarah incer buat dibeli maksudnya) biar ada digenggaman tangan Sarah. Ternyata eh ternyata, yang dicari gak ada di lokasi. Muter-muter lagi sampai berhasil memilih yang lain, lagi (maksudnya memilih buku dengan judul berbeda dari yang sedang diincer buat dibeli). 

Sepersekian detik saat sudah ngantri di kasir buat bayar yang lain, Sarah ngerasa masih pengen muter-muter di toko buku itu. Dan muter-muternya Sarah berhenti di deretan buku-buku best seller, yang sebenernya Sarah anti beli buku-buku best seller karena udah terlalu banyak orang ngutip isi bukunya. Tapi disitu tuh Sarah dipertemukan kembali dengan wujud yang Sarah rasa nyeritain Sarah banget, padahal gak sama sekali (ini salah satu contoh bagian pengulangan ya). Sesederhana itu ternyata milikin dia digenggaman Sarah, iya gak? Hahaha.

Berhasil dimiliki tuh dia, tapi Sarah masih hanyut sama drama korea yang nyeritain detektif dan para penjahat hingga diabaikan lah dia sampai tanggal 20 08 2018, dua hari menjelang hari raya Idul Adha.

- - - - - - -

Sarah emang suka nulis, tapi buta sama penulis-penulis di Indonesia, penulis-penulis dunia juga sama butanya sih. Kalau emang tau namanya, ya sekedar tau, gak lebih. Parah kan!

Nah berawal dari dia ini, Sarah dibawa hanyut sama fakta tentang penulis-penulisnya. Pas beli, Sarah bener-bener gak tau penulis dia tuh siapa sampai bisa nuntun dia ada di deretan rak buku best seller. Eh ternyata fakta pertama yang terungkap adalah salah satu penulisnya itu anak politisi di Indonesia. Sedangkan penulis lainnya adalah menantu dari politisi tersebut. Tercengang akutu! Suami - istri bisa nulis bareng, salah satu impian Sarah itu sih hahaha.

Baru aja beres bergumam, "Wah keren!". Eh dikasih kejutan lanjutan. Bukan kado yang isinya boneka minion kejutannya, tapi fakta lain yang menjelaskan kalau ternyata penulis-penulis dia, juga menjadi penulis dari kisah 99 Cahaya di Langit Eropa. Yang pada kenyataannya, Sarah belum pernah sama sekali baca buku itu karena sudah terlanjur nonton filmnya duluan. Bahkan setelah berhasil kepincut sama filmnya, Sarah belum pernah lirik-lirik siapa nama penulisnya walaupun sempat beberapa kali juga dipertemukan wujud bukunya. Parah kan!

Selepas disuguhkan fakta-fakta itu, Sarah mencoba hanyut sama alur cerita yang ditaburkan dengan beragam sudut pandang atau pembagian cerita yang di kombinasi antara part Hanum, part Rangga dan part Sarahza. Kombinasi sudut pandang ini nih bikin dia sempurna dari sudut pandang mana pun!

Selain itu gampang banget ngikutin alur cerita dia, terlebih hampir keseluruhan mengisahkan perjuangan, harapan dan kepasrahan pada Tuhan.

Beberapa bagian emang belum pernah Sarah rasain sih, tapi dari alur yang rinci dan sudut pandang yang di kombinasi itu, Sarah berhasil memvisualisasi dia dalam imaji Sarah. Contohnya pas dia mengisahkan perjuangan inseminasi dan program bayi tabung para penulisnya.

Selanjutnya alur cerita seimbang gitu antara logika dan agama. Karena jujur aja, Sarah masih perlu banyak belajar jadi penulis yang bisa seimbang merajut kata-kata untuk menjelaskan antara logika dan agama secara berdampingan. Salah satu impian juga sih bisa dakwah melalui tulisan.

Poin paling menentramkan dari dia yaitu kisah nyata tapi dikemas jadi novel dewasa yang pemilihan katanya bikin Sarah terus-terusan gelisah, "Kok bisa gini sih ceritanya?". Dari gelisah itu tuh, Sarah sampai beberapa kali ganti posisi duduk - tiduran - duduk - tiduran. Sumpah, bikin merinding gitu tiap baca kata per katanya.

Maaf jadi berlebihan gini ya kayanya Sarah, efek samping terlalu banyak pujian yang gak bisa diungkapkan buat dia.

Eh tapi, satu nih yang sejauh ini bikin Sarah ngerasa terganggu sama alur cerita dia yaitu ada pilihan kata yang gak terjangkau sama Sarah. Maksudnya, ada beberapa kata yang bikin Sarah harus buka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dulu biar ngerti sama makna kata tersebut.

Selebihnya, selain pilihan kata yang gak terjangkau sama Sarah, sejauh yang sudah Sarah baca isi bukunya, luar biasa! Mudah-mudahan ada rejekinnya buat beli buku 99 Cahaya di Langit Eropa dan kawan-kawannya yang juga ditulis oleh penulis dia, karena terlanjur gila sama alur ceritanya. Jiwa penulis Sarah lagi haus karya-karya yang luar biasa kaya dia.

- - - - - - -

Kalau rekan-rekan pembaca ada yang bertanya-tanya, emang mau dibikin berapa chapter sih? Jawaban Sarah, mudah-mudah dua juga sudah cukup. Ini dibikin chapter 1 karena Sarah mengupas isi bukunya baru sebagian aja, ada kayanya separo dari isi buku.

Dan dari banyaknya kata-kata yang sudah Sarah baca, ada rasa tertarik buat ngutip kata-kata di halaman 84 part Sarahza, "Baiklah. Kegagalan memang tak ada gunanya diratapi. Kegagalan lebih menyenangkan untuk dicandai".

Jika bisa ditambah, Sarah ingin menambahkan part Sarahza dengan rangkaian kata, "Dan Sarah masih mencari sosok seseorang yang bisa merayakan kegagalan untuk dicandai karena tak selamanya hidup dalam kebersamaan berjalan sesuai yang diimpikan". Lah curhat, Sar? Hahaha.

Cukup sekian ngupas isi buku chapter 1 nya. Sarah lanjut baca dulu isi bukunya ya, biar bisa lanjut ngupas isi buku ke chapter 2. Dan semoga cukup di chapter 2 buat ngupas semua isinya, kalau emang Sarah selesai baca bukunya.

See you!
Wassalamualaikum

Selasa, 10 Juli 2018

Mahasiswa Tingkat Akhir - Cakrawala Didieuland

Assalamualaikum

Hai hai halo, udah lama yakan gak baca update Sarah di blog? Rindu atau tidak rindu? Sttt! Tau kok, pasti rindu sama ketidakjelasan kisah-kisah Sarah di blog hahaha.

Yowes yowes. Duduk gih, siapin kopi atau teh hangatnya. Karena kisah sekarang, direncanakan kisah balas dendam setelah lima bulan gak update.

Gak punya kopi atau teh? Yaudah beli apa kek. Jajan ke warung depan tuh, ya kalau gak warung depan, warung depan sekolah aja. Kejauhan? Yaudah diem-diem bae dah! Hahaha.

Kebanyakan basa basi ah. Mending langsung lanjut yuk ke kisah yang aslinya, mau kepo? Mau kepo? Mau kepo? Pasti mau! Gak mau juga yaudah gak apa-apa:(

- - - - - - -

Kisah ini di Bandung. Bukan kisah Dilan sama Milea tapi ya. Ini kisah Sarah sama "orang yang demen jalan". Siapa orangnya?

Jeng . . . Jeng . . . Jeng . . . Jeng


Itu dia orangnya; Salsabila Firdausia, panggil aja Sasa. Asli produk Cimahi. Kurang lebih hampir empat tahun kebelakang jadi korban pelampiasan jailnya Sarah dan sampai sekarang masih jadi korban sih muehehe.

Kisah ini tuh disponsori oleh lelah dengan rutinitas kuliah, eh tapi gak juga sih hahaha. Sejujurnya rencana awalnya emang mau hari Rabu jalan-jalannya. Berhubung mahasiswa tingkat akhir gak terlepas dari bimbingan dan ngejar-ngejar dosen pembimbing, gagal saja lah jalan-jalan di hari Rabu.

Ternyata Tuhan yang Maha Baik mengizinkan Sarah dan Sasa pergi. Bersyukur banget satu hari itu Tuhan mendukung kita pergi jauh; ya walaupun sejauh-jauhnya Sarah sama Sasa pergi ya di Bandung.

Padahal nih biasanya memasuki waktu shalat Dzuhur mulai pindah zona basah, sedangkan di hari Kamis tanggal 08 Februari 2018 Tuhan menjaga zona kering tetap kering. Eh gak deh, sempat gerimis lucu gitu datang berkunjung. Gak usah nanya gerimis lucu kaya gimana, karena gerimisnya gak lebih lucu dari Sarah hahaha.

Gimana, udah mulai kepo belum Sarah mau mengisahkan apa?

Dari judul, masa iya gak kepo?

Dari pembukaan yang banyak basa basinya, masa iya belum kepo juga?

Gak kepo sih gak apa-apa kok, cuma paling gak bisa berhenti baca update blog Sarah yang sekarang.

Tuh kan, masih baca juga.

Ketauan deh! Hahaha.

- - - - - - -

Nah rekan-rekan pembaca yang mulai kepo, udah pada tau kan ya ini mau nyeritain Bandung. Biar lebih jelasnya, Sarah mau ajak rekan-rekan pembaca ke Kawasan Wisata Punclut.

Sepengatahuan Sarah, di Kawasan Wisata Punclut yang awal ramai diperbincangkan publik, khususnya anak-anak zaman sekarang, yaitu Lereng Anteng. Tapi itu dulu, sekarang sih beragam pilihan buat nongkrong di Kawasan Wisata Punclut.

Karena beragam, Sarah dan Sasa menentukan pilihan nongkrong di Cakrawala dan Didieuland. Gak ditentuin juga sih, entah kenapa penasaran aja sama tempatnya. Iya gak, Sa? Hahaha.

Oh iya, FYI nih ya, update blog yang sekarang, Sarah dibantu Sasa buat ngelengkapin kisah Cakrawala Didieuland.

- - - - - - -

Sampai di Kawasan Wisata Punclut pas waktu Dzuhur, kalau gak salah. Langsung teringat lah, pertama dan terakhir ke tempat itu sama teman-teman KKN; Essence 233. Flashback on gitu. Apalagi pas mau foto bareng tapi lupa bawa tripod, akhirnya kita pilih tempat sampah yang berubah fungsi jadi tripod. Skip, flashback off.

Berhubung Sarah gak apal-apal banget jalanan di Bandung. Kisah ini tidak didukung dengan maps ya, apalagi petunjuk arah belok mana, atau lewat jalan mana, karena sebagai penumpang yang baik Sarah tinggal duduk aja. Kadang iseng sih tapi kalau mulai bosen duduk doang; contohnya "ngaduin" helm yang dipakai Sarah ke helm yang dipakai Sasa.

Oh iya, kisah ini juga gak didukung estimasi waktu ya. Karena Sarah lupa berangkat jam berapa, tiba-tiba sampai aja di TKP setelah melalui perjalanan yang cukup bikin ngantuk.

Setelah ada masa-masa flashback Sarah, langkah kaki mulai menuju Cakrawala. Nah itu tuh tempat makan, sebut saja cafe, yang sejauh mata memandang keliatan ijo-ijo; ya pohon-pohonan dan kawan-kawannya, bikin mata segar.

Tapi, bukannya langsung makan malah keluar lagi dari cafe tersebut. Pindah ke tempat nongkrong lain, yang kali ini namanya Didieuland.

Nah kalau mau masuk Didieuland, pakai tiket ya. Harganya Rp 10.000 untuk satu pengunjung. Itu harga weekday yak. Nih foto tiketnya


Setelah beli tiket, mulai lah diakses segala penjuru Didieuland. Yang menarik, yang bikin penasaran, yang baru sekali-kalinya Sarah lihat, ada ayunan gede bisa buat tiduran gitu. Maafin Sarah norak!:(

Anggap surga dunia lah yaaa, bisa tiduran sambil memandang yang ijo-ijo.

Kepo ayunannya segede apa? Nih ada foto sama pas diayunan.



Pesan aja sih ini dari Sarah, kalau mau diayunan itu jangan kelamaan diputerinnya. Karena berdampak pada pusing dan mual, apalagi kalau belum diisi makan dari pagi. Korbannya ya itu, yang ada di foto. Penyebabnya ya karena siapa lagi kalau bukan karena Sarah muehehe.

Selama bereksplor ria di Didieuland dan perut masih tetap kosong karena belum makan nasi, banyak banget tempat yang bisa dijadiin tempat foto-foto. Rekomendasi buat para pengguna instagram yang mau hunting.

Karena pada dasarnya tempat nongkrong, maka dari itu Didieuland gak terlepas sama yang jualan makanan dan minuman. Yang review minumannya enak atau B aja (baca: biasa aja) biar Sasa ya. Cuma, nih ada foto minumannya kok.


Kenapa review minumannya aja? Karena Sarah sama Sasa gak jajan makanan disana. Sengaja, biar bisa ngerasain tempat nongkrong yang lain. Sekaligus, hemat sih.

Ya daripada jajan makanan dua kali, belum tentu dua kali jajan itu habis makanannya. Mending yakan dibagi dua, satu tempat buat hunting foto sekalian beli minuman, satu tempat lagi buat beli makanan; tetap aja, sekalian hunting foto hahaha.

Kenyang foto-foto di Didieuland, perut mulai lapar maksimal. Kepo sama foto-foto di Didieuland? Sarah kasih dah foto-fotonya.







Udah cukup ya. Ntar kalau kebanyakan malah naksir sama yang ada di foto. Atau jangan-jangan udah pada naksir?

Cie ketauan lagi kan! Hahaha.

- - - - - - -

Lanjut keponya?

Yuk dilanjut yuk!

Lanjut ke Cakrawala setelah mabok foto-foto di Didieuland. Nah di Cakrawala ini nih, kursi-kursinya ada yang warna orange; kan lucu. Tujuan utama kesini sih, makan nasi. Tujuan selanjutnya, ya foto-foto dong hahaha.

Kalau ke Cakrawala, karena emang konsepnya cafe, gak perlu tiket masuk kok. Jadi tinggal bilang ke pelayan, mau tempat duduk yang kaya gimana, nanti dianter deh sama pelayannya.

Contohnya kaya Sarah, mau tempat duduk yang ada colokannya. Sama pelayanan disuguhkan lah tempat duduk dekat dengan colokan.

Setelah dapat tempat duduk, ya pulang. Gak deh hahaha.

Setelah dapat tempat duduk, mulai bolak balik daftar menu. Dapat yang ingin dimakan, pesan ke pelayan dan menunggu pesanan tiba.

Rencana update kali ini, Sarah mau coba jadi blogger yang ngereview tempat wisata. Karena ngerasa gak sanggup menyelesaikan sendiri, Sarah minta tolong Sasa buat ngasih nilai, yang bikin rekan-rekan pembaca perlu datang ke Kawasan Wisata Punclut, khususnya Cakrawala dan Didieuland.

Jangan heran kalau pesanan makanan Sarah dan Sasa di Cakrawala emang B banget (baca: biasa banget). Apalagi jumlah makanannya dikit. Antara hemat dan gak bisa makan banyak itu beda-beda tipis muehehe.

- - - - - - -

Terlepas dari jumlah makanan dan minuman yang dipesan, sekarang giliran Sasa yang ngasih nilai. Dari segi tempat, suasana atau segalanya dah ya. Ya apapun itu yang ada di Cakrawala dan Didieuland lah intinya. Mariiii~

(Part Sasa)
Yaaa, Sasa tuh orangnya suka banget yang namanya kuliner, udah lah cukup segitu aja. Lanjut review tempatnya, untuk Didieuland konsepnya sih tempat makan tapi suasananya aja yang bikin beda. Suasananya ngingetin ke tempat permainan yang lebih ke arah tempat outbond gitu, unik pokoknya mah. Selain itu untuk makanannya kaya bentuk food court karena pilihannya yang beragam dan disebar di beberapa spot yang berbeda. Sayangnya pas kesana masih ada beberapa tempat yang lagi renovasi, padahal cocok buat bawa anak-anak apalagi sambil rekreasi. Kepuasan mengunjungi Didieuland dengan segala kelebihannya Sasa ngasih nilai delapan.

Kalau untuk Cakrawala tempatnya oke buat nongkrong, bagus tempatnya, suka! Harga keseluruhan menunya harga standar cafe lah, gak murah, gak mahal juga. Sesuai dengan harga, makanan yang dipesan itu rasanya pas, untuk minuman juga oke lah. Kalau untuk dessert, enak! Porsi banyak, harganya termasuk murah, gak mengecewakan! Dan nilai kepuasan berkunjung ke Cakrawala, Sasa ngasih nilai delapan juga.


Pesan dari Sasa:
Buat yang suka main dan nongkrong-nongkrong cantik, bisa dateng aja ke Cakrawala atau kalau mau suasana yang berbeda bisa ke Didieuland yang ada di Kawasan Wisata Punclut

- - - - - - -

Gimana? Puas belum? Puas aja dong.

Kalau belum puas, langsung ke Kawasan Wisata Punclut aja. Rekomendasi pokoknya buat yang mau pergi sama keluarga, sahabat, pacar, hem pacar jangan deh, nanti kalau putus malah tinggal kenangan aja, kan gak asyik. Eh tapi bebas deh, pergi sama siapa aja, asal bikin nyaman.

Mau pergi sama Sarah? Oh boleh tentu saja, dengan senang hati hahaha. Ngarep ah Sarah.

Sejujurnya, tulisan ini udah ngedraft di akun blog Sarah dari bulan Februari lalu, dari jaman-jamannya Sarah masih jadi mahasiswa tingkat akhir. Sekarang sih, Alhamdulillah sudah lepas dari label mahasiswa. Mau tau ceritanya gimana?

Segera update nanti jika benar-benar sudah berakhir, yang mungkin jadi update terakhir juga di tema "Mahasiswa Tingkat Akhir".

- - - - - - -

Untuk rekan-rekan pembaca; Terima kasih udah ngeluangin waktu buat baca. Jangan bosen-bosen baca, apalagi bosen nunggu bacaan dari Sarah yang jarang (banget) update dengan cerita-cerita baru.

Untuk Sasa; Terima kasih udah ngajak jalan-jalan dan bantu memberikan ulasan. Jangan bosen-bosen ngajak Sarah jalan-jalan lagi, BTW, Bandung masih luas ya, Sa?:p

Itu kode hahaha.

Untuk Tuhanku; Terima kasih mengizinkan Sarah pergi bersama Sasa yang dilalui dengan selamat dan aman dijalan selama hari Kamis pada 08 Februari 2018. Jangan bosen-bosen memberikan Sarah nikmat di dunia, bahkan Sarah harap bisa dapat nikmat akhirat juga. Aamiin.

Sampai jumpa di update selanjutnya.

Dadah rekan-rekan pembaca.

Wassalamualaikum

Jumat, 09 Februari 2018

Terburu Nafsu - (Puisi)


Terburu Nafsu

Karya: Sr. Azzahra

Terburu
Aku rasa terburu
Mungkin hanya rasaku

Sendu
Aku rasa sendu
Mungkin hanya rasaku

Perlu
Aku rasa perlu
Mungkin hanya rasaku

Rancu
Aku rasa rancu
Mungkin hanya rasaku

Terburu nafsu
Sendu merindu
Perlu menunggu
Rancu tak ada kamu
Bandung
04 Maret 2017

- - - - - -

Assalamualaikum

Sarah kembali tanpa cerita baru. Gak apa-apa yakan?

Sabar, nanti Sarah update kok sama cerita baru. Bukan janji palsu, beneran ini mau update, tapi nanti ya. Sabar duluuu.

Biar kepo, nih salah satu foto buat update selanjutnya;


Emang sih itu ngambil foto dari insta story instagram Sarah, tapi ya dari foto itu sedikit ngasih bocoran Sarah mau bahas apa dan ngebahasnya gak sendirian. Yey!

Karena di update yang selanjutnya, Sarah mau kolaborasi bareng seseorang bikin ulasan tentang tempat wisata. Penasaran?

Ditunggu aja ya update selanjutnya. Sambil nunggu, boleh kok follow instagram Sarah; usernya @saraphaaan.

See you. Wassalamualaikum

Senin, 08 Januari 2018

Menanti - (Puisi)

Menanti

Karya: Sr. Azzahra

Waktu terlalu jauh berjalan
Memberikan jarak yang datangnya tiba-tiba
Aku ingin yang berjalan dihentikan
Agar hidupku kembali penuh warna

Senyummu warna hidupku diseberang sini
Sekedar senyummu,
Tak lebih dari itu
Walau aku tahu senyum itu bukan hanya untukk

Tapi aku mohon,
Saat ini kembalikan senyummu untukku
Meski itu sesaat
Meski itu selewat

Sampai kapan aku harus menanti?
Kini aku tak berdaya,
Karena hidup tanpa senyummu
Hilang lah daya tahan tubuhku

Aku harap kamu merasa
Aku harap kamu segera,
Segera kembali bersama senyummu

Bandung
07 Februari 2017

- - - - - - -

Assalamualaikum

Sarah kembali. Tau gak? Sekarang, Sarah lagi nonton pertandingan Barcelona vs. Levante loh. Mumpung di rumah, mumpung ada tv, sombong dikit gapapa ya, muehehe.

Oh iya. Mumpung masih awal tahun, masih awal bulan juga, jadi masih semangat-semangatnya buat update di blog. Terus, mumpung udah beres UAS juga, jadi rada kosong lah kegiatan Sarah. Padahal sejujurnya update ini tuh karena pengen update di blog tapi belum ada pembahasan baru tentang "Mahasiswa Tingkat Akhir" yang mau dibahas. Beralibi dikit ini ceritanya.

Jangan ditanya kenapa pengen update, karena gak ada alasan yang cukup meyakinkan. Males beragumen, tapi lagi pengen aja menyapa rekan-rekan pembaca.

Gitu aja ah menyapanya. Sarah bingung mau nulis apalagi. Jaga kesehatan selaluuu.

See you! Wassalamualaikum

Jumat, 05 Januari 2018

Mahasiswa Tingkat Akhir - Kursus

Assalamualaikum

Awal bulan, awal tahun, tapi rindu buat kamu gak tau kapan berawalnya. Hahaha.

Apa kabar hayo? Sehat kan? Nah kalau misalkan lagi kurang sehat, semoga cepat sehat lagi, jaga pola makan, minum obat dan vitaminnya. Bisa tuh kan Sarah ngingetin rekan-rekan pembaca, tapi Sarah sendiri kadang lupa (lebih sering malas sih) makan. Muehehe.

Sekarang, Sarah angkut teman-teman ke dalam pengalaman Sarah yuk! Pengalaman sebagai mahasiswa tingkat akhir ketika diharuskan ikut kursus.

Kursus, Sar? Kaya anak sekolah yang mau ujian nasional deh.

Ya ya yaa. Mungkin beberapa tanggapan orang diluar sana seperti itu, tapi yang menarik yang mau Sarah ceritain; beragam kursus yang diakhir kursusnya ada tes sebagai salah satu cara untuk sertifikasi.

- - - - - - -

Berdasarkan "kabar angin" yang beredar, sertifikasi itu dibutuhkan sebagai syarat bagi mahasiswa-mahasiswa angkatan 2014 (termasuk Sarah) untuk mengikuti sidang skripsi atau sidang hasil penelitian atau yang lebih dikenal di lingkungan kampus Sarah yaitu sidang munaqosah.

Jangan dibayangin ribetnya gimana ya. Karena kalau udah dibayangin, bisa kagak tidur sehari semalem (paling cepat). Ya contohnya kaya Sarah malam ini, gak tidur kan nih? Hahaha.

Bukan bikin takut calon mahasiswa yang mau daftar di kampus atau pun jurusan yang sama dengan Sarah jalanin sekarang. Ini lagi mengisahkan realitas kampus yang harus dilalui tahapan-tahapannya serta realitas yang disesuaikan dengan tantangan zaman.

Toh nantinya, bisa juga kan di zaman rekan-rekan pembaca, apalagi calon mahasiswa yang memang berkeinginan di kampus atau jurusan yang sama dengan Sarah, persyaratan untuk menjadi calon sarjana semakin menantang. Padahal sudah cukup menantang; dari mulai mencari, menentukan penelitian dan persetujuan penelitian berbagai pihak. Teler yakan~

- - - - - - -

Kursus yang Sarah sudah ikuti dan sedang Sarah ikuti merupakan fasilitas kampus dan dinyatakan gratis; tidak ada biaya tambahan diluar uang kuliah. Bukan hanya kursus, tapi tes yang ada pun digratiskan. Namun, jika hasil tes belum memenuhi nilai yang disyaratkan harus ada pengulangan dan memerlukan biaya tambahan. Kabar kabarinya sih gitu, tapi Sarah juga belum tau standar nilai yang disyaratkan untuk lulus dan diperbolehlan sebagai syarat sidang harus berapa ratus poin.

Kursus yang dimaksud itu ada tiga macam, pertama kursus pelatihan penulisan akademik supaya mengenal dunia penulisan dan terjauh dari kegiatan plagiasi dkk.; kedua kursus TOAFL beserta tesnya; ketiga kursus TOEFA beserta tesnya.

Singkatnya nih ya, kursus pertama itu gak ada tesnya cuma dikasih tau aplikasi untuk pengecekan plagiasi dan katanya nanti ada standar plagiasi untuk skripsi yang disusun, meskipun belum di "ketuk palu" untuk angkatan tahun 2014 jadi atau tidaknya ada standar plagiasi dengan maksimal 30%. Jadi masih kabar kabur lah yaaa.

Nah kalau kursus TOAFL itu kursus Bahasa Arab sedangkan kursus TOEFA itu kursus Bahasa Inggris. Dua kursus ini nih, lumayan bikin muter otak. Maklum, rada lemot gitu Sarah kalau main di bahasa. Apalagi bahasa kalbu, eh bahasa arab deng, muehehe.

Karena kursus-kursus itu tuh, agak menyulitkan diri Sarah untuk membagi waktu dengan penilitian tugas akhir, ya emang secara akademik baik untuk kemampuan mahasiswa setelah melepas status mahasiswanya, tapi terlalu panjang gitu waktu kursusnya; sampai berbulan-bulan, wajar sih padahal.

Duh mulai curhat. Udahan aja ah. Semoga rekan-rekan pembaca gak lemot ya baca kisah Sarah yang rada kesana kemari.

Selamat malam dan selamat tidur, kalau rekan-rekan pembaca baca kisah ini malam hari sebelum tidur. Selamat pagi dan selamat menjalankan aktivitas, kalau rekan-rekan pembaca membaca kisah ini di pagi hari setelah bangun tidur.

Dan banyak selamat lainnya, yang bingung kalau semua diselamatkan satu persatu. See you!

Wassalamualaikum