Selasa, 19 Juli 2016

Plog - (Cerpen part III)

"Lo mau kemana sih kita sekarang?", tanyaku bingung.

"Nanti juga lu tau, Ny. Spesial request Neng Syasya tempatnya", ejek Uur.

"Yeuh, gue nanya ke Ilo kali, bukan ke lu", sambil memanyunkan bibirku ke arah kursi depan sebelah kiri tempat Uur duduk.

"Daripada penasaran, pada tidur aja, nanti kan bimsalabim udah sampe lagi", Ilo mulai ikut bicara.

"NO NO NOOO!!!", sedikit tinggi nada suara Putra sambil mentoyor dua kepala yang berada di kursi depan.

"Adaw . . .", refleks Uur dan Ilo bersuara kesakitan.

"Hahaha ada yang takut dikerjain lagi ya kayanya, sampe gak mau tidur gitu"

"Iya lah, Sya. Muka gue gak banget soalnya, apa kata fans nanti?"

"Yeuh dasar, emang punya fans?", sikut kanan Lesya menyenggol Putra.

"Kan lu beb fans gue", kedip Putra sambil melirik Lesya.

"Heee.....loooo?", kali ini jari Lesya mencubit tangan Putra.
-------
Ting Nong . . .

Terdengar bunyi nyaring notifikasi handphoneku. "Paling Uur", umpatku dalam hati.

"Unny! Cek whatsapp deh, S E K A R A N G!", teriak Lesya dari arah balkon kamar.

Aku yang baru saja ingin terlelap kembali ke sisi handphoneku berada. Ada satu pesan di grup chat dari Putra. Aku buka grup chat "Hedon". Sebuah foto yang masih loading untuk aku download, dengan caption, "URDHO, RAYLO. ABIS LU YA SAMA GUE!!!"

"Sya kenapa sih? Belom berhasil nih downloadnya"

Lesya masuk ke dalam kamar menghampiriku. Seraya menyerahkan handphone dari genggamannya padaku Lesya berkata, "Lu liat sendiri dah kelakuan temen lu, berani-beraninya bikin si Putra marah hahaha"

Aku meraih handphone Lesya. Di layar handphone terpampang sebuah foto hasil screenshoot yang menggambarkan kiriman Uur dan Ilo di path. Kiriman mereka berdua berisi foto selfie mereka sewaktu macet, dibelakang mereka jelas terlihat ada aku, Lesya dan Putra sedang tidur.

Aku tidur memiringkan kepalaku ke pundak sebelah kiri Putra, Lesya tidur memiringkan kepalanya ke pundak sebelah kanan Putra, sedangkan Putra tidur memiringkan kepalanya ke kanan tepat di atas kepalaku. Selain itu, mulut kami bertiga ketika tidur mampu membuat yang melihatnya tertawa. Mengapa tidak, posisi mulut kami sedikit terbuka seakan kami kelelahan berada dalam perjalanan jauh yang sedang macet.
Yang membuat Putra semakin marah bukan hanya foto yang cukup memalukan itu, tetapi caption yang ditulis Uur dan Ilo di path. Bunyi captionnya, "Ketika abang hedon tidur nyenyak dengan dua ratunya, kita sih sebagai supir seneng aja ngeliat momen kaya gini".

Buatku dan Lesya, foto ini mungkin tidak apa-apa. Berbeda ketika foto ini di upload dan menandai Putra, karena di Path Uur dan Ilo ada Rini, teman sekelas di kampus yang menjadi inceran Putra. Setelah lima belas menit grup chat ramai perdebatan antara Uur, Ilo dan Putra, akhirnya Uur dan Ilo diminta mentraktir makan Putra di Trans Studio Mall yang letaknya cukup ngesot dari hotel.

"Ih di traktir. Gue ikut broooo", Lesya ikut ngechat di grup.

"Yooo. Selesai shalat Isya ditunggu di lobby, nanti kita bareng-bareng kesananya. Uur yang traktir kita kok! Kan baru dapet transferan tadi dia bilang sama gue hahaha"

"Oke siap brader Ilo"
-------
Malamnya.
"Kita nonton aja yuk! Kan ada jam tayang terakhir jam 9an gimana?"

"Lu yang bayarin, Ny?", tawar Putra.

"Boleh lah, tadi bokap ngasih lebih"

"Asikkk!!!", teriak Lesya dan Putra bersamaan.

"Cie abang hedon sama neng hedon barengan teriaknya, jodoh nih", ledek Uur.

"Hahahaha", tawaku, Uur dan Ilo bersamaan.
Putra memelototkan matanya ke arah Uur, sedangkan Lesya memanyunkan bibirnya.

"Ettt...berani sama gue? Gak jadi gue traktir deh"

"Ah brader Uur suka gitu, sini gue rangkul biar gak ambekan", Putra mendekat merangkul Uur.

"Gue ke bioskop deh ya kalo gitu, beli tiket dulu. Kalian mau nunggu dimana?"

"Gue ikut dong. Biar jalan-jalan, males kalo cuma duduk bareng cowok-cowok jomblo nanti akikah digodain terus naksir kan repot", Lesya menggandeng tanganku.

"Kok Syasya gitu sama aku? Kalo naksir aku siap tanggungjawab kok"

"Emang Syasya mau gitu sama lu? Tadi sore aja jail nge-upload foto dia yang jelek, mana mau dia sama lu...Uur!"

"Yeuh bang hedon masih dendam tuh, Ur! Hahaha"

"Iya nih, Lo. Kita gak usah jadi aja kali ya traktir dia?", Uur memberikan kedipan mata meminta persetujuan Ilo.

"Ambekan deh...", Putra mengencangkan kembali rangkulannya di leher Uur.

"Malah debat lagi, udah ya kita ke bioskop dulu, dah mblo!", Lesya melambaikan tangannya kearah Uur, Ilo dan Putra.

"Jangan lupa kabarin kalian dimana", teriakku sebelum jauh.
-------
Aplikasi di smartphone terbilang beragam jenisnya. Mulai dari aplikasi chat, aplikasi edit foto, aplikasi share moment dan masih banyak lainnya. Para remaja, seperti aku dan empat orang sahabatku, mayoritas menggunakan aplikasi chat bbm. Tetapi untuk grup chat, kami lebih memilih line yang bisa bervariasi stiker yang disediakannya.

(Smartphone adalah sebutan untuk handphone canggih berbasis android, biasanya)

Untuk share moment, aku pribadi lebih memilih path. Walaupun banyak orang bilang ini aplikasi untuk sombong. Sombong yang kaya gimana? Sombong karena bisa update lokasi, apalagi untuk yang suka pergi ke tempat wisata. Tidak melulu tempat wisata, kadang ketika di pasar mengantar ibu sempat-sempatnya ada yang update.

Selain share lokasi dengan path pengguna dapat share moment sedang mendengarkan lagu apa dengan siapa, atau sedang menonton film apa dengan siapa dan dimana. Share moment tidak harus ketika mendengarkan lagu tersebut langsung share. Bisa jadi lima menit sebelum mendengarkan sebuah lagu dishare atau bisa jadi lima menit setelah mendengarkan sebuah lagu baru dishare. Semua itu sesukanya si pengguna path.
-------

Minggu, 17 Juli 2016

Plog - (Cerpen part II)

"Biar Lesya aja deh yang cerita langsung buat lu...silahkan Syasya sayang", Uur senyum mempersilahkan yang punya pengalaman dan kenangan hidupnya untuk menceritakan kepada Ilo.

"Jadi gini Lo. Pacar gue, eh mantan lebih tepatnya. Baru aja mutusin gue seminggu yang lalu. Dari kampusnya, dia disuruh magang di daerah asal masing-masing, balik lah dia ke Banten", Lesya langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Ilo.

"Sya gak usah bisik-bisik juga bisa kayanya ya, modus deh kamuuu...", ejek Uur yang melihat perlakuan Lesya ke Ilo.

"Ceilah cemburu tuh, yakan? Yakan?", ledekku pada Uur, sekejap kemudian Uur manyun manja dan mukanya memerah.

"Oke oke. Gue lanjutin nih ya gak pake bisik-bisik. Sesuai permintaan si sayang", Lesya mengedipkan matanya kearah Uur. Terlihat Uur tersenyum, Lesya langsung menatap Ilo lagi untuk melanjutkan ceritanya. "Setelah dia balik ke Banten, mulai deh tuh rewel. Rewel yang bilang kangen, gak bisa jauh dari gue, gak bisa LDR-an dan lain-lagi sampe gue lupa dia ngomong apa aja"

"Hmmm . . . Terus, Sya?", Ilo menanggapi dengan seksama.

"Sebulan pertama gue berusaha yakinin dia, kalo kita, gue sama mantan gue, Wipo, bisa LDR, dan gue berhasil. Bulan kedua, ketika Bu Rina ngasih angkatan kita tugas lapangan selama seminggu, full, kita sibuk bukan main dan Wipo kembali uring-uringan. Diawal bulan ketiga dia magang, gue berusaha lagi bikin dia yakin. Kali ini susah! Gue cuma ngadu keluh kesah kesusahan gue ngebujuk Wipo ini sama Unny, karena dia yang saat itu satu kelompok tugas lapangan bareng gue", Lesya merangkulku yang duduk di sebelah kanannya. Aku tersenyum, mengisyaratkan kalau Lesya masih harus meneruskan ceritanya karena Ilo yang duduk dihadapan Lesya terlihat antusias mendengar ceritanya. Sedangkan Uur dan Putra, mencari lokasi main kita hari ini melalui smartphone masing-masing.

"Hampir sebulan, akhirnya gue berhasil lagi balikin hubungan gue tetep seperti adanya tanpa kerasa kaya LDR. Masuk bulan keempat, gue mulai liat facebook dia dan ternyata dia upload foto bareng temen magangnya di pantai dengan caption - Piknik Sesaat - seminggu kemudian, tepatnya seminggu yang lalu, dia balik ke Jakarta. Gue kangen, kangen sekangen kangennya orang yang lagi kangen", terlihat mata Lesya mulai berkaca-kaca menahan tangis, tapi dia tetap tersenyum sambil meneruskan ceritanya.

"Malemnya, Wipo sms - Caa bsk ketemu ya:* nanti aku jemput ke rumah kamu jam 3 sore - gak sempet gue bales, karena gue tidur. Besok paginya gue bales - Iya Popo aku tunggu di rmh:* - sekitar jam satuan gue siap-siap, jam setengah tiga beres. Gue harap-harap cemas nunggu Wipo. Jam dinding rumah gue berdentang tiga kali, itu tandanya udah jam tiga dan Wipo belom dateng. Gue nunggu depan tv sambil nyetel drama korea, gak kerasa udah kedenger adzan Maghrib. Riasan gue mulai luntur gak karuan. Kali ini jam dinding rumah gue berdentang tujuh kali dan Wipo tetep gak ngasih kabar. Gue iseng ambil handphone gue, buka facebook. Gak perlu sampe visit profil Wipo, karena di beranda ada tiga foto baru Wipo sama cewek lain, cewek temen magangnya waktu itu dan cewek yang secara mengejutkan ada dihubungan gue sama Wipo. Tamu spesial dan gak disangka-sangka. Abis ngeliat foto itu gue sms Wipo - Popo kemana? Kamu gak jd ke rmh aku? Pdhl aku bela-belain mandi buat kamu - kalian tau kan, gue males mandi, kalo emang libur dan gak kemana-mana", aku dan Ilo nyengir mendengar perkataan Lesya barusan.

"Wipo ngebales dua hari kemudian - Caaa makasih udah pernah ngisi hari2 aku, mulai skrg kita putus aja ya:) - kaget gak sih kalo lu jadi gue, Lo? Cepet banget kan dia berubah, gue gak terima dong diputusin gitu aja. Gue bales - Punya alesan knp putusin aku? - Wipo gak bales lagi. Bete, gue langsung vn Unny saat itu juga. Eh tapi Unny lagi nemenin nyokapnya di dapur, alhasil gue iseng aja ngoprek handphone. Buka facebook, Wipo gak update apa-apa. Pas buka path, ternyata check-in di Cafe Braye bareng sama cewek itu dan kali ini captionnya - Luangin waktu buat si anti sibuk:*" pengen marah tapi orangnya gak ada, jadi gue nangis sejadi-jadinya. Pas Unny nelpon juga, gue cuma bisa nangis di telpon"

"Terus udah berakhir gitu aja hubungan lu sama Wipo yang udah setahun lebih itu?", Ilo penasaran.

"Iya, Lo. Dan lu harus tau alesan dia pergi", Lesya bersemangat.

"Apa Sya?!!"

"Dia ninggalin gue karena gue - kamu sibuk ca, terlalu sering kunjungan bareng temen kampus ke Paud daripada kunjungin tempat nongkrong bareng aku, kamu gak gaul, gak bisa diajak hedon - ya gitu, Lo. Gitu isi sms dia pas besoknya ngebales sms gue tentang alesan dia ninggalin gue"

"Dih! Kurangajar! Awas aja nyesel ninggalin temen gue ini. Kalo nanti dia ngajak lu balikan, lu gak usah mau!", Ilo marah sejadi-jadinya di depan perpustakaan kampus.

"Calm down! Malu diliat sama orang. Gue juga marah pas tau itu. Makanya sekarang, Lesya jadi yang semangat kedua buat hedon setelah "biang hedon" kita", ucapku menenangkan Ilo.

"Bro sist, udah beres gosipnya? Kita caw sekarang yuk! Gue nemu tempat asik nih, rekomen dari abang gue"

Aku, Lesya dan Ilo mengacungkan jempol. Lalu Uur berteriak, "Kita siap buat hedon, kita gak sibuk broh, cuma agak banyak keperluan aja sama tugas kampus! HAHAHA"

Kami berlima menuju mobil Ilo dan langsung menuju lokasi yang direkomendasiin abangnya Putra. Sesampainya disana, sambil menunggu pesanan tiba kami berlima membuka path dan update di Cafe Kekinian (daerah Jagakarsa). Caption kami berlima sengaja dibuat sama, "Misi Hedon Ke - 1"
-------
"Bandung rasa Jakarta ya, macet bet!", Lesya bergumam sambil duduk di lobby Trans Hotel.

(Bet; ungkapan kata pengganti untuk kata Banget, biasanya diungkapan sama remaja-remaja sekarang)

"Maklum, weekend. Lagi juga capean gue sama Uur nih. Yang nyupirin kalian dari Jakarta ke Bandung. Kalian sih enak bisa bobo gemas"

"Selow, Lo! Walaupun kita berdua nyupir. Gue gak nyia-nyiain momen langka tadi kok. Nih!", Uur menunjukkan foto selfie dirinya dan Ilo.

"Apaan dah, Ur! Ini kan foto kita pas lu ngajak gue selfie"

"Yeuh! Lu perhatiin yang bener napa! Tuh dibelakang kita ada siapa?", Uur ngajak main tebak-tebakkan Ilo yang kurang fokus memperhatikan foto selfienya.

"Gue liat dong!", Lesya mulai penasaran dengan foto yang Uur tunjukkan untuk Ilo tadi.

"Nanti ya Syasya sayang, gue upload dulu nih ke path si aplikasi untuk sombong. Biar pada tau kita lagi di Bandung"

Ting Nong . . . serentak notifikasi dihandphone kami berbunyi, kecuali dihandphone milik Putra.

"Wah si hedon udah update duluan", celetukku.

"Gue bales ah si hedon. Mumpung orangnya lagi ngelangkah jauh dari kita nih. Siap gak, Lo?", tantang Uur sambil nyengir.

"Pastinya lah, Ur! Hahaha", Ilo bersemangat menanggapi tantangan Uur.

"Syasya, Unny, lu berdua tunggu notifikasi di hp lu ya", Uur yang paling jail diantara kami memulai atraksinya.

Lima menit kemudian.

"Ur mana? Katanya mau upload foto di path"

"Sabar, Ny. Sinyal lemot nih. Kuota udah mau abis, gue lupa ngisi"

"Yaudah kita ke kamar deh ya, ngantuk. Mau lanjutin tidur dulu sebentar, sebelum nanti malem kita hedon bersama", ajak Lesya padaku seraya berpamitan dengan Uur dan Ilo. Sambil menggendong tas punggungnya, Lesya dan aku melangkah menuju salah satu dari dua kamar yang telah dibooking oleh Om Resva, teman Papa, untuk kami.
-------
"Gue ke balkon ya, Ny. Kalo lu mau lanjut tidur, lanjutin aja. Gue tau hobi lu tidur kok, hahaha", ledek Lesya padaku.

"Yoo. Lu hati-hati di balkon, nanti siapa tau kena angin sejuk Bandung malah ketiduran di luar" ledekku membalas Lesya.

Aku mengecek pathku, Lesya baru saja update di Trans Hotel Bandung bersama aku, Deral Putra, Urdho Resman dan Raylo Denis Prasetya. Begitu pun aku, sebelum aku memenjamkan mata sengaja aku update hal yang sama seperti Lesya dan Putra lakukan.

"Sesekali apdet di kota orang lah, bosen di Jekardah muluuu~"

Dibumbui caption, baru aku klik tanda ceklis, tanda setuju untuk upload. Selesai mengirim sebuah postingan di path, aku meletakkan handphoneku di atas meja dekat kasur. Setelah meletakkan handphone di atas meja yang berada disisi kiriku, aku memalingkan tubuh ke arah kanan seraya menjangkau guling yang ada, lalu kupeluk.

Ting Nong . . . Terdengar bunyi nyaring notifikasi handphoneku. "Paling Uur", umpatku dalam hati.

"Unny! Cek whatsapp deh, S E K A R A N G!", teriak Lesya dari arah balkon kamar.

Aku yang baru saja ingin terlelap kembali ke sisi handphoneku berada. Ada satu pesan di grup chat dari Putra. Aku buka grup chat "Hedon". Sebuah foto yang masih loading untuk aku download, dengan caption, "URDHO, RAYLO. ABIS LU YA SAMA GUE!!!"
-------

Kamis, 14 Juli 2016

Plog - (Cerpen part I)

"Mau kemana nih hari ini?", Putra "biang hedon" di geng kami bertanya jadwal main untuk hari ini.

"Puput...", ejek Urdho ke Putra.

"Uur! No puput puput, bisa? Atau lu mau tangan gue melayang terus mendarat di jidat lu yang lebar itu", Putra senyum jahat ke Uur (panggilan dari kami buat Urdho).

"Ur congor jaga cuy, nanti kita gagal diajak hedon nih sama biang hedon", aku menengahi sedikit bercandaan Putra dan Uur agar tidak terjadi keributan.

"Tau nih. Nanti mantan gue gak jadi nyesel ninggalin gue nih", dumel Lesya sambil cemberut manja diantara kita.

"Sya, sini sini peluk! Biarin aja mantan lu. Kita disini bakal bantu lu kok biar lu hedon, biar mantan lu nyesel udah putusin lu!"

"Putraaa...kok lu ngelangkahin gue buat peluk Lesya? Minggir lu, gue duluan ya peluk dia", ledek Uur sambil mendekati Lesya.

"Weits! Mau ngapain lu?", cegah Raylo yang datang tiba-tiba sambil membentangkan tangannya berdiri di depan pandangan Lesya. "Tumben pada nongkrong depan perpus. Biasanya udah pada caw hedon kemana"

"Ilo sayang, pasti belom denger cerita si Lesya, yakan?"

"Maksudnya apa, Ur?", Ilo bingung sambil garuk-garuk kepala.

"Biar Lesya aja deh yang cerita langsung buat lu...silahkan Syasya sayang", Uur senyum mempersilahkan yang punya pengalaman dan kenangan hidupnya untuk menceritakan kepada Ilo.

"Jadi gini Lo...", Lesya langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Ilo.

"Dih! Kurangajar! Awas aja nyesel ninggalin temen gue ini. Kalo nanti dia ngajak lu balikan, lu gak usah mau!", Ilo marah sejadi-jadinya di depan perpustakaan kampus.

"Calm down! Malu diliat sama orang. Gue juga marah pas tau itu. Makanya sekarang, Lesya jadi yang semangat kedua buat hedon setelah "biang hedon" kita", ucapku menenangkan Ilo.
-------
"Gue mau ke resepsi pernikahan anaknya temen bokap nih di Bandung. Kalian mau pada ikut?"

"Kagak dah. Malu gue sama ortu lu, Ny", tolak Uur untuk ajakanku ke resepsi pernikahan anaknya teman Papa.

"Alah. Uur tuh malu-malu mau", ledek Putra.

"Gak kok, gue malu kalo nantinya gue malu-maluin disana..."

"Yeuh! Jadi gimana mau ikut?", ajakku lagi.

"Gue sih gimana "biang hedon" aja", jawab Lesya melirik Putra.

"Hedon mulu, Sya. Hahaha", tawa Putra.

"Gue juga, Ny. Gue ikut "biang hedon" aja", Uur ikut mengiyakan jawaban Lesya setelah tadi menolak ajakanku.

"Kalo lu gimana?", tanyaku pada Ilo.

"Gue ikut aja, Ny. Gampang sama gue sih, sahabat selalu yang utama"

"Nah tinggal lu deh. Jadi menurut lu gimana?", pertanyaan terakhirku buat Putra, biang hedon.

"Acaranya kapan? Kita kan kuliah, Ny", si hedon yang tetap mementingkan akademik tidak ingin jadwal kuliah diganggu sama jadwal hedonnya.

"Oh iya gue lupa kasih tau. Acaranya itu minggu depan. Pak Eko kan udah kasih tugas pengganti gara-gara dia izin pergi. Tugasnya juga udah kita selesaiin. Minggu depan Jumat - Sabtu kita libur. Jadi boleh kita hedon di Bandung? Tenang, masalah hotel udah dijamin sama temen bokap gue kok. Maklum, temen lama bokap jadi rada dispesialin gitu bokap guenya"

"Oke boleh lah kita gas. Kapan lagi diajak hedon udah ada hotel yang siap nampungnya", Putra mengiyakan ajakanku.

"Eh tapi, mobil gue ada yang bawain lah. Gue males kalo nyupir jauh"

"Siap! Uur sama Ilo bisa gantian bawa kok, Ny" lirik Putra ke mereka.

Uur dan Ilo mengangkat jempol tanda setuju.
-------
Satu manusia, bermacam pengalaman dan bermacam kenangan dalam satu kali kehidupannya.

Ketika merasa kehidupan tak sesuai harapan, biarkan waktu yang berlalu itu menjadi pengalaman dan kenangan yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah perjalanan hidup.

Dan kali ini, ceritaku bukan sesuatu yang tidak sesuai harapan tapi sebuah cerita dari satu aplikasi sombong di smartphone yang membuatku mengingat kembali pengalaman dan kenangan yang telah berlalu.
-------

Minggu, 03 Juli 2016

(Cukup) Formal dan Tidak Formal

Sebelumnya, tulisan ini diperuntukan bagi siapa saja yang ingin membacanya. Jika pembaca bingung dengan apa yang saya jelaskan berikut, diakhir tulisan akan saya beri tambahan penjelasan yang mudah-mudahan dapat membantu menjelaskan kebingungan para pembaca.

1. Siapa sosok yang ada dalam foto Anda?

Sosok yang ada difoto itu adalah saya yang mengenakan almamater kampus saya. Siapa saya?

Saya Sarah, mahasiswa semester lima yang sedang dapat jatah libur dari kampus dan seharusnya menjadi "Agent of Change" seperti apa yang orang-orang katakan tentang Mahasiswa.

Saya mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang akrab disingkat menjadi PMI. Asing? Ya memang. Jurusan saya tidak seperti jurusan lain yang menjadi favorit. Jurusan saya tidak seperti jurusan lain yang jika disebut nama jurusannya orang lain langsung berdecak, "Wah". Lebih sering, orang lain malah bertanya kembali, "Pengembangan Masyarakat Islam itu jurusan yang gimana sih?"

Buat saya pribadi, yang berkeinginan untuk kontribusi dalam dunia sosial jurusan itu cocok. Pada awalnya. Tetapi, setelah empat semester saya lalui dengan gitu lah...jurusan saya bukan hanya berlatarbelakang sosial. Dibalik kehidupan sosial, Islam (khususnya, karena saya berlatarbelakang jurusan bernuansa Islam) berperan penting dalam menjaga stabilitas kehidupan bersosial. Lalu, bagaimana Islam masuk dan mampu diterima dalam kehidupan sosial?

Islam masuk dan mampu diterima dalam kehidupan sosial melalui para generasi dosen, alumni dan mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam yang serius dalam bidang dakwahnya. Apa hubungan jurusan saya dengan dakwah?

Sebelumnya, saya ingin menjelaskan tentang dakwah. Dakwah adalah cara atau sesuatu yang biasa dilakukan oleh Da'i (orang yang berdakwah) untuk mengajak Mad'u (objek dakwah) kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran yang dikemas dalam Maudu (pesan dakwah) dengan bermacam media yang mampu digunakan. Orang awam, seperti saya sebelum berada di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, beranggapan bahwa dakwah hanya sekedar ceramah dalam event seperti Tabligh Akbar. Tetapi setelah saya mengkaji dan diberi kajian tentang dakwah, ternyata jurusan saya erat kaitannya dengan dakwah.

Jurusan saya, dalam pandangan ilmu kedakwahan merupakan bagian dari dakwah bil hal atau disebut juga dakwah dengan perbuatan. Perbuatan disini, dapat berupa contoh yang bisa diterima dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari atau dapat berupa kegiatan partisipasi dalam menangani suatu permasalahan di daerah tertentu. Jadi, mahasiswa seperti saya dan generasi selanjutnya di jurusan yang sama seperti saya, dipersiapkan untuk mampu berdakwah dengan aksi nyata.

2. Foto Anda merupakan efek tipografi. Foto tipografi indentik dengan kata yang menghiasi isi foto tersebut. Bisa tolong disebutkan dan dijelaskan, kata apa saja yang ada dalam foto yang berhasil Anda unggah?

Terlalu banyak kata yang saya tulis difoto tersebut. Kata-kata yang saya tulis berkaitan dengan dakwah, bagi saya. Kata-kata tersebut diantaranya:

Senyum - saya beranggapan senyum adalah dakwah. Karena, jika seseorang tersenyum setidaknya ada satu orang yang ikut tersenyum juga. Singkatnya, senyum mengajak kepada kebaikan.

Sabar - saya beranggapan sabar adalah dakwah. Karena, sabar hanya bisa digapai oleh orang-orang yang mampu menahan hawa nafsunya. Hawa nafsu seperti amarah, ego, berlebih-lebihan dalam penampilan dan sebagainya. Dan, orang yang mampu sabar terlebih mampu mengajak orang lain untuk sabar, maka orang tersebut sudah termasuk dalam mengajak kepada kebaikan.

Sedekah - saya beranggapan sedekah adalah dakwah. Karena, sedekah dapat menjadi contoh untuk orang lain yang enggan menyisihkan hartanya dalam membantu orang-orang yang kesusahan. Sedekah dikatakan dakwah jika mengajak kepada kebaikan seperti itu, salah satunya. Namun sedekah dapat menjadi sebuah kesalahan jika sedekah dimaksudkan untuk menyombongkan diri dan lain sebagainya.

Bahagia - saya beranggapan bahagia adalah dakwah. Karena, bahagia dapat menjadi bukti kalau seseorang sudah bersyukur. Setidaknya dengan bahagia, seseorang sudah mampu mengajak kepada kebaikan untuk dirinya sendiri.

Hijrah - saya beranggapan hijrah adalah dakwah. Karena, hijrah dapat berarti mengajak seseorang dari kegelapan ruang kemungkaran menjadi sosok yang berakhlak dan penuh dengan jiwa kebaikan. Bukan hanya mengajak orang lain, terlebih dahulu diri sendiri yang diajak untuk berhijrah.

Bertanggungjawab - saya beranggapan bertanggungjawab adalah dakwah. Karena, tanpa rasa bertanggungjawab terhadap kebaikan, kegiatan dakwah tidak akan jalan begitu saja. Bertanggungjawab melatih diri sendiri agar mampu menyelesaikan misi dakwahnya.

Dengan cinta - saya beranggapan dengan cinta adalah dakwah. Karena, jika dakwah dilakukan terpaksa bukan dengan cinta, pesan dakwah yang ingin disampaikan bisa jadi berlalu begitu saja. Para mad'u yang diharapkan mampu menerima pesan dakwah dengan baik, malah acuh dan terkesan masa bodo.

Cukup tujuh kata diatas yang bisa saya jelaskan, setidaknya itu mewakili dari kata-kata yang ada dalam foto tersebut.

3. Mengapa Anda mengunggah foto yang berefek gelap? Bukankah para wanita cenderung memilih pencahayaan yang terang untuk sebuah foto. Mengapa pula Anda mengunggah foto tanpa mata dan logo kampus Anda? Jika memang benar Anda menggunakan almamater difoto tersebut.

Karena seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kalau dakwah mengajak seseorang dari kegelapan ruang kemungkaran menjadi sosok yang berakhlak dan penuh dengan jiwa kebaikan.

Perihal pertanyaan ketiga ini, saya ingin menjelaskan alasan yang cukup membuat pembaca bosan karena terlalu panjang. Maka dari itu, sebagai persiapan membacanya pembaca dapat membuat teh hangat manis dulu untuk menemani pembaca.

Jika sudah, saya akan memulai menjelaskannya. Foto yang tanpa mata dan logo kampus tersebut, sengaja saya unggah untuk berdakwah. Tidak, saya tidak berdakwah untuk menceramahi pembaca atau karena saya lebih banyak ilmunya dari pembaca. Saya mengatakan berdakwah dengan alasan, ketika nanti saya sudah lepas dari cap mahasiswa sebuah kampus, maka saya adalah saya.

Saya berdakwah tanpa mata, tanpa melihat siapa yang saya ajak dalam kebaikan. Karena menurut saya, setiap orang mampu saya ajak dalam kebaikan tetapi tidak setiap orang bisa diajak dengan cara yang sama. Ada yang mampu diajak hanya sekedar lewat ucapan, ada juga yang mampu jika melalui perbuatan atau mungkin dengan cara tulisan seperti penulisan yang saya lakukan. Seperti penjelasan sebelumnya, kalau senyum saja dapat menjadi cara dakwah yang sederhana.

Saya berdakwah bukan karena logo kampus. Berdakwah adalah tanggungjawab saya untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah saya kaji dalam kehidupan sehari-hari. Memang masih terbatas ilmu yang sudah saya kaji, tetapi dengan ilmu yang ada saya harus tetap berusaha untuk terus berdakwah. Dengan berdakwah, saya berharap akan banyak orang yang lebih bahagia dari sebelumnya. Karena bagi saya, kebahagiaan saya bersandarkan pada kebahagiaan orang lain terlebih orang-orang yang saya sayangi.

Untuk efek foto yang gelap, saya mengakui bahwa hidup saya kadang masih dalam kegelapan ruang kemungkaran. Proses hijrah saya masih terbengkalai karena kesenangan duniawi yang belum mampu saya lepaskan secara keseluruhan. Malu, saya malu sama tanggungjawab berhijrah yang belum berhasil saya lalui. Secara kesadaran, saya sadar bahwa tulisan ini merupakan pengakuan saya yang seharusnya menjadi lebih baik lagi agar mampu mengajak orang lain menjadi lebih baik juga. Karena, jika hijrah saya belum berhasil maka bagaimana dengan dakwah saya selanjutnya?

-------

Hai. Saya Upin, ini adik saya Ipin.
.
.
.
Oke itu iklan, maaf. Gimana menurut kalian tentang tulisan Sarah diatas? Terlalu formal ya kayanya, sampai Sarah sendiri geli bacanya. Aneh kalo Sarah seserius itu, padahal mah ya emang gitu. Suka serius tiba-tiba, tapi giliran orang lain mulai serius malah diajak bercanda. 

Terima kasih ya buat pembaca yang udah nyempetin baca postingan Sarah yang ini. Baru kali ini kayanya Sarah ngeposting hal yang serius, btw gak ada yang pengen gitu seriusin Sarahnya sekalian? Loh loh loh! Sarah emang, suka baper ae. Kata orang-orang sih gitu.

Semoga bukan hanya postingan aja yang bisa diisi dengan keseriusan, selanjutnya Sarah harus bisa serius sama proses hijrahnya. Aamiin. Ini lagi serius.

Buat yang penasaran sama foto yang berhasil Sarah unggah, ini ada linknya https://www.instagram.com/p/BHXwPKZgyCJ/ biar pembaca gak penasaran. Buat yang udah liat fotonya, bae-bae! Bisa jadi gentayangin pikiran kamu nanti sosok yang ada difoto itu. Duh, masa sih?

Silahkan dilanjut sahurnya. Jika pembaca lagi sahur. Dan takutnya nanti gak sempet nyapa pembaca pas lebaran, Sarah mau ngucapin, "Selamat Idul Fitri 1437 H. Taqobbalallahu minna wa minkum". Bagi THRnya bisa dong kakak!