Sabtu, 27 Oktober 2018

Bagi-bagi Voucher Nginep di Hotel?

Assalamualaikum

Mumpung weekend nih, tapi belum end kok semangat Sarah buat terus belajar. Cie tumben!

Demi nomor induk pegawai aku rela tidur jam 9 malam tanpa begadang-begadang club.

Stop basa basinya!

Langsung ke postingan sekarang yang isinya Sarah ngasih voucher buat nginep di hotel senilai Rp 250.000, lumayan kan tuh hahaha.

- - - - - - -

Langsung meluncur ke hotelnya yuk!

Eh salah!

Ke aplikasi booking hotelnya dulu ya.

Buat rekan-rekan pembaca semua, bisa instal aplikasi ini di smartphone kalian via Google Play.

Kalau yang AppStore Sarah gak tau ya, gak pakai Iphone soalnya.

Nama aplikasinya, OYO.

O Y O.

Sekali lagi, OYO!

Oke Sarah tungguin sambil kalian download aplikasi OYO.

Buat yang udah instal, lanjut nih daftarin nomor HP kalian. Kalau udah terdaftar, nanti dapat kode verifikasi lewat SMS. Cie SMS, masih jaman? Hahaha

Setelah daftarin nomor HP, muncul halaman kaya gini nih!


Isi bagian-bagian itu kaya gini nih!
  1. Email aktif
  2. Username
  3. Kode referral “SARATNAMR” supaya rekan-rekan pembaca dan Sarah dapat OYO money Rp 250.000
  4. Input kode verifikasi yang tadi ada di SMS

Selesai di isi?

Langsung klik CREATE ACCOUNT

Dan, yaudah.

Udah?

Iya udah. Akun OYO rekan-rekan pembaca udah jadi.

Kalau masih bingung, Sarah tambahin.

Di pilihan menu “Invite & Earn” coba klik. Disitu rekan-rekan pembaca bisa ngecek saldo OYO money kalian.


Disitu kan ada tulisan, “Your Invite Code: . . . . . .”, di copy paste terus bisa tuh buat ngajak keluarga, sahabat, pacar atau siapa pun, biar OYO money kalian nambah.

Atau coba cek profil dan klik menu “Wallets” buat ngeliat total OYO money rekan-rekan pembaca semua.


Gampang kan?

- - - - - - -

Q n A

Q: Sar bisa booking hotelnya dimana aja sih?

A: Dimana aja bisa, selama hotel itu tertera di aplikasi OYO. Tapi kalau yang Sarah lihat  di aplikasi OYO, baru bisa buat di Jakarta, Palembang, Surabaya.

Q: Sar saldo OYO aku gak nambah-nambah nih padahal udah di copy paste terus ngajak keluarga, sahabat, pacar, dan rekan bisnis aku?

A: Inget ya, ngajaknya itu mulai dari download dulu aplikasi OYO sampai keluarga, sahabat, pacar, atau rekan bisnis kalian itu berhasil masukin kode referral yang kamu copy paste ke mereka sebelum klik tulisan “Create Account”. Sama seperti yang udah kalian lakuin tadi itu.

Q: Sar saldo OYO money bisa diuangkan?

A: My answer is NO! Itu saldo bisa berlaku buat rekan-rekan pembaca booking hotel aja. Kalau bisa diuangkan, udah kaya dah Sarah hahaha.

Q: Saldo maksimum OYO money berapa sih, Sar?

A: Terakhir liat cuitan di twitter, bisa sampai Rp 5.000.000., kenyang dah tuh nginep di hotelnya.

Q: Saldo OYO money ada kadaluarsanya, Sar?

A: Menurut cuitan di twitter sih ada, kurang lebih dua bulan.

Q: Sar, kalau kita nginep bareng di hotel gimana?

A: Anjay! Hahahaha.

- - - - - - -

Gimana nih rekan-rekan pembaca?

Udah coba booking hotel pakai OYO money? Semoga menyenangkan bisa weekend bareng keluarga, di hotel. Ikut bahagia!

See you!

Wassalamualaikum

Senin, 15 Oktober 2018

Mahasiswa Tingkat Akhir - Kisah Pamungkas

Assalamualaikum

Met pageeh! Senin paginya semangat?
Harus semangat karena Sarah juga semangat nih buat nyapa kalian. Ceileh!

Pagi ini Sarah kasih sarapan tulisannya dari pengalaman Sarah aja ya. Tulisan ini ngedraft di otak Sarah sejak bulan Juli lalu. Setelah berabad-abad juga tidak ada pembaharuan tulisan, akhirnya ya kan yang ditunggu-tunggu ada lagi. Kangen pasti kan sama tulisan-tulisan Sarah?

Kangen aja dong, biar tau rasanya ada yang ngangenin. Walaupun tulisan-tulisannya doang yang dikangenin hahaha.

Dikiriman tulisan Sarah hari ini, Sarah mau cerita aja pengalaman “REVISI KELAR DALAM WAKTU SEBULAN”. Gak sebulan juga sih, karena kepotong sama libur lebaran. Buat yang penasaran cerita pas sidang Sarah kaya gimana sensasinya, nyusul ya. Atau yang terlanjur penasaran banget, bisa cek twitter aja. Di twitter udah Sarah pin kok tweetnya, jadi rekan-rekan pembaca gak perlu ngescroll lagi nyari tweetnya.


visit twitter @saraphaaan

- - - - - - -

Buat yang belum tau, Sarah lulus sidang skripsi atau sidang akhir, sidang munaqosah disebutnya kalau di kampus UIN, itu tanggal 06 Juni 2018. Selepas keadaan tanpa status mahasiswa, tapi semangat-semangat mahasiswanya masih nyisa, Sarah gak tenang tuh buat nyantai-nyantai gak ngerjain jurnal. Karena gimana ya, kata yang udah-udah, persyaratan jurnal agak ribet. Padahal nih kalau rekan-rekan pembaca mau tau, jurnal itu tuh isinya dari skripsi mahasiswa yang disalin ulang jadi bentuk jurnal. Kenapa ribet?

Karena banyak aturannya. Harus A, B, C, dan seterusnya. Kalau mau tau contoh templatenya ada nih, visit langsung jurnal dakwah, ini link jurnal dakwah UIN Bandung. Setelah visit, rekan-rekan pembaca bisa download ya templatenya; yang ada di sebalah kanan agak ke bawah dikit posisinya.

- - - - - - -

Bentar, bentar. Bingung Sarah, ini ceritanya meleleh kemana-mana. Langsung loncat aja ya ke hari para ASN (aparatur sipil negara) mulai masuk kerja lagi setelah libur lebaran. Kenapa loncatnya ke hari itu?

Karena dosen mulai aktif lagi di kampus pas hari itu.

Sekarang selesaiin dulu cerita revisian dah, biar Sarah beres satu-satu gitu cerita pengalaman yang terlanjur padat di otak dan susah dicairkan jadi duit, eh tulisan harusnya. Mulai yuk!

- - - - - - -

Senin, 25 Juni 2018.
Pagi itu, berangkat naik kereta dari rumah dengan sendal jepit merah karena hujan dan sampai di Bandung jam dua siang. Hari itu gak ada rencana buat revisian ke dosen penguji dua. Tapi berhubung udah gak kuat pengen cepat selesai revisiannya, langsung pindahin data dari laptop ke flashdisk, jalan dah tuh ke kampus sambil lirik kanan kiri nyari tempat fotocopy-an biar bisa ngeprint revisian. Eh cyin, tempat fotocopy masih pada tutup. Mau tau alasannya kenapa?

Karena masih suasana lebaran, ditambah karena lagi libur kuliah semester genap, ditambah karena dua hari lagi ada pilkada serentak.

Sedih akutu. Tapi tenang, Sarah berhasil ngeprint pokoknya siang itu. Selesai ngeprint, meluncur ke ruang dosen penguji dua. Ada dong dosennya, tapi ternyata lagi sibuk. Ada lima menit Sarah diam tuh sambil duduk depan meja kerja beliau dan akhirnya angkat bicara deh bapaknya, “Besok aja ya, jam sembilan-an”.

Yowes, Sarah pamit dengan senyuman. Ceileh! Hahaha.


Selasa, 26 Juni 2018.
Dengan semangat revisian yang ada, Sarah ke kampus jam delapan pagi. Jalan kaki santai dan sampai di kampus jam delapan lewat dua puluh. Tau gak?

Pas sampai di kampus, dosen pada melangkahkan kakinya ke aula utama. Ternyata, usut punya usut, hari itu dosen-dosen pada halal bihalal sama rektor. Hem.

Sebagai makhluk yang gemar menunggu dan enggan membuat orang lain menunggu, karena emang Sarah yang butuh, jadi ya ditunggu aja dosen penguji dua kembali ke ruangannya.

Lima menit menunggu.

Lima belas menit menunggu.

Tiga puluh lima menit menunggu.

Enam puluh lima menit menunggu.

Perut mulai bunyi.

Mulai bosan.

Tapi tetap menunggu.

Dan, setelah sembilan puluh menit menunggu.

Bapak dosen penguji dua datang, masuk ruangannya, tapi ngobrol dulu sama dosen lain. Masih di pantau tuh dari luar ruangan lewat jendela yang ada, curi-curi langkah siapa tau bapaknya langsung kabur lagi keluar ruangannya. Eh benar aja, bapak udah mulai melangkah ke pintu keluar, Sarah nyamperin deh ngasih senyum duluan.

“Eh neng, iya ayo sini”, bapaknya langsung putar langkah ke arah meja kerjanya. Setelah dipersilahkan duduk dan basa basi dikit, bapaknya nanya, “Yang mana ini yang direvisi?”.

Sarah tunjuk di kertas revisian, “Poin ini, sama poin ini pak”.

Hening. Bapaknya baca dulu hasil revisian.

“Oke”, bapaknya bolak balik isi skripsi Sarah yang udah di revisi. Karena bapaknya diam aja, takut dong, takut revisiannya masih ada yang salah. “Ini bapak tanda tangan dimana ya?”, tiba-tiba bengong pas bapaknya nanya itu.


Refleks lah ngeluarin kertas jeruk, atau kertas yang kasar gitu permukaanya. Kenapa sih harus kertas tersebut?

Karena kertas itu dipakai buat lembar pengesahan yang isinya tanda tangan penguji, sekaligus dipakai juga buat lembar persetujuan yang isinya tanda tangan pembimbing dan ketua jurusan.

Dan, langsung bapaknya tanda tangan disitu. Rangkap enam, karena Sarah ngebundel skripsinya jadi enam rangkap. Selesai revisian, selanjutnya?


Kamis, 28 Juni 2018
Langsung di tanggal ini, karena di hari Rabu itu hari Sarah merayakan kemalasan. Gogoleran gemay (read: tidur-tiduran gemas) di kosan. Kaya gimana tidur-tiduran gemas?

Ya tidur-tiduran biasa, ditambah Sarahnya yang gemay hahaha.

Nah di hari itu, mulai lah pergulatan dengan bundelan skripsi (bentuk skripsi yang sudah selesai dijilid). Berangkat ke tempat fotocopy dah tuh. Di tempat fotocopy yang pertama kali ditanya, “Bang bisa sehari beres gak?”. Dan abangnya menyanggupi. Kenapa sih nanya itu?

Biar semua cepat kelar. Terus, biar bisa cepat selesai juga ngumpulin persyaratan nebus ijazah ke bagian tata usaha fakultas. Kalau ngebundel aja berhari-hari, bisa keburu kendor semangat Sarah buat revisian.

Oh iya, syarat nebus ijazah gak cuma ngebundel skripsi. Ada tambahan nge-burning skripsi ke CD. Dan inget, BUNDEL SAMA BURNING-nya sesuai kebutuhan.

Contoh di persyaratan nebus ijazah, untuk pembimbing itu dapat satu bundel skripsi ternyata pembimbing minta skripsinya di flashdisk aja. Contoh lain, di persyaratan nebus ijazah, penguji itu gak dapat bundelan maupun burning skripsi mahasiswa tapi ternyata ada beberapa penguji yang minta file skripsi mahasiswanya untuk di-burning dan diberikan padanya. Dua aja ya contohnya, biar gak lama ngebahas ini, keburu bosen woy bahas ini doang. Iya gak sih?

Selesai nego, selesai kumpulin yang perlu dibundel dan di-burning, pokoknya selesai urusan sama abang-abang fotocopy yang mau ngebundel dan nge-burning skripsi Sarah. Marilah dirayakan dengan makan mie goreng dan minum teh hangat di kantin.

- - - - - - -

Note.
File yang perlu dibundel dan diburning itu sebenernya gak beda jauh isinya. Kurang lebih kaya gini ya

tampilan nama file yang mau di-burning


Untuk bagian lampiran, bebas ya mau ngelampirin apa aja. Bebas tapi sesuai dengan hasil penelitian di skripsi rekan-rekan pembaca. Untuk urutan lampirannya juga bebas, dibikin enaknya aja gimana; enak buat dibaca orang lain maksudnya. Kenapa filenya dibikin pdf?

Ya pengen aja hahaha. Karena gak ada aturan juga sih file yang di-burning ke CD itu harus format apa, jadi inisiatif bikin format PDF.

Oh iya tambahan, kalau untuk bundelan, Sarah ngelampirin juga lembar bimbingan, lembar SK skripsi dan lembar surat izin observasi.


Jumat, 29 Juni 2018
Selesai ngambil bundelan di tempat fotocopy, mampir sebentar ke kampus coba cari dosen penguji satu. Masuk fakultas, gak sengaja ketemu dosen penanggungjawab jurnal buat pastiin lagi kalau hari Senin jadi penyerahan draft jurnal, dan dosen menyanggupi. Karena dosen penguji satu gak ada juga, Sarah pulang ke kosan.

Dilanjut ngerjain jurnal bareng Sasa di Lekker 88. Tempatnya kejangkau sama transportasi umum dan rekomendasi buat nugas kalau bosen nugas di daerah Cibiru dan sekitarnya. Gak banyak yang perlu diceritain, intinya berusaha ngeberesin jurnal tapi ternyata malah banyak ngobrolnya karena kangen. Cie! Hahaha.

Oh iya, jurnal juga jadi salah syarat buat nebus ijazah ya.


Senin, 02 Juli 2018
Hari penyerahan draft jurnal bagi yang sudah mengikuti sidang skripsi. Siapa yang nentuin harinya?
Dosen penanggungjawab jurnal (bapak dosen A).

Datang tuh Sarah, Sasa, dan teman-teman lainnya ke depan ruang jurnal (ruang fakultas lantai empat) sesuai hari dan tanggal yang sudah dijanjikan. Sampai disana coba buka pintu, ternyata ruang jurnal di kunci. Bete dong.

Ngontak dosen yang bersangkutan. Ternyata dialihkan ke dosen lain yang juga bertanggungjawab terkait jurnal dakwah (bapak dosen B). Lanjut ngontak bapak dosen B yang jadi penanggungjawab jurnal, jawaban beliau, “Sedang tidak di kampus”. Lapor lagi ke bapak dosen A yang menjanjikan penyerahan jurnal di hari itu, mau tau gak jawaban dosennya apa?

Gini nih . . .

“Diundur besok lagi aja ya. Gak ngasih tau, jadi tidak saya agendakan”

Bete maksimal dong. Bukan cuma karena dosennya gak ada, tapi bete karena Sarah gak bisa tanggungjawab sama info yang udah Sarah sebar ke teman-teman angkatan.

Drama ya kan di akhir-akhir kehidupan dunia perkampusan.


Selasa, 03 Juli 2018
Ke kampus pagi-pagi mau nyamperin dosen pembimbing dua dan dosen pembimbing satu buat tanda tangan di lembar persetujuan skripsi. Karena di hari sebelumnya (tanggal 02 Juli 2018), Sarah udah kontak kedua dosen pembimbing, jadi tanda tangan di tanggal 03 Juli 2018 berjalan sesuai rencana. Gak ada lagi drama dosennya lagi gak di kampus.

Selesai minta tanda tangan dosen pembimbing, balik dulu ke kosan. Siang-siang jam setengah dua, Sarah ke kampus lagi mengusahakan penyerahan draft jurnal biar bisa cepat nebus ijazah. Dosen penanggungjawab jurnal (bapak dosen B) sekarang ada diruangannya dong. Ngantri tuh periksa draft jurnal sama teman-teman yang lain.

Draft jurnal diserahin. Bapak dosen B periksa draft jurnal Sarah. Ruangan jurnal ramai sama yang pada mau ngumpulin jurnal. Sarah degdegan nunggu hasil draft jurnal diperiksa.

Akhirnya bapak dosen B mengeluarkan suaranya, “Ini sumber darimana?”

Sarah jawab, “Ada di laporan pertanggungjawaban kegiatan diklat”

“Terus kenapa gak dicantumin disini?”, nunjuk satu poin draft jurnal Sarah.

“Terus ini juga sama?”, nunjuk satu poin lagi di draft jurnal Sarah.

Sarah ngangguk.

“Dicantumin dulu sumbernya. Setelah di revisi, langsung burning, kasih saya”.

Sambil edisi gemeteran, “Oh iya pak, makasih”.

Perintah pak dosen bikin gak nyangka. Dengan sekali revisi jurnal, bisa langsung dikumpulin. Padahal dengar dari cerita orang, ada yang tiga sampai empat kali revisian baru boleh dikumpulin.
Alhamdulillah, langsung dirayakan lah dengan beli Richeese via grab. Ngerayain sama siapa?

Ya sendiri.

Kalau rame-rame, gak ada duit buat bayarinnya:((

- - - - - - - 

Note.
Untuk penulisan jurnal sampai tahap penyerahan jurnal, kurang lebih gini prosesnya:
Download dulu file-file ini
Selesai download semuanya, coba ikut pelatihan jurnal ya. Karena secara menyeluruh dijelasin pas pelatihan jurnal. Jangan otodidak kalau emang gak ada pengalaman bikin jurnal. Sarah belum sanggup kalau harus jelasin semuanya di blog, kecuali secara personal, mudah-mudahan bisa bantu.

Seandainya udah download file-file itu, udah ikut pelatihan jurnal, dan udah mengikuti sidang skripsi, coba dikerjainnya pakai cara mencicil. Misalkan hari ini selesai dulu bagian judul sampai abstrak, besoknya bab satu selesaikan, lusanya bab dua selesaikan, begitu seterusnya sampai beres keseluruhan isi jurnal.

Bagian daftar pustaka biar gak lupa pakai referensi apa saja di isi jurnalnya, sambil copy paste isi skripsi ke jurnal, sambil dicatat juga di kertas keterangan referensinya. Atau contoh, setelah copy paste bab satu skripsi ke jurnal yang pakai referensi dari buku, lanjut copy paste juga daftar pustakanya ke bagian daftar pustaka file jurnal. Bingung gak?

Sarah bingung gimana jelasin yang baiknya. Belibet sendiri nulis caranya. Pokoknya kaya gitu dah.


Rabu, 04 Juli 2018
Dipertengahan malam menuju pagi, Sarah nyiapin file skripsi yang mau di upload ke Digital Library (digilib) UIN Bandung. Buat upload file juga butuh syarat ya. Nah ini download syarat digilib UIN Bandung.

Gunanya apa sih upload file ke digilib?

Hem, apa ya?

File skripsi bisa diakses via online sama adik-adik tingkat atau mungkin orang lain yang pengen tau skripsi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam itu kaya gimana isinya.

Uploadnya bisa mandiri atau nebeng sama temen. Nebeng dosen juga boleh sih, kalau dosennya ngasih tebengan hahaha.

Selesai urusan upload file skripsi sesuai persyaratan, pagi-paginya sekitar jam 08.30 WIB, Sarah langsung ke fakultas. Ngapain?

Nyari dosen penguji satu sekaligus merangkap ketua jurusan, buat tanda tangan segala keperluan tanda tangan yang ada di skripsi Sarah. Untuk yang satu ini, Sarah gak ngontak dosennya ya. Karena ya begitu, lebih cepat pakai jurus langsung samperin keruangannya aja.

Dan cilukba! Bapak dosen penguji satu belum ada diruangannya. Berhubung ingin gerak cepet, Sarah inisiatif aja kabur ke ruang perpustakaan fakultas. Ngapain?

Ngumpulin bundelan skripsi dan CD yang isinya file skripsi. Selesai dikumpulin, inget ya minta tanda tangan dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas. Oh iya, bawa buku juga ya buat diwakafin di perpustakaan fakultas. Tapi sebelum ngumpulin buku, ditanya dulu perlunya buku yang berkaitan dengan metodologi penelitian, berkaitan dengan jurusan, atau berkaitan dengan hal lain. Nanya ke siapa, Sar?

Nanya ke dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas biar dapat kepastian harus wakafin buku yang seperti apa. Kalau udah wakafin buku, nanti dikasih surat keterangan pertama yang bisa dituker sama ijazah.

Selesai urusan di perpustakaan fakultas, lanjut dulu aja ke fakultas universitas. Masuk jam 09.00 WIB, hari itu Bandung cerah.

Hal pertama yang dilakuin yaitu ngisi daftar hadir pengunjung perpustakaan dengan cara scan kartu anggota perpustakaan. Selanjutnya, masuk ke ruangan yang ada di sebelah kiri dari arah pintu masuk. Disitu ngapain?

Ngecek kelengkapan file yang udah di upload ke digilib. Di cek bareng sama petugas perpustakaan universitas ya, kalau udah lolos dari pengecekan bakal dilanjut ke lantai dua buat penyerahan bundelan skripsi. Tiba di lantai dua, ke meja pengembalian buku, bilang aja, "mau nyerahin bundelan skripsi". Kalau udah bilang gitu, nanti ada intruksi lagi ke ruang barcode sekaligus dikasih kelengkapan surat keterangan buat nebus ijazah.

Surat keterangan dari perpustakaan universitas bakal di kasih kalau rekan-rekan pembaca gak ada hutang. Kenapa bisa ada hutang? Karena telat balikin peminjaman buku, ya walaupun kadang yang pinjamnya bukan diri sendiri.

Dapat tuh surat keterangan tambahan, langsung balik aja ke meja pengembalian buku. Disitu rekan-rekan pembaca diintruksikan untuk ngisi data dan bayar infaq Rp 20.000,-.

Inget minta tanda tangan petugas yang bertanggungjawab di perpustakaan universitas.

Cape gak sih baca kegiatan di tanggal 04 Juli ini? Sarah aja cape ngejelasinnya, gerak cepetnya bener-bener kagak boleh di kasih kendor!

Lanjut yaaa~

Di jam 10.00 WIB, Sarah balik lagi ke fakultas berusaha menemukan dosen penguji pertama. Abrakadabra!

Dosen penguji satu udah ada diruangannya. Ngobrol-ngobrol sedikit dan lupa ngobrolin apa, dapat tanda tangannya, selesai sudah ngurus revisian skripsi sekaligus mengumpulkan persyaratan buat dapat ijazah.

Balik ke kosan dari jam 10.30 WIB sampai jam 14.00 WIB buat bermalas-malasan di kasur.

 - - - - - - -

Siang menuju sore hari itu, Sarah balik ke kampus buat nyerahin jurnal. Simsalabim!

Jurnal selesai dikumpulin. Inget minta tanda tangan dosen penanggungjawab jurnal ya biar lengkap tuh lembar penebusan ijazah.

Dengan percaya dirinya langsung ke ruang tata usaha buat ngambil ijazah, gak taunya, "Neng, sidang bulan apa?"

"Juni, pak", jawab Sarah.

Bapaknya langsung respon, "Oh yang Juni mah belum ada. Belum di tanda tangan pak dekan. Kan bapak dekannya mau haji dulu".

- - - - - - -

Setelah drama pak dekan mau haji, Sarah nunggu ijazah sampai ada. Dan tau gak, ijazah Sarah baru ada bulan September setelah wisuda.

OK! No prob! Sekarang tinggal lihat aja, ijazah Sarah bisa nganter Sarah ke pekerjaan seperti apa?

Semoga sesuai yang selama ini diimpikan sih ya, semogaaaaaaa~

- - - - - - -

Sekian dan terima kasih. Sekiranya terlalu banyak yang masih perlu dipertanyakan, kolom komentar postingan ini aktif kok. Mohon maaf kalau dipertengahan sampai akhir cerita kurang greget, Sarah bingung sendiri sama cerita Sarah.

See you!
Wassalamualaikum