Selasa, 12 Maret 2019

Kita Janjian, bukan Jadian




- - - - - - -

Assalamualaikum

Halo hai, Sarah kembali. Apa kabar hayo? Harus sehat dong, nanti kalau sakit Sarahnya sedih:(

Oh iya, mau tanya nih. Pada tau gak sih terkait berita yang Sarah cantumin diatas? Kalau yang sering pantau berita, pasti tau. Karena berita yang Sarah cantumin tersebut  bakal mengawali cerita kali ini untuk kiriman terbaru blog Sarah. Lanjut?

Sebelum dilanjut, buat rekan-rekan pembaca boleh dibaca dulu beritanya kalau emang belum tau berita lengkapnya. Nah buat yang udah tau beritanya dari berita online, berita di siaran televisi nasional atau berita dari broadcast siapa pun, Sarah mau cerita kalau Sarah jadi salah satu penumpang di dalam KRL tersebut.

- - - - - - -

Awal Kita Janjian

Hari Minggu, tanggal 10 Maret 2019 berasa jadi hari paling bersejarah selama 22 tahun Sarah hidup. Gak ada kepikirannya bakal dititipin “pengalaman hidup” (read: musibah) di tanggal yang udah lama dijanjiin jadi tanggal janjiannya Sarah sama Annisa buat hunting foto di kafe daerah Bogor.

Eh iya sebelumnya, kenalin Annisa, temen rasa sahabat rasa keluarga yang udah dari jaman SD bareng Sarah. Hubungan kita gak romantis tapi selalu harmonis, keren gak tuh? Hahaha.

Nah panggilan sayang Sarah sama Annisa yaitu bek or beki. Gak ngerti lagi motivasinya panggil itu apaan, lupa hahaha.

Hem gini, Sarah sama Annisa itu sering banget buat sekedar beli kopi di kafe sekalian hunting foto. Sebelumnya, di bulan Februari sempet janjian buat hunting di pertengahan atau di akhir bulan. Sarah yang janjiin itu pas Annisa ngajakin hunting.

Ternyata, rencana Tuhan berkata lain. Ada satu dua hal yang bikin Sarah harus membatalkan tanggal janjian di pertengahan dan di akhir bulan Februari itu. Hingga di awal bulan Maret, Sarah menjanjikan untuk pergi di tanggal 10 Maret. Ini pertama kalinya, Sarah sama Annisa mau hunting foto sampai direncanain seribet ini, ya karena emang biasanya tim dadakan. 

- - - - - - -

Kita Menunaikan Janji Kita

Tiba di Stasiun Bojonggede jam 09.45 WIB, kayanya. Gak berapa lama, masuk rangkaian KRL 8 kereta menuju Stasiun Bogor. Tanpa pikir-pikir lagi, Sarah dan Annisa masuk dalam rangkaian KRL tersebut di pintu kedua dari gerbong pertama, gerbong khusus wanita.

Hari itu, jam itu, KRL yang ditumpangi termasuk sepi karena gak ada penumpang yang berdiri, khususnya ya di gerbong yang Sarah dan Annisa tumpangi. Kursi penumpang di KRL itu berhadap-hadapan. Posisinya di sisi kanan dan sisi kiri dalam rangkaian KRL dengan satu bangkunya bisa menampung 7-8 penumpang. Setelah masuk dalam rangkaian khusus wanita, Sarah dan Annisa duduk di posisi kiri dari arah lajunya KRL. Dan Sarah duduk di sebelah kirinya Annisa.

Hari itu, Sarah dan Annisa menunaikan janji kita untuk hunting foto di kafe daerah Ciheuleut, Bogor. Dalam perjalanan menuju Stasiun Bogor, setelah melewati Stasiun Cilebut, setelah membahas kabar putus Annisa dengan mantan kekasihnya, Sarah membuka obrolan, “Dufan lagi promo kan bek, nah temen-temen kuliah gue wacananya sih mau ke Dufan, tapi belom tau kapan”.

Sarah lanjutin lagi ngomongnya, “Kalo emang jadi sih gue gampang, bisa ngikut aja, gue bingung yang pada dari Bandungnya gimana”.

Berhubung lupa Annisa jawab apa pas Sarah bilang itu, jadi skip aja dah ceritanya ya. Dan gak berapa lama,

Hem enaknya ditulis apa ya kalau terdengar bunyi benda patah?

“Kreeek!” atau “Kreteeek!”

Sarah ambil yang “Kreteeek!” aja ya. Karena ya bunyi itu yang kedengeran di kuping Sarah.

Nah bunyi patah tuh satu kali, selang beberapa detik kemudian bunyi lagi, “Kreteeek!”. Itu cukup kencang bunyinya, sampai Sarah pun kepikiran, “Wah ada yang gak bener nih sama keretanya”.

Baru mau ditepis pikiran jelek itu, tiba-tiba aja posisi Sarah yang lagi duduk terpental ke arah depan dan nabrak bangku yang ada di posisi sebelah kanan karena KRL di rem mendadak. Setelah itu, KRL di rem lagi, terpental lagi lah ke arah posisi bangku sebelah kiri dan kali ini dapat bonus ketiban orang.

Selama percobaan KRL di rem, itu rangkaian dari bagian ruang masinis dan gerbong wanita udah mulai keluar jalur kereta. Mau tau rasanya gimana pas di dalam kereta yang keluar jalurnya?

Anggap aja rekan-rekan pembaca lagi dalam mobil atau lagi naik motor tapi melalui jalan yang banyak batu-batu, nah kurang lebih begitu rasanya. Tapi kalau yang ini sih sensasinya lebih berasa dan gak mau lagi ngerasainnya.

Setelah kereta berhasil berhenti, posisi Sarah ada di lantai commuterline dan gerbong commuterline yang Sarah tumpangi posisinya miring ke kiri. Fotonya begini nih


Liat emoticon di foto itu, Sarah dan Annisa keluar dari pintu itu. Annisa keluar duluan dan tanpa Sarah sadar kapan itu makhluk keluar dari gerbong KRLnya. Setelah Sarah keluar gerbong ada panggilan begini, “Bek! Bek!”

Sarah tau kalau itu Annisa yang panggil, cuma wujudnya gak kejangkau sama mata Sarah. Gak berapa lama ada panggilan lagi tuh, “Bek lu jalan dulu bek ke arah kanan lu, nunduk itu awas kabel”.

Dan Sarah baru sadar pas keluar pintu KRL kabel yang biasa ada diatas rangkaian kereta, sekarang ada depan mata Sarah. Kesenggol dikit, bisa-bisa wassalamualaikum (read: matee).

Setelah berhasil keluar dari rangkaian KRL, Sarah udah sama Annisa lagi, sempet bengong dulu sih ngeliatin rangkaian KRL yang, “Oh gitu doang”, tapi ya bikin lemes, bikin degdegan.

Setelah ngeliatin bangkai keretanya, langsung kepikiran aja buat nyari jalan raya karena emang janji mau hunting harus dilanjutin. Emang kelakuan, bukannya balik ke rumah, malah lanjutin main ke kafe.

Sepanjang jalan menuju jalan raya yang entah ada dimana ngucap terus, “Alhamdulillah” dalam hati. Annisa ngoceh, “Gak apa-apa bek, udah kita gak kenapa-kenapa”. Iya betul, Sarah dan Annisa gak kenapa-kenapa. Gak ada bekas luka di badan, tapi ada bekas luka di pikiran.

- - - - - - -

Akhir Janjian Kita

Selesai hunting di kafe, Sarah dan Annisa pulang terpisah. Sarah ke tempat kerja, Annisa pulang ke rumah menggunakan ojek online.

Lanjut perjalanan ke tempat kerja yang menggunakan transportasi selain kereta, yaitu bis dan angkot. Estimasi waktu menggunakan KRL dari Bogor ke Depok biasanya cuma satu jam, setelah menggunakan angkutan pengganti karena jalur kereta masih belum bisa dilalui, waktu tempuh dari Bogor ke Depok jadi tiga jam plus plus; plus panas, plus berdiri, plus dempet-dempetan, plus mahal ongkosnya.

Sesampainya di Depok ngomong dalam hati, “Gak kebayang ini pulang ke rumah ngangkot”.

Dan Alhamdulillah, malam hari setelah jam pulang kerja, KRL udah bisa beroperasi kembali walaupun hanya sampai Stasiun Bojonggede.

Mau tau rasanya naik KRL lagi pas malam pulang kerja?

Sarah panik. Sarah parno. Sarah degdegan.

Lebay ya. Tapi ya begitu. Ngebayangin aja kalau keretanya kaya tadi pagi lagi, sedangkan kondisi sekarang banyak banget penumpangnya. Belum lagi tiap ngedenger ada suara-suara antara rangkaian gerbong kereta atau pas kereta mulai di rem. Itu pikiran-pikiran jelek masih sering ganggu sampai kemarin malam pas Sarah pulang kerja.

Nah kalau hari ini, Sarah ambil izin gak kerja karena pengen istirahat. Badan jadi pegel-pegel, berasa ngilu. Pernah kepentok meja kayu? Atau kepentok gagang pintu? Begitu dah nyerinya, tapi ini karena kepental dalam kereta.

Sekalian mau coba istirahatin pikiran aja sih, mudah-mudahan besok kalau berangkat kerja naik kereta udah gak ada lagi pikiran-pikiran yang jelek lagi.

Oh iya, pas sampai rumah liat berita kereta anjlok di televisi langsung kepikiran, Lah separah itu? Perasaan gak gitu-gitu banget kejadiannya.

- - - - - - -

Cukup kan ceritanya? Kalau ada yang anggap ini halu atau gak percaya Sarah jadi salah satu penumpang kereta yang anjlok di Kebon Pedes, Bogor, gak masalah juga sih.

Sarah gak bisa buktiin apa-apa kecuali ya buktiin dengan cerita ini. Boro-boro keingetan ngerekam atau foto lokasi kejadian, udah bisa nemu jalan raya aja udah bersyukur.

Tolong dimaklumi kalau kelakuan abis jadi korban malah langsung main, mungkin itu cara Sarah dan Annisa menghilangkan kepanika. Dan terima kasih buat orang-orang yang berhasil jadi pendengar cerita Sarah dan Annisa via chat media sosial, karena hal tersebut sedikit meredakan kepanikan saat itu.

- - - - - - -

Oh iya, cerita ini sebagain besar versi Sarah ya, menurut pendapat Sarah, dari sudut pandang Sarah tapi udah izin ke Annisa buat ceritain ini. Aneh tapi ya dari tadi panggil-panggil Annisa mulu, karena biasanya panggil Icha hahaha.

Maaf gak jadi dibikin thread di twitter, karena tau bakal sepanjang ini ceritanya. Terima kasih sudah berkenan membaca, sampai jumpa di kiriman blog selanjutnya.

See you!
Wassalamualaikum 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar