Assalamualaikum
- - - - - - -
- - - - - - -
Nyari dosen penguji satu sekaligus merangkap ketua jurusan, buat tanda tangan segala keperluan tanda tangan yang ada di skripsi Sarah. Untuk yang satu ini, Sarah gak ngontak dosennya ya. Karena ya begitu, lebih cepat pakai jurus langsung samperin keruangannya aja.
Dan cilukba! Bapak dosen penguji satu belum ada diruangannya. Berhubung ingin gerak cepet, Sarah inisiatif aja kabur ke ruang perpustakaan fakultas. Ngapain?
Ngumpulin bundelan skripsi dan CD yang isinya file skripsi. Selesai dikumpulin, inget ya minta tanda tangan dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas. Oh iya, bawa buku juga ya buat diwakafin di perpustakaan fakultas. Tapi sebelum ngumpulin buku, ditanya dulu perlunya buku yang berkaitan dengan metodologi penelitian, berkaitan dengan jurusan, atau berkaitan dengan hal lain. Nanya ke siapa, Sar?
Nanya ke dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas biar dapat kepastian harus wakafin buku yang seperti apa. Kalau udah wakafin buku, nanti dikasih surat keterangan pertama yang bisa dituker sama ijazah.
Selesai urusan di perpustakaan fakultas, lanjut dulu aja ke fakultas universitas. Masuk jam 09.00 WIB, hari itu Bandung cerah.
Hal pertama yang dilakuin yaitu ngisi daftar hadir pengunjung perpustakaan dengan cara scan kartu anggota perpustakaan. Selanjutnya, masuk ke ruangan yang ada di sebelah kiri dari arah pintu masuk. Disitu ngapain?
Ngecek kelengkapan file yang udah di upload ke digilib. Di cek bareng sama petugas perpustakaan universitas ya, kalau udah lolos dari pengecekan bakal dilanjut ke lantai dua buat penyerahan bundelan skripsi. Tiba di lantai dua, ke meja pengembalian buku, bilang aja, "mau nyerahin bundelan skripsi". Kalau udah bilang gitu, nanti ada intruksi lagi ke ruang barcode sekaligus dikasih kelengkapan surat keterangan buat nebus ijazah.
Surat keterangan dari perpustakaan universitas bakal di kasih kalau rekan-rekan pembaca gak ada hutang. Kenapa bisa ada hutang? Karena telat balikin peminjaman buku, ya walaupun kadang yang pinjamnya bukan diri sendiri.
Dapat tuh surat keterangan tambahan, langsung balik aja ke meja pengembalian buku. Disitu rekan-rekan pembaca diintruksikan untuk ngisi data dan bayar infaq Rp 20.000,-.
Inget minta tanda tangan petugas yang bertanggungjawab di perpustakaan universitas.
Cape gak sih baca kegiatan di tanggal 04 Juli ini? Sarah aja cape ngejelasinnya, gerak cepetnya bener-bener kagak boleh di kasih kendor!
Lanjut yaaa~
Di jam 10.00 WIB, Sarah balik lagi ke fakultas berusaha menemukan dosen penguji pertama. Abrakadabra!
Dosen penguji satu udah ada diruangannya. Ngobrol-ngobrol sedikit dan lupa ngobrolin apa, dapat tanda tangannya, selesai sudah ngurus revisian skripsi sekaligus mengumpulkan persyaratan buat dapat ijazah.
Balik ke kosan dari jam 10.30 WIB sampai jam 14.00 WIB buat bermalas-malasan di kasur.
Met pageeh! Senin paginya semangat?
Harus semangat karena Sarah juga semangat nih buat nyapa
kalian. Ceileh!
Pagi ini Sarah kasih sarapan tulisannya dari pengalaman
Sarah aja ya. Tulisan ini ngedraft di otak Sarah sejak bulan Juli lalu. Setelah berabad-abad juga tidak ada pembaharuan tulisan, akhirnya ya
kan yang ditunggu-tunggu ada lagi. Kangen pasti kan sama tulisan-tulisan Sarah?
Kangen aja dong, biar tau rasanya ada yang ngangenin.
Walaupun tulisan-tulisannya doang yang dikangenin hahaha.
Dikiriman tulisan Sarah hari ini, Sarah mau cerita aja
pengalaman “REVISI KELAR DALAM WAKTU SEBULAN”. Gak sebulan juga sih, karena
kepotong sama libur lebaran. Buat yang penasaran cerita pas sidang Sarah kaya
gimana sensasinya, nyusul ya. Atau yang terlanjur penasaran banget, bisa cek
twitter aja. Di twitter udah Sarah pin kok tweetnya, jadi rekan-rekan pembaca
gak perlu ngescroll lagi nyari tweetnya.
visit twitter @saraphaaan |
- - - - - - -
Buat yang belum tau, Sarah lulus sidang skripsi atau sidang
akhir, sidang munaqosah disebutnya kalau di kampus UIN, itu tanggal 06 Juni
2018. Selepas keadaan tanpa status mahasiswa, tapi semangat-semangat
mahasiswanya masih nyisa, Sarah gak tenang tuh buat nyantai-nyantai gak
ngerjain jurnal. Karena gimana ya, kata yang udah-udah, persyaratan jurnal agak
ribet. Padahal nih kalau rekan-rekan pembaca mau tau, jurnal itu tuh isinya
dari skripsi mahasiswa yang disalin ulang jadi bentuk jurnal. Kenapa ribet?
Karena banyak aturannya. Harus A, B, C, dan seterusnya.
Kalau mau tau contoh templatenya ada nih, visit langsung jurnal
dakwah, ini link jurnal dakwah UIN Bandung. Setelah visit, rekan-rekan pembaca bisa download ya templatenya; yang ada di sebalah kanan agak ke bawah dikit posisinya.
- - - - - - -
Bentar, bentar. Bingung Sarah, ini ceritanya meleleh kemana-mana. Langsung
loncat aja ya ke hari para ASN (aparatur sipil negara) mulai masuk kerja lagi
setelah libur lebaran. Kenapa loncatnya ke hari itu?
Karena dosen mulai aktif lagi di kampus pas hari itu.
Sekarang selesaiin dulu cerita revisian dah, biar Sarah beres
satu-satu gitu cerita pengalaman yang terlanjur padat di otak dan susah dicairkan jadi duit, eh tulisan harusnya. Mulai yuk!
- - - - - - -
Senin, 25 Juni 2018.
Pagi itu, berangkat naik kereta dari rumah dengan sendal jepit
merah karena hujan dan sampai di Bandung jam dua siang. Hari itu gak ada
rencana buat revisian ke dosen penguji dua. Tapi berhubung udah gak kuat pengen
cepat selesai revisiannya, langsung pindahin data dari laptop ke flashdisk,
jalan dah tuh ke kampus sambil lirik kanan kiri nyari tempat fotocopy-an biar
bisa ngeprint revisian. Eh cyin, tempat fotocopy masih pada tutup. Mau tau
alasannya kenapa?
Karena masih suasana lebaran, ditambah karena lagi libur
kuliah semester genap, ditambah karena dua hari lagi ada pilkada serentak.
Sedih akutu. Tapi tenang, Sarah berhasil ngeprint pokoknya
siang itu. Selesai ngeprint, meluncur ke ruang dosen penguji dua. Ada dong
dosennya, tapi ternyata lagi sibuk. Ada lima menit Sarah diam tuh sambil duduk
depan meja kerja beliau dan akhirnya angkat bicara deh bapaknya, “Besok aja ya,
jam sembilan-an”.
Yowes, Sarah pamit dengan senyuman. Ceileh! Hahaha.
Selasa, 26 Juni 2018.
Dengan semangat revisian yang ada, Sarah ke kampus jam delapan
pagi. Jalan kaki santai dan sampai di kampus jam delapan lewat dua puluh. Tau
gak?
Pas sampai di kampus, dosen pada melangkahkan kakinya ke
aula utama. Ternyata, usut punya usut, hari itu dosen-dosen pada halal bihalal
sama rektor. Hem.
Sebagai makhluk yang gemar menunggu dan enggan membuat orang
lain menunggu, karena emang Sarah yang butuh, jadi ya ditunggu aja dosen
penguji dua kembali ke ruangannya.
Lima menit menunggu.
Lima belas menit menunggu.
Tiga puluh lima menit menunggu.
Enam puluh lima menit menunggu.
Perut mulai bunyi.
Mulai bosan.
Tapi tetap menunggu.
Dan, setelah sembilan puluh menit menunggu.
Bapak dosen penguji dua datang, masuk ruangannya, tapi
ngobrol dulu sama dosen lain. Masih di pantau tuh dari luar ruangan lewat
jendela yang ada, curi-curi langkah siapa tau bapaknya langsung kabur lagi
keluar ruangannya. Eh benar aja, bapak udah mulai melangkah ke pintu keluar,
Sarah nyamperin deh ngasih senyum duluan.
“Eh neng, iya ayo sini”, bapaknya langsung putar langkah ke
arah meja kerjanya. Setelah dipersilahkan duduk dan basa basi dikit, bapaknya
nanya, “Yang mana ini yang direvisi?”.
Sarah tunjuk di kertas revisian, “Poin ini, sama poin ini
pak”.
Hening. Bapaknya baca dulu hasil revisian.
“Oke”, bapaknya bolak balik isi skripsi Sarah yang udah di
revisi. Karena bapaknya diam aja, takut dong, takut revisiannya masih ada yang
salah. “Ini bapak tanda tangan dimana ya?”, tiba-tiba bengong pas bapaknya
nanya itu.
Refleks lah ngeluarin kertas jeruk, atau kertas yang kasar
gitu permukaanya. Kenapa sih harus kertas tersebut?
Karena kertas itu dipakai buat lembar pengesahan yang isinya
tanda tangan penguji, sekaligus dipakai juga buat lembar persetujuan yang
isinya tanda tangan pembimbing dan ketua jurusan.
Dan, langsung bapaknya tanda tangan disitu. Rangkap enam,
karena Sarah ngebundel skripsinya jadi enam rangkap. Selesai revisian,
selanjutnya?
Kamis, 28 Juni 2018
Langsung di tanggal ini, karena di hari Rabu itu hari Sarah
merayakan kemalasan. Gogoleran gemay (read: tidur-tiduran gemas) di kosan. Kaya
gimana tidur-tiduran gemas?
Ya tidur-tiduran biasa, ditambah Sarahnya yang gemay hahaha.
Nah di hari itu, mulai lah pergulatan dengan bundelan
skripsi (bentuk skripsi yang sudah selesai dijilid). Berangkat ke tempat
fotocopy dah tuh. Di tempat fotocopy yang pertama kali ditanya, “Bang bisa
sehari beres gak?”. Dan abangnya menyanggupi. Kenapa sih nanya itu?
Biar semua cepat kelar. Terus, biar bisa cepat selesai juga ngumpulin persyaratan
nebus ijazah ke bagian tata usaha fakultas. Kalau ngebundel aja berhari-hari,
bisa keburu kendor semangat Sarah buat revisian.
Oh iya, syarat nebus ijazah gak cuma ngebundel skripsi. Ada
tambahan nge-burning skripsi ke CD. Dan inget, BUNDEL SAMA BURNING-nya sesuai
kebutuhan.
Contoh di persyaratan nebus ijazah, untuk pembimbing itu
dapat satu bundel skripsi ternyata pembimbing minta skripsinya di flashdisk
aja. Contoh lain, di persyaratan nebus ijazah, penguji itu gak dapat bundelan
maupun burning skripsi mahasiswa tapi ternyata ada beberapa penguji yang minta
file skripsi mahasiswanya untuk di-burning dan diberikan padanya. Dua aja ya
contohnya, biar gak lama ngebahas ini, keburu bosen woy bahas ini doang. Iya
gak sih?
Selesai nego, selesai kumpulin yang perlu dibundel dan
di-burning, pokoknya selesai urusan sama abang-abang fotocopy yang mau
ngebundel dan nge-burning skripsi Sarah. Marilah dirayakan dengan makan mie
goreng dan minum teh hangat di kantin.
Note.
File yang perlu dibundel dan diburning itu sebenernya gak
beda jauh isinya. Kurang lebih kaya gini ya
tampilan nama file yang mau di-burning |
Untuk bagian lampiran, bebas ya mau ngelampirin apa aja.
Bebas tapi sesuai dengan hasil penelitian di skripsi rekan-rekan pembaca. Untuk
urutan lampirannya juga bebas, dibikin enaknya aja gimana; enak buat dibaca
orang lain maksudnya. Kenapa filenya dibikin pdf?
Ya pengen aja hahaha. Karena gak ada aturan juga sih file
yang di-burning ke CD itu harus format apa, jadi inisiatif bikin format PDF.
Oh iya tambahan, kalau untuk bundelan, Sarah ngelampirin
juga lembar bimbingan, lembar SK skripsi dan lembar surat izin observasi.
Jumat, 29 Juni 2018
Selesai ngambil bundelan di tempat fotocopy, mampir sebentar
ke kampus coba cari dosen penguji satu. Masuk fakultas, gak sengaja ketemu
dosen penanggungjawab jurnal buat pastiin lagi kalau hari Senin jadi penyerahan
draft jurnal, dan dosen menyanggupi. Karena dosen penguji satu gak ada juga,
Sarah pulang ke kosan.
Dilanjut ngerjain jurnal bareng Sasa di Lekker 88. Tempatnya
kejangkau sama transportasi umum dan rekomendasi buat nugas kalau bosen nugas
di daerah Cibiru dan sekitarnya. Gak banyak yang perlu diceritain, intinya
berusaha ngeberesin jurnal tapi ternyata malah banyak ngobrolnya karena kangen.
Cie! Hahaha.
Oh iya, jurnal juga jadi salah syarat buat nebus ijazah ya.
Senin, 02 Juli 2018
Hari penyerahan draft jurnal bagi yang sudah mengikuti
sidang skripsi. Siapa yang nentuin harinya?
Dosen penanggungjawab jurnal (bapak dosen A).
Datang tuh Sarah, Sasa, dan teman-teman lainnya ke depan ruang
jurnal (ruang fakultas lantai empat) sesuai hari dan tanggal yang sudah
dijanjikan. Sampai disana coba buka pintu, ternyata ruang jurnal di kunci. Bete
dong.
Ngontak dosen yang bersangkutan. Ternyata dialihkan ke dosen
lain yang juga bertanggungjawab terkait jurnal dakwah (bapak dosen B). Lanjut
ngontak bapak dosen B yang jadi penanggungjawab jurnal, jawaban beliau, “Sedang
tidak di kampus”. Lapor lagi ke bapak dosen A yang menjanjikan penyerahan
jurnal di hari itu, mau tau gak jawaban dosennya apa?
Gini nih . . .
“Diundur besok lagi aja ya. Gak ngasih tau, jadi tidak saya
agendakan”
Bete maksimal dong. Bukan cuma karena dosennya gak ada, tapi
bete karena Sarah gak bisa tanggungjawab sama info yang udah Sarah sebar ke
teman-teman angkatan.
Drama ya kan di akhir-akhir kehidupan dunia perkampusan.
Selasa, 03 Juli 2018
Ke kampus pagi-pagi mau nyamperin dosen pembimbing dua dan
dosen pembimbing satu buat tanda tangan di lembar persetujuan skripsi. Karena
di hari sebelumnya (tanggal 02 Juli 2018), Sarah udah kontak kedua dosen
pembimbing, jadi tanda tangan di tanggal 03 Juli 2018 berjalan sesuai rencana. Gak ada lagi drama dosennya lagi gak di kampus.
Selesai minta tanda tangan dosen pembimbing, balik dulu ke
kosan. Siang-siang jam setengah dua, Sarah ke kampus lagi mengusahakan
penyerahan draft jurnal biar bisa cepat nebus ijazah. Dosen penanggungjawab
jurnal (bapak dosen B) sekarang ada diruangannya dong. Ngantri tuh periksa
draft jurnal sama teman-teman yang lain.
Draft jurnal diserahin. Bapak dosen B periksa draft jurnal
Sarah. Ruangan jurnal ramai sama yang pada mau ngumpulin jurnal. Sarah degdegan
nunggu hasil draft jurnal diperiksa.
Akhirnya bapak dosen B mengeluarkan suaranya, “Ini sumber
darimana?”
Sarah jawab, “Ada di laporan pertanggungjawaban kegiatan
diklat”
“Terus kenapa gak dicantumin disini?”, nunjuk satu poin
draft jurnal Sarah.
“Terus ini juga sama?”, nunjuk satu poin lagi di draft
jurnal Sarah.
Sarah ngangguk.
“Dicantumin dulu sumbernya. Setelah di revisi, langsung burning,
kasih saya”.
Sambil edisi gemeteran, “Oh iya pak, makasih”.
Perintah pak dosen bikin gak nyangka. Dengan sekali revisi
jurnal, bisa langsung dikumpulin. Padahal dengar dari cerita orang, ada yang
tiga sampai empat kali revisian baru boleh dikumpulin.
Alhamdulillah, langsung dirayakan lah dengan beli Richeese
via grab. Ngerayain sama siapa?
Ya sendiri.
Kalau rame-rame, gak ada duit buat bayarinnya:((
Note.
Untuk penulisan jurnal sampai tahap penyerahan jurnal,
kurang lebih gini prosesnya:
Download dulu file-file ini
- Cara Akses Jurnal Ilmu Dakwah
- Contoh Artikel Jurnal yang Benar
- Cover CD Skripsi
- Cover Luar CD Skripsi
- Daftar Pemeriksaan Artikel Jurnal Skripsi FDK UIN Bandung
- Data Dosen berdasarkan Prodi
- Data Surat Keterangan Jurnal Skripsi FDK
- Isi CD Jurnal dan Skripsi – buat yang masih bingung maksud isi file ini gimana, tanyain aja ke kolom komentar ya
- Template PMI 2017 – buat yang mau coba ngerjain jurnal, selesai download file ini dibuka, langsung save as dengan nama file sesuai yang disyaratkan
Seandainya udah download
file-file itu, udah ikut pelatihan jurnal, dan udah mengikuti sidang skripsi,
coba dikerjainnya pakai cara mencicil. Misalkan hari ini selesai dulu bagian
judul sampai abstrak, besoknya bab satu selesaikan, lusanya bab dua selesaikan,
begitu seterusnya sampai beres keseluruhan isi jurnal.
Bagian daftar pustaka biar gak lupa pakai
referensi apa saja di isi jurnalnya, sambil copy paste isi skripsi ke jurnal,
sambil dicatat juga di kertas keterangan referensinya. Atau contoh, setelah
copy paste bab satu skripsi ke jurnal yang pakai referensi dari buku, lanjut
copy paste juga daftar pustakanya ke bagian daftar pustaka file jurnal. Bingung
gak?
Sarah bingung gimana jelasin yang baiknya.
Belibet sendiri nulis caranya. Pokoknya kaya gitu dah.
Rabu, 04 Juli 2018
Dipertengahan malam menuju pagi, Sarah nyiapin file skripsi
yang mau di upload ke Digital Library (digilib) UIN Bandung. Buat upload file
juga butuh syarat ya. Nah ini download syarat digilib UIN Bandung.
Gunanya apa sih upload file ke digilib?
Hem, apa ya?
File skripsi bisa diakses via online sama adik-adik tingkat
atau mungkin orang lain yang pengen tau skripsi jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam itu kaya gimana isinya.
Uploadnya bisa mandiri atau nebeng sama temen. Nebeng dosen juga boleh sih, kalau dosennya ngasih tebengan hahaha.
Selesai urusan upload file skripsi sesuai persyaratan,
pagi-paginya sekitar jam 08.30 WIB, Sarah langsung ke fakultas. Ngapain?
Nyari dosen penguji satu sekaligus merangkap ketua jurusan, buat tanda tangan segala keperluan tanda tangan yang ada di skripsi Sarah. Untuk yang satu ini, Sarah gak ngontak dosennya ya. Karena ya begitu, lebih cepat pakai jurus langsung samperin keruangannya aja.
Dan cilukba! Bapak dosen penguji satu belum ada diruangannya. Berhubung ingin gerak cepet, Sarah inisiatif aja kabur ke ruang perpustakaan fakultas. Ngapain?
Ngumpulin bundelan skripsi dan CD yang isinya file skripsi. Selesai dikumpulin, inget ya minta tanda tangan dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas. Oh iya, bawa buku juga ya buat diwakafin di perpustakaan fakultas. Tapi sebelum ngumpulin buku, ditanya dulu perlunya buku yang berkaitan dengan metodologi penelitian, berkaitan dengan jurusan, atau berkaitan dengan hal lain. Nanya ke siapa, Sar?
Nanya ke dosen yang bertanggungjawab di perpustakaan fakultas biar dapat kepastian harus wakafin buku yang seperti apa. Kalau udah wakafin buku, nanti dikasih surat keterangan pertama yang bisa dituker sama ijazah.
Selesai urusan di perpustakaan fakultas, lanjut dulu aja ke fakultas universitas. Masuk jam 09.00 WIB, hari itu Bandung cerah.
Hal pertama yang dilakuin yaitu ngisi daftar hadir pengunjung perpustakaan dengan cara scan kartu anggota perpustakaan. Selanjutnya, masuk ke ruangan yang ada di sebelah kiri dari arah pintu masuk. Disitu ngapain?
Ngecek kelengkapan file yang udah di upload ke digilib. Di cek bareng sama petugas perpustakaan universitas ya, kalau udah lolos dari pengecekan bakal dilanjut ke lantai dua buat penyerahan bundelan skripsi. Tiba di lantai dua, ke meja pengembalian buku, bilang aja, "mau nyerahin bundelan skripsi". Kalau udah bilang gitu, nanti ada intruksi lagi ke ruang barcode sekaligus dikasih kelengkapan surat keterangan buat nebus ijazah.
Surat keterangan dari perpustakaan universitas bakal di kasih kalau rekan-rekan pembaca gak ada hutang. Kenapa bisa ada hutang? Karena telat balikin peminjaman buku, ya walaupun kadang yang pinjamnya bukan diri sendiri.
Dapat tuh surat keterangan tambahan, langsung balik aja ke meja pengembalian buku. Disitu rekan-rekan pembaca diintruksikan untuk ngisi data dan bayar infaq Rp 20.000,-.
Inget minta tanda tangan petugas yang bertanggungjawab di perpustakaan universitas.
Cape gak sih baca kegiatan di tanggal 04 Juli ini? Sarah aja cape ngejelasinnya, gerak cepetnya bener-bener kagak boleh di kasih kendor!
Lanjut yaaa~
Di jam 10.00 WIB, Sarah balik lagi ke fakultas berusaha menemukan dosen penguji pertama. Abrakadabra!
Dosen penguji satu udah ada diruangannya. Ngobrol-ngobrol sedikit dan lupa ngobrolin apa, dapat tanda tangannya, selesai sudah ngurus revisian skripsi sekaligus mengumpulkan persyaratan buat dapat ijazah.
Balik ke kosan dari jam 10.30 WIB sampai jam 14.00 WIB buat bermalas-malasan di kasur.
- - - - - - -
Siang menuju sore hari itu, Sarah balik ke kampus buat nyerahin jurnal. Simsalabim!
Jurnal selesai dikumpulin. Inget minta tanda tangan dosen penanggungjawab jurnal ya biar lengkap tuh lembar penebusan ijazah.
Dengan percaya dirinya langsung ke ruang tata usaha buat ngambil ijazah, gak taunya, "Neng, sidang bulan apa?"
"Juni, pak", jawab Sarah.
Bapaknya langsung respon, "Oh yang Juni mah belum ada. Belum di tanda tangan pak dekan. Kan bapak dekannya mau haji dulu".
- - - - - - -
Setelah drama pak dekan mau haji, Sarah nunggu ijazah sampai ada. Dan tau gak, ijazah Sarah baru ada bulan September setelah wisuda.
OK! No prob! Sekarang tinggal lihat aja, ijazah Sarah bisa nganter Sarah ke pekerjaan seperti apa?
Semoga sesuai yang selama ini diimpikan sih ya, semogaaaaaaa~
- - - - - - -
Sekian dan terima kasih. Sekiranya terlalu banyak yang masih perlu dipertanyakan, kolom komentar postingan ini aktif kok. Mohon maaf kalau dipertengahan sampai akhir cerita kurang greget, Sarah bingung sendiri sama cerita Sarah.
See you!
Wassalamualaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar