Kamis, 31 Desember 2015

Ada Yang Beda

Ternyata, hari akhir di tahun 2015 tiba di hari Kamis ini. Gak kerasa ya tahun ini tuh begitu duh, ududuuu, ulalalaaa dan yuhuuu.

Dimana tahun ini, seorang manusia berusia 18 tahun menjalani hampir satu tahun hidupnya dengan berinteraksi bersama orang-orang baru dan bahkan diantaranya menjadi keluarga baru. Dimana tahun ini, seorang manusia berjenis kelamin perempuan mengadu nasib, mencari sukses di kota orang dan mau gak mau tinggal jauh dari keluarganya. Dimana tahun ini, seorang manusia bernama Sarah Azzahra dengan jenis kelamin perempuan dan masih berusia 18 tahun, mencari seseorang yang bisa berkomitmen dengannya. (Komitmen = Nikah, bukan cuma pacar), eh btw jauh amat ngomongin nikah, kuliah aja baru tingkat dua. Duh.

Kuliah dan nikah. Dua hal yang berbeda. Beda dalam komitmennya, beda dalam rutinitasnya dan beda cara mengurusinya.

Komitmennya;
Kuliah itu berkomitmen untuk bisa lulus tepat waktu dan mungkin dibarengi dengan aktif di organisasi yang kemudian setelah lulus mampu mengaplikasikan ilmu yang di dapat ke kehidupan sebenarnya.
Nikah itu berkomitmen untuk apa ya kira-kira? Oke, sejauh pandangan seseorang berusia 18 tahun sih ini khususnya si perempuan, nikah itu komitmen untuk selalu bersama pas keadaan senang maupun sedih, selalu mengusahakan apa yang perlu diusahakan agar hal tersebut terwujud yang pastinya hal tersebut positif contohnya ya usaha biar bisa selalu membahagiakan satu sama lain dan selalu bisa jadi tempat istirahat yang paling nyaman ketika pasangan sedang merasa lelah. Ududuuu.

Rutinitasnya;
Kuliah itu rutinitasnya ya makalah, ya tugas kirim email, ya tugas mandiri, ya tugas kelompok dan bahkan tugas kelompok yang dikerjakan mandiri. Entah lah, itu disebut terlalu rajin karena gak sabar temen sekelompok gak bisa diandelin dan Sarah pribadi gak suka buat ngandelin orang karena takut kecewa dua kali (pertama kecewa dengan ngandelin orang dan ternyata yang diandelinnya gak bisa bertanggung jawab, lalu kedua kecewa karena yang tadinya ngandelin orang biar tugas cepet beres ternyata tugas malah tertunda-tunda; tau gitu mending ngerjain sendiri yakan) atau emang karena Sarah punya jiwa pembantu yang senang aja bantu-bantuin orang lain padahal yang namanya tugas kelompok kan dikerjain bersama.
Nikah itu rutinitasnya yaaa...apa ya kira-kira? Oke, ini berdasarkan pandangan oleh orang yang sama yang masih 18 tahun dan masih single, gak maksud promosi kan emang masih single, nikah itu rutinitasnya ya nyuci, ya ngepel, ya gosok baju (bahasa kerennya Nyetrika), ya gitu deh cape gak perlu nikah juga kayanya anak kosan juga sering ngerasain itu tapi bedanya kalau nikah kan bisa tukeran sama pasangan kalau kebetulan cape atau bahkan bisa ngelakuin rutinitas itu barengan biar romantis biar manja-manjaan biar terjalin komunikasinya. Ulalaaa.

Cara mengurusnya;
Kuliah itu cara ngurusnya ya bayar ukt, ya ngisi krs, ya nyari dosen, ya kudu lebih mandiri lah pokoknya biar nantinya gak malu-maluin kalau udah lulus. Masa iya lulusan bergelar sarjana, magister, doktor ngecopy paste dari google ke Ms. Word gak bisa.
Nikah itu cara ngurusnya ya kudu minta restu orang tua, kalau udah dapet restu ya cari penghulunya, ijab kabul deh. Yuhuuu.

=============

Eh iya, sebelum minta restu jangan lupa siapin dulu calonnya, yakali minta restu calonnya gak dibawa, mau nikah sama siapa ituuu?

Selasa, 29 Desember 2015

Liburnya Anak Rantau

Hari ini, tanggal 29 Desember 2015, akhirnya aku benar-benar merasakan libur. Libur dari tugas-tugas kuliah yang selama ini ngekorin aku selama satu semester. Dimana semester tiga ini mata kuliah semakin menantang dan perjanjian sama tiap dosennya makin beragam. Bawaannya pengen cepet-cepet di ta'arufin kalau udah banyak tugas. Dududuuu.

Yang biasanya libur kuliah bisa sebulan lebih beberapa hari, eh sekarang malah berkurang. Iya, kurang dari sebulan karena uas take home itu. Oke, tetep bersyukur, Sar.

Libur itu bikin kangen. Kangen suasana kelas, kangen temen-temen sekelas, terlebih lagi kangen sama mereka yang biasa nemenin hari-hari aku. Kadang, kangen juga sih sama dosennya kalo dosennya keliatan kece kaya kk tingkat yang udah tingkat akhir itu. Ups.

Libur itu bikin boke. Yang biasanya pegang uang buat makan (khusus anak kosan), terus kalau abis bisa bilang "Ma uang abis". Yang biasanya buat pergi main ada simpenan, eh gara-gara libur simpenannya jadi gak ada. Yang biasanya kembalian beli lauk di warung nasi bisa ditabungin, kalau libur jadi gak ada deh buat nabungnya.

Libur itu hibernasi. Ini pilihan terakhir saat lagi kangen dengan orang-orang yang biasa bersama tapi gak bisa ngelepas kangen karena boke. Dibilang pengen ketemu biar gak kangen lagi, iya pengen banget. Apa daya yakan ketika kangen mereka lagi boke dan ketika boke terus kangen mereka.

Hibernasi adalah pilihan karena dengan hibernasi siapa tau bisa ketemu mereka; orang-orang ya biasa bersama. di dalam mimpi, ini namanya ketemu gratisan cocok buat yang boke. Cocok!

Dan, karena libur itu...menjauhkan yang biasa bersama namun mendekatkan yang biasa berjauhan.

Kamis, 26 November 2015

Intropeksi Hati

Apa kabar hati? Mau ngeluh cape kalau sekarang di kampus mulai banyak tugas kuliah? Mau ngeluh cape kalau sekarang tugas kelompok lebih sering dikerjain sendiri? Mau ngeluh juga kalau sekarang kamu lagi kecewa?

Hai hati, bukan kah kamu sudah biasa dengan tugas kuliah yang banyak? Hai hati, bukan kah kamu sudah biasa dengan jiwa pembantu ngerjain tugas kelompok sendiri? Dan, hai hati, bukan kah kamu sudah terlatih kecewa karena sering tidak dianggap?

Wahai hati dengan segala rasa yang ada di dalam hati. Silahkan pendam saja di dalam hati, karena hati yang lain belum tentu merasakan kecewa seperti yang kamu rasa.

Wahai hati dengan segala rasa yang ada di dalam hati. Silahkan pendam saja di dalam hati, karena dengan tangisan orang lain akan tau apa yang sedang kamu rasa.

Wahai hati dengan segala rasa yang ada di dalam hati. Silahkan pendam saja di dalam hati, karena hati tidak akan mempan dengan ucapan sabar dan maaf jika sudah sakit hati.

Bagaimana hati? Apa mungkin sakit hati yang kamu dapat karena ulah mu sendiri?

Mungkin. Karena kamu berulah sesukamu tanpa kamu memikirkan hati yang lain.

Mungkin. Karena kamu lebih senang melihat hati yang lain bahagia sedangkan kamu merasakan kecewa.

Mungkin. Karena kamu lupa bersyukur saat kamu merasakan kebahagiaan yang telah Allah berikan kepadamu.

Hai hati, sudah sejak lama kamu tidak intropeksi seperti ini. Ada apa hati? Apa ada masalah dengan hati? Atau, hati mulai sadar seberapa penting hati lain bagi kamu, suatu saat, hati lain pun akan mengecewakan kamu.

Wahai hati yang kecewa tiba-tiba, wahai hati yang sakit tiba-tiba dan wahai hati yang menangis dengan tiba-tiba.

Segera pikirkan kesalahan yang telah kamu perbuat. Segera akui kesalahan yang telah kamu perbuat. Lalu, segera pula lah mohon maaf kepada hati yang telah kamu buat sakit hati karena kesalahan mu.

Semoga kecewa yang hati rasa akan pudar dengan sendirinya. Semoga sakit yang hati rasa akan sembuh dengan sendirinya. Dan, semoga tangisan yang sempat datang dengan tiba-tiba akan menjadi tawa bahagia dengan sendirinya.

Terima kasih telah memberikan ruang untuk hati berbagi rangkaian kata yang disusun oleh hati. Terima kasih telah membaca rangkaian kata hati sampai disini. Dan, terima kasih memberikan kepercayaan yang lebih pada hati untuk menyusun rangkaian kata ini.

Salam dari hati untuk hati yang lain, yang mudah-mudahan diberi kesabaran berlebih dan keikhlasan berlebih untuk memafkan kesalahan hati lain.

Senin, 26 Oktober 2015

Govinda - Terbiasa Sendiri

Lirik lagu Govinda - Terbiasa Sendiri

Aku...dekati banyak hati
Aku...kesana dan kesini
Aku...butuh tambatan hati
Mencari jati diri

Tapi...satu persatu pergi
Mungkin...ia sedang memilih
Atau...punya kekasih hati
Lagu lama kembali
Kini terputar lagi

Terbiasa sendiri
Hilang pujaan hati
Lagi lagi sendiri
Nanti pulih kembali

Tapi...satu persatu pergi
Mungkin...ia sedang memilih
Atau...punya kekasih hati
Lagu lama kembali
Kini terputar lagi

Terbiasa sendiri
Hilang pujaan hati
Lagi lagi sendiri
Nanti pulih kembali

Terbiasa sendiri
Hilang pujaan hati
Lagi lagi sendiri
Ooo~ Ooo~

Terbiasa sendiri
Hilang pujaan hati
Lagi lagi sendiri
Nanti pulih kembali
Nanti pulih kembali
Nanti kucari lagi

Rabu, 21 Oktober 2015

Cari Yang Sempurna? Bukan Aku Orangnya

Saat perhatian menjadi sesuatu yang perlu dibuktikan, aku merasa bukan orang yang bisa diandalkan. Apa arti sekedar nemenin, kalau ternyata aku cuma bisa nemenin aja.

Saat ada sahabat sedih, cerita ini itu segala yang dirasa dan saat itu juga dia nangis.

Khayalku, aku harus rangkul dia, aku harus bisa ngasih dia solusi, aku harus bisa nenangin dia dengan cara apapun itu.

Faktanya, aku hanya ada disamping dia. Sekedar dengerin cerita dan nemenin dia nangis.

Dia cerita ini itu, ada solusinya dipikiran aku. Dia nangis, ada rasa ingin rangkul dia bahkan memeluknya. Tapi...ah percuma, aku tak mudah mengekspresikan semua itu secara langsung.

Semua hanya bisa aku sampaikan lewat tulisan. Semua hanya bisa aku sampaikan lewat rangkaian kata. Yang biasanya aku sampaikan tulisan dan rangkaian kata itu melalui pesan singkat, chat atau paling alay lewat surat.

Kecewa sama diri sendiri. Kenapa hanya bisa nemenin tanpa memberikan solusi dengan bicara langsung? Kenapa hanya bisa melihat dia menangis tanpa memberikan rangkulan atau bahkan pelukan.

Kadang suka ngerasa gak sempurna buat sahabat sendiri, terlalu banyak kekurangan aku buat mereka.

-------------

Ini tulisan juga curhat ya jadinya. Maaf. Terlalu banyak yang dirasa. Maka dari itu, aku pilih langsung nulis cerita di blog aja biar sekalian orang banyak baca.

Kenapa harus orang banyak? Kenapa bukan ke sahabat dulu cerita? Ya itu, aku takut waktu mereka terganggu karena cerita aku yang...ah sepele. Takut tuh karena belum dicoba sih, cuma kalau udah dicoba malu, suka gak tau diri aku mah kalau udah cerita teh, apalagi di ketik gini. Ada baper bapernya gitu.

-------------

Orang yang dekat aku juga kehitung lah, wajar kalau aku ceritanya ke itu lagi itu lagi orangnya.

Bukan gak mau berteman dengan yang lain, yang namanya udah nyaman mending dikit aja tapi bener-bener peduli daripada banyak teman banyak tempat cerita tapi mereka gak bisa jaga cerita kita; sebut aja adu domba.

Ya entah sih orang itu gimana ke aku, aku mah udah anggap mereka sahabat ke mereka yang udah bikin aku nyaman. Sejauh ini sih perempuan semua, sekalinya ada laki-laki pasti malah baper. Ah dede baperan bang...huft.

Udah gitu intinya mah, mau cerita aja yang ada di awal, yang gak bisa sempurna buat sahabatnya, kesininya mah gak tau nulis apa. Suka pengen nulis tapi gak terarah gini. Maaf ya. Seenggaknya kalau udah nulis gini ngerasa tenang, walaupun nantinya malu sendiri kalau udah ada yang baca ini blog, terutama sahabat sendiri sih. He He He.

Selasa, 06 Oktober 2015

Lyla - Kehabisan Waktu

Lyla - Kehabisan Waktu

Dulu pernah kita
Merancang mimpi tuk bersama
Pertaruhkan pikiran,
Waktu, tenaga dan segalanya

Langit tak berwarna
Bintang seakan sudah tak bercahaya
Hujan tak mendinginkan

Saat kau utarakan

Kamu katakan,
Kita kehabisan waktu
Lanjutkan saja lah hidupmu
Tanpa aku

Langit tak berwarna 
Bintang seakan sudah tak bercahaya
Hujan tak mendinginkan

Saat kau utarakan
Saat kau jelaskannnnn

Kamu katakan,
Kita kehabisan waktu
Lanjutkan saja lah hidupmu
Tanpa aku

Dan kamu katakan,
Jalan kita tak menyatu
Kuatkan lah...hatimu

Uuu~ Uuu~ Uuu~

Kamu katakan,
Kita kehabisan waktu
Lanjutkan saja lah hidupmu
Tanpa akuuuuu

Dan kamu katakan,
Jalan kita tak menyatu
Kuatkan lah...hatimu

Uuu~ Uuu~

Lalu kukatakan,
Kuatkan lah hatimu

Selasa, 15 September 2015

Bukan Bengbeng

Karena hidupku tidak selalu manis, maka aku berhenti mengharapkan kemanisan pada orang yang salah.

Belum genap dua bulan aku menceritakan si bengbeng, yang katanya kalau emang suka aja baru akan hilang perasaannya setelah empat bulan. Tapi sekarang, manisnya hidup perlahan muncul.

Mungkin karena aku jauh dari bengbeng itu, mungkin karena aku memaksa diriku agar gak terus mengharapkan dia dan mungkin karena ada dia yang lain yang beberapa hari ini membuat hidupku lebih manis. Mungkin, masih mungkin, belum pasti.

Karena jauh, iya aku jauh karena aku ngekos dan aku berhasil mempertahankan diri agar gak merengek ingin pulang terus seperti dua semester sebelumnya.

Karena pemaksaan terhadap diri sendiri, iya aku memaksakan diriku agar berhenti mengharapkan, karena aku tau dia masih ada komitmen sama diri dia sendiri yang ingin sendiri dalam waktu setahun ke depan, namun faktanya dududuh, dia pergi sama mantannya, berdua cuy berdua. Apalah arti ingin sendiri, tapi ke cewek lain tetep iseng sana sini; kasarnya sih menggoda.

Karena ada dia yang lain, iya ada dia yang lain yang datang dalam hidupku. Dia, orang yang pernah aku kenal. Cukup dekat dulu. Dan, ya gak beda jauh sama yang memberikan harapan manis seperti bengbeng, dia yang ini ada saat aku masih kecil, saat aku belum mengenal rasa terhadap lawan jenis.

Dia yang ini, yang awalnya keliatan masa bodo sama aku, yang aku ajak ngobrol jaga jarak, tapi sekarang; kurang lebih lima hari yang lalu. dia yang ada tiap aku bilang sepi, tiap aku minta temenin, ya walaupun gak tiap saat nemenin sih.

Mau dibilang baper, aku takut kecewa kaya yang sebelumnya. Mau dibilang gak baper, tapi hati gak bisa boong. Gimana atuh?

Antara mimpi dan nyata tapi ya emang nyata. Nyatanya ada dia yang ngabarin, nyatanya ada dia yang nemenin dan nyatanya dia yang bikin hati ini ngerasa ada yang beda tiap dia ngechat. Sebatas chat aja ngerasa beda, apalagi nanti pas ketemu, lalalaaa~

Ada yang mengenal dia itu siapa? Iya ada. Karena dia bukan orang yang asing bagi beberapa teman dekat ku. Dia bukan orang baru dihidupku, tapi dia memberikan rasa yang baru dihidupku. Rasa ingin memiliki misalnya hahaha.

Sedikit cukup lah nulis tentang dia, da dianya juga masih semu. Karena semakin banyak tulisannya, takut dibilang makin ngarep sama dia. Efek hati belum siap kecewa lagi, tapi di satu sisi hati ingin ada yang bikin bahagia lagi.

Selasa, 01 September 2015

Belajar Jadi Anak Rantau

Selamat pagi, iya ini masih pagi. Pagi di bulan yang baru dan mungkin pagi kamu yang baru karena sekarang kamu jadi mahasiswa baru. Clap clap clap haha.

Mahasiswa baru, dimana para remaja itu masih semangat-semangatnya buat kuliah, masih semangat-semangatnya buat dateng ke kampus dan mungkin masih semangat-semangatnya ketemu temen baru.

Tapi gak semua begitu sih, mungkin. Karena gak semua yang kuliah itu jurusannya sesuai sama yang diinginkan, karena gak semua yang kuliah itu kampusnya sesuai sama yang diinginkan dan karena gak semua yang kuliah itu jadwal kuliahnya sesuai yang dikhayalkan.

Banyak calon maba pada awalnya berlomba-lomba daftar di kampus yang jauh dan memilih jurusan yang mungkin dia bisa tembus; saat pendaftaran ke univ negeri lewat jalur rapot yang disediakan menteri pendidikan misalnya. Tapi gak kalah banyak juga calon maba yang daftar di kampus dekat dengan rumahnya ya walaupun kadang gak sesuai jurusan karena faktor jarak lebih dekat, ya gak dekat-dekat banget sih, seenggaknya memerlukan waktu sejam dan ongkos yang berlebih untuk sampai ke kampusnya.

Gak ada yang salah emang. Cuma namanya takdir Allah, yang mau kuliah kaya gini kan masih dikategorikan bisa diubah selagi mau usaha. Dari mulai usaha yang mudah (pendaftaran lewat jalur undangan/rapot/lainnya) atau mungkin usaha yang sedikit menantang (pendaftaran lewat jalur tes/ujian mandiri/lainnya)

Bersyukur kalau emang Allah kasih yang mudah ke kamu yang berhasil tembus ke univ negeri karena usaha yang mudah. Allah sayang kalian dan Allah tau itu yang kalian butuhkan; teruntuk yang serius daftar jalur undangan/rapot/lainnya dengan kampus dan universitas yang diinginkan.

Terus buat yang iseng-iseng daftar tapi pas udah berhasil tembus malah kalian sia-siakan gitu aja? Pikir ulang bos. Siapa aja pendaftar yang berhasil kalian sisihkan karena nilai kalian? Siapa aja pendaftar yang kalian hentikan sesaat harapannya yang emang ingin jurusan dan universitas yang kalian dapatkan itu?

Kuliah bukan sekedar pengen jurusan yang sesuai, kuliah bukan sekedar kampus yang sesuai dan kuliah bukan sekedar absen terus cabut.

Tapi kuliah itu bagaimana kalian menerima dan menjalani dengan ikhlas di jurusan yang udah Allah kasih ke kalian walaupun gak sesuai jurusan yang kalian inginkan. Kuliah itu bagaimana kalian menerima dan menjalani dengan ikhlas di kampus yang udah Allah kasih ke kalian walaupun kadang jarak jauh yang mengharuskan kalian merantau menjadi hidup baru kalian. Kuliah itu juga bagaimana kalian semakin dewasa dalam menghadapi masalah dan memperdewasakan obrolan kalian; kebanyakan sih ngobrolin calon pendamping hidup atau kadang berkhayal pengen cepet nikah, punya anak, hidup bahagia, yang kenyataannya gak begitu. Huft.

Belajar hidup jauh karena kampus di luar kota kadang mengharuskan kalian para calon maba yang sekarang udah maba untuk merantau. Ya walaupun cuma Jakarta - Bekasi, itu juga kan luar kota, jadi bisa disebut merantau. Dan karena merantau itu, kadang banyak dari kalian harus ngekos dan hidup sendiri jauh dari orang tua.

Keliatannya sepele, ah kecil, gitu doang pasti bisa. Coba kalian merantau. Buat yang biasa deket sama orang tua, kepergian merantau kalian sebagai maba dalam beberapa hari akan terasa sepi ataupun asing bagi kalian dan tak jarang berujung homesick.

Homesick? Ya aku pernah merasa seperti itu. Aku lupa penjelasan yang pernah ku cari di google itu apa. Tapi yang aku rasa tentang homesick setelah membaca hasil pencarian di google sebelumnya, maka aku bisa menyimpulkan kalau homesick adalah rasa kesepian yang datang tiba-tiba karena belum terbiasa, bisa juga sebagai olahraga jantung karena biasanya ada kaget yang berlebih dengan hidup sendiri di kosan.

Kata homesick juga lebih akrab bagi mereka yang merantau. Apa yang dilakukan seorang perantau kalau homesick datang? Ya karena kesepian dan keinget riuh gaduhnya suasana rumah, biasanya cuma bisa nangis. Aku mah gitu kalau homesick, gak tau deh orang lain gimana.

Perantau yang homesick biasanya emang butuh teman ngobrol yang bisa membiasakan dia jaug dari orang tuanya. Tapi, gak semua orang tau mana perantau yang butuh teman ngobrol mana perantau yang emang siap hatinya buat jauh sama orang tuanya.

Jadi seorang perantau juga kadang gak semua orang tua setuju dengan berbagai alasan. Mulai dari yang gak mau anaknya jauh dari orang tua, terus ada alasan gak usah kuliah jauh-jauh kalau bisa yang deket aja dan alasan yang lain yang mungkin dateng kapan aja saat kalian siap merantau.

Dan aku adalah salah satu mahasiswa yang awalnya gak disetujui kuliah jauh sama papa sedangkan mama ya setuju-setuju aja walaupun sedih juga tuh pas anaknya bener ngerantau. Cie mama suka gitu deh haha.

Terlalu panjang ceritanya kenapa aku bisa kuliah jauh, kalau emang kalian niat kuliah jauh dan gak sekedar iseng-iseng dan mau tanya bagaimana cerita aku jadi perantau, line aja ke saraphaaan.

Dan yang perlu kalian garis bawahi, kalau emang mau kuliah jauh tapi orang tua kalian gak yakin, coba kalian yakinin dengan bismillah daftar di kampus yang biaya nya lebih murah dibanding kampus yang waktu tempuhnya kurang lebih sejam dan makan banyak ongkos, bisa biaya kuliahnya atau biaya hidupnya juga.

Sebisa mungkin kalian memberikan hasil yang bagus walaupun kalian kuliahnya jauh tanpa orang tua. Itu adalah bukti merantau kalian berhasil.

Merantau bukan sekedar tinggal jauh dari orang tua. Merantau bukan sekedar aku bisa hidup mandiri. Merantau bukan sekedar cari ilmu bermanfaat saja.

Tapi merantau mengajarkan kita untuk selalu menghargai waktu ketika ada waktu untuk bertemu orang tua di rumah.

Merantau mengajarkan kita untuk bisa bersabar menahan rindu karena waktu yang belum mengizinkan untuk bertemu orang tua di rumah.

Merantau mengajarkan kita bagaimana kita menghargai uang dan tidak boros menggunakannya karena emang kita hidup jauh dari orang tua yang gak setiap saat kita bisa minta lagi uangnya untuk kita jajan.

Merantau mengajarkan kita lebih mandiri dan seenggaknya merancang kegiatan dalam sehari apa yang ingin dilakukan; mulai dari nyuci piring, nyuci baju, ngejemur, nyapu, ngepel, ah banyak deh pokoknya.

Merantau mengajarkan kita bagaimana bertanggung jawab dengan diri sendiri; bangun pagi untuk shalat Subuh sendiri, karena kalau bukan diri kita yang memaksakan diri kita untuk bangun maka ya kita sendiri yang merugi.

Merantau mengajarkan kita untuk saling mengenal dengan berbagai teman perantau lainnya yang beraneka ragam; mulai dari cara ngomongnya, tata bahasanya, ya banyak juga yang lainnya.

Merantau juga mengajarkan kita bagaimana diri kita lebih sopan lagi di kota orang dan bagaimana menghargai tata tertib yang ada di kota itu.

Selamat merantau maba atau mungkin calon maba selanjutnya, berjuang. Merantau bukan hanya tentang bertahan hidup tapi merantau adalah cara mendewasakan diri dengan cara yang berbeda.

Senin, 24 Agustus 2015

Aku Gak Sendiri

Mengenal orang itu mudah tapi memahami orang itu yang susah. Gak semua yang kita kenal bisa kita pahami, begitu pun sebaliknya. Kadang, khususnya aku sendiri, buat percaya sama orang itu gampang, sampai akhirnya kekecewaan yang merusak kepercayaan itu yang bikin aku mundur buat percaya seseorang.

Tapi, gak semua kekecewaan buat aku mundur. Kadang, aku cukup jaga jarak sesaat hingga akhirnya orang yang mengecewakan aku mencari ku dan butuh aku. Walaupun dia yang bikin kecewa gak minta maaf, tapi kalo emang dia butuh aku, aku harus bisa pasang tampang gak ada apa-apa diantara aku dan orang lain itu.

Dari aku kecil lebih dari banyak orang yang sudah aku kenal, terlebih orang yang ku kenal di dunia maya. Tapi, cukup beberapa orang aja yang bisa kupercaya, sebut aja mereka "sahabat" ku.

Walaupun status sendiri, tapi kalo udah sama sahabat itu kebahagian gak berhenti buat ngalir begitu aja. Emang kadang kesedihan hadir diantara sahabat ku itu. Dan itu menuntutku sebagai orang yang bertanggung jawab untuk bisa diandalkan membuat mereka bahagia lagi.

Ya emang, aku juga gak gampang bikin mereka bahagia, apalagi bikin mereka ketawa, tapi saat mereka butuh orang yang bisa dengerin cerita, saat mereka butuh orang yang nemenin mereka ngobrol langsung, atau mungkin mereka butuh orang yang bisa hadir buat mereka saat orang yang mereka harapkan gak hadir buat mereka; aku siap diandalkan. Kecuali ya, kalo emang aku lagi off data internet atau lagi tidur, nah itu tuh, kadang nyesel juga pas ada yang butuh akunya gak bisa bantu.

Kadang, malah terlebih sering kayanya, kalo kekecewaan karena sahabat itu ada, cukup dipendam sendiri, kalo emang perlu cerita aku pun akan pilih-pilih orang untuk mendengarkan cerita ku.

"Kok pilih-pilih? Kenapa gak semuanya aja diceritain ke semua orang yang udah kamu percaya?"

Karena gini, saat kalian punya masalah, gak semua orang yang udah kalian percaya ada waktu buat dengerin cerita kalian. Karena gak semua cerita aku penting buat mereka, karena aku gak mau ganggu waktu mereka (apalagi mereka yang sibuk) dengan cerita cengeng ku dan satu lagi, karena kadang mereka juga punya masalah sendiri yang lagi mereka usahakan untuk diselesaikan dengan cara mereka sendiri, masa iya aku tambahin pikiran mereka dengan masalah cengeng ku, gak tega lah.

Kalo udah gitu, kadang menyimpan sendiri masalah yang ku punya lebih asik daripada ngarepin orang yang bisa dengerin cerita dengan ikhlas tapi malah sabodo teuing.

"Katanya punya sahabat, kok masih suka ngerasa sendiri atau pas mau pergi ke suatu tempat masih bingung ngajak siapa?"

Karena gini, gak semua ada waktu buat nemenin aku, gak semua ada uang buat nemenin aku, gak semua ada izin buat nemenin aku.

Karena aku juga kadang bikin kecewa mereka, kadang bikin nangis mereka, ya walaupun mereka gak bilang tapi hati kadang ngerasa kalo abis buat salah sama orang yang udah aku anggap dekat. Jadi, buat apa aku berharap lebih pada mereka? Aku juga masih belum sempurna buat mereka. Sadar diri aja ini mah.

Ya spesial terimakasih aja buat sahabat yang udah bisa hadir di hidupku, gak semua bikin bahagia tapi dengan kekecewaan aku bisa paham sifat asli mereka gimana, seenggaknya kan biar gak keulang aja sama kekecewaan yang sama karena orang yang sama.

Emang sampai saat ini juga, mau seberapa lama persahabatan aku dan mereka, aku juga kadang masih perlu intropeksi diri biar aku gak salah nanggepin mereka atau mungkin aku juga masih perlu memperbaiki diri agar mereka lebih nyaman dekat dengan ku.

Disatu sisi, pikiran aku kadang aneh. Apa yang aneh, ya itu suka kepikiran "aku dianggap sahabat gak sih sama mereka, sebagaimana aku menganggap mereka?" Pikiran anak-anak banget yakan, tapi ya nikmatin aja lah selagi mereka butuh aku, aku sebisa mungkin ada buat mereka.

Atau kadang aku juga merasa aneh dengan perasaan ku terhadap mereka. Apa yang aneh, ya itu suka ngerasa "cemburu" kalo ngeliat mereka lagi asik sama sahabat mereka yang lain atau ngeliat mereka bahagia sama orang lain, gak salah sih emang cuma kadang bikin aku mikir "kenapa harus sama orang lain? kenapa gak sama aku aja? aku gak seasik orang lain itu atau emang orang lain itu lebih dianggap ada oleh sahabatku?"

Ya entah, namanya juga perasaan. Kalo udah gitu aku bisa apa, paling diem aja.

Terus intinya nulis sepanjang ini apa? Gak tau juga sih, ya pokoknya pengen aja mereka yang udah aku anggap sahabat itu bisa tau aku sayang mereka melebihi pacar mereka, ya walaupun aku juga gak bisa janjiin mereka dengan kebahagiaan terus. Aku cuma bisa janji yang seenggaknya bisa aku tepatin, aku janji untuk selalu ada, sebisa mungkin ada buat mereka. Karena dengan mereka, aku gak ngerasa sendiri.

Cukup lah, kebanyakan nulis jadi ngawur kemana-mana nulisnya. Maafin ya, bawaan perasaan suka gini, segala yang dirasa jadi ditulis. Hampura ya akang teteh sadayana. Sampai ketemu aja ditulisan selanjutnya.

Rabu, 12 Agustus 2015

BengBeng

Coba tafsirkan saja apa yang aku tulis disini. Aku hanya mencoba menuangkan segala rasa dan pikiran ku yang kini hanya mampu ku simpan sendiri, setelah sebelumnya aku menuangkan kepada dia langsung yang kuanggap mempunyai rasa yang sama namun ternyata tidak.

==========

Aku dengan dia sebelumnya emang udah saling kenal, sekedar nama dan wajah, dulu waktu aku kecil. Iya dulu sebelum mengerti apa rasa sayang kepada orang lain dan apa rasanya ingin bersama serta ingin memiliki orang yang kita sayang.

Saat ini, saat usia mulai beranjak 18 tahun, saat segala susah senang hidup mulai aku tau rasanya, saat aku memilih orang yang seperti apa yang bisa aku pertahankan dan saat ini pula aku mulai melihat dia lagi.

Entah sejak kapan perasaan pada dia ada, yang jelas aku selalu menantinya keluar dari masjid saat orang-orang selesai shalat berjamaah. Dan, satu hal pasti aku mulai berharap agar bisa memiliki salah satu media sosialnya agar aku mampu selangkah lebih dekat dengan dia.

==========

Malam ini adalah malam kesekian yang mungkin berlalu begitu saja selama aku libur semester genap. Bosen, satu hal yang ku rasakan tiap harinya. Hingga akhirnya, satu organisasi di dekat rumah pun terbentuk.

Perkenalan organisasi itu pun begitu alot dan mungkin kurang kondusif, tapi satu yang kurasa lebih waktu pertama menghadiri perkenalan malam itu, aku menemukan wajah dia diantara banyak cowok lainnya.

Hanya bisa menjaga senyum kebahagiaanku sendiri agar tak ada yang mengetahuinya saat itu. Kebahagiaan yang cukup lama hilang dari hidupku. Yang sempat aku lupakan rasanya.

==========

Tengah malam pun menjadi kebiasaan ku hidup selama dua bulan lebih aku libur. Saat asik nonton berita, tak sengaja aku membaca nama seorang di berita baris. Iya nama awal dia, hingga akhirnya aku teringat untuk mencari salah satu media sosialnya dengan nama itu.

Kutemukan lebih, ternyata dia memampangkan pin bbmnya dengan jelas, langsung ku invite dengan harapan bisa lebih dekat dengan dia.

Lama kutunggu dia accept pin ku. Aku mulai berpikir, "mungkin ganti pin, yaudah lah" tapi harapan itu kembali ada, ya ada. Ku lihat recent update dia menjadi kontak ku. Senang, iya senang tapi bingung ingin mulai pembicaraan apa dengannya.

Akhirnya aku memilih diam dan nanti aja biar sang waktu yang memberikan aku kesempatan.

==========

Singkat tapi itu permulaan aku menjadi dekat dengannya, chat dia yang memanggil namaku membuatku menjadi bahagia sesaat kemudian.

Hari berikutnya setelah perkenalan hari pertama yang asik dan manis atau mungkin sangat manis dengan membahas bengbeng dan ovaltine, ada rapat yang harusnya ku hadiri di organisasi baru dekat rumahku itu namun sayang kondisi badan tak mendukung hingga akhirnya aku ketiduran.

==========

Sesaat setelah bangun, kabar tak enak membuatku marah, kesal dan mungkin merasa gak adil. Hingga akhirnya aku malah melampiaskan kekesalanku pada dia, orang yang baru-baru ini aku kenal lagi.

Anehnya, dia peduli dengan kekesalanku, dia selalu menanggapi semua chat kesalku padanya dan dia selalu menjawabnya dengan sabar. Dan yang pasti, dia yang memaksa ku tetap ikut organisasi itu yang awalnya aku mulai malas ikut gara-gara kabar tak enak sebelumnya.

Dia juga yang gencar chat ku saat malam berikutnya ada pengesahan anggota organisasi, dia bom bbm ku dengan pertanyaan, "lu dimana? udah mulai ini" "gue udah disini, lu dimana sar?" "sar udah dmn?"

Entah aku yang salah menafsirkan atau emang dia yang biasa berbuat itu dengan cewek lainnya, yang jelas aku merasa istimewa disaat orang lain asik dengan dunia barunya dan dengan jabatan barunya.

==========

Singkat cerita beberapa hari setelah pengesahan itu, aku gak sanggup menahan perasaanku, jujur sakit, bikin tidur gak nyenyak untuk beberapa hari terakhir ini.

Murahan? Gak ada gengsi? Gak tau malu? Ya anggap saja aku begitu kalau kalian menganggap keberanianku mengutarakan semua yang kurasa pada dia langsung. Walaupun lewat chat, tetep aja sih gemeteran.

Gak tau harus gimana lagi, yang jelas aku takut menyesal kalau ternyata aku gak berhasil mengutarakan pada dia semua. Karena yang aku tau "kalau emang sayang ya bilang, sebelum ke duluan orang"

Berpesan agar semua yang aku mau bisa aku simpan dalam doa, begitu isi chat yang dia kasih waktu aku ngedumel sebelum akhirnya aku berhasil jujur tentang perasaanku padanya, entah ini perasaan sesaat atau emang perasaan yang serius.

Mungkin empat bulan waktu yang cukup untuk menjawab semuanya. Empat bulan yang akan menjadi penentu. Dan, empat bulan aku akan rantau lagi di kota orang bahkan lebih dari empat bulan itu.

==========

Tiga hari setelah itu, aku tak mendapat kabar dia. Hilang kontak, sepi, dan merasa ada yang hilang di hari-hariku walaupun cuma di chat. Yang aku tau, dia lagi asik liburan dengan teman-temannya.

==========

Tiba lah malam ini, (dimana esok pagi ada rapat lagi) yaps malam minggu, yang jelas aku lagi gak sendiri, karena malam ini aku melaluinya bersama warga di RT ku.

Ku nyalakan mobile data di hp ku, kupikir ada late notifikasi masuk, ternyata itu adalah notifikasi baru. Sebuah mention dari dia, yang belom sempat ku balas dan dia langsung mengirim direct message yang memintaku memberi kabar di grup chat organisasi bahwa hpnya rusak dan kalau bisa aku sms dia biar dia jelasin semua.

==========

Minggu malamnya, satu hari setelah dia mengabari aku lagi, aku bertemu lagi dengan dia di sebuah acara yang mungkin akan rutin diadakan oleh organisasi itu.

Tak ada yang kuharapkan lebih, karena sms kemarin pun yang ku kirim gak ada yang dia balas. Hingga muncul satu sms, "sar tadi ngeliat gue?"

Iya jelas keliatan, hati ini gak bisa boong kalau emang selalu dia dan masih dia yang paling awal aku cari agar aku bisa melihatnya.

==========

Sms pun gak berlanjut karena sinyal dia gak mendukung, pending. Aku bisa apa. Tak lama sms dia masuk "nih add line gue yang satunya aja, usernya ......."

Ah harapan, kembali muncul dan kembali membuatku baper.

==========

Namun, kebaperan ku kadang ku ikhlasan begitu saja dalam doa seperti yang dia katakan.

Gak bertahan lama emang mengikhlaskan kebaperan, namanya pernah berharap walaupun sebelah tangan doang ya tetep aja. Hati gak bisa boong.

==========

Selalu dan selalu saat harapan sudah hampir hilang, dia datang. Entah apa yang membuat dia sms ku pagi ini, ya emang bukan sms personal yang bikin baper tapi namanya seneng orang di harapkan ngesms bisa tiba-tiba sms ya tetep weh ya seneng.

Kata orang yang entah kubaca atau kudengar "seseorang itu ada di prioritas orang lain, saat orang lain itu lagi ada di saat susah" ya simplenya gitu, ngerti kan maksudnya?

Jadi, ceritanya gini, pagi itu dia sms minta tolong beliin pulsa, karena aku baru saja beli pulsa dan males keluar lagi, aku pun mentransfer pulsa ku saja. Dan ngomong-ngomong, kenapa harus ke aku ya sms minta pulsanya? Emang aku ada di prioritas dia atau karena aku bisa disuruh seenaknya saja sama dia? Entah ya, kadang aku malas membicarakan yang serius lagi dengan dia, si bengbeng.

==========

Karena pulsa aku dekat lagi dengan dia, ya emang sesaat doang sih. Hingga akhirnya aku pun baper lagi. Seperti saat ini, saat aku menulis cerita ini. Eh bukan cerita juga deng, gak tau apalah ini namanya.

==========

Ya mungkin cerita aku dan dia hanya sebatas bengbeng, yang selalu manis. Dan akan tetap manis kapan pun dimakannya. Walaupun gak tau manisnya bengbeng itu bertahan hingga berapa lama.

Aku merindukan manisnya bengbeng seperti aku merindukan manisnya kedekatan ku dengannya beberapa waktu lalu. Aku mengharapkan manisnya bengbeng agar mampu menemani hari-hariku seperti aku mengharapkan manisnya chat dia yang selalu menemani hari-hariku. Aku pun mengucap dalam doa dan berharap pada diam agar manisnya bengbeng menjadi manis di kehidupan ku sebenarnya.

Entah kapan, semoga manisnya bengbeng bisa benar-benar manis di kehidupanku selanjutnya yang masih kuharapkan masih dengan dia.

Btw jam segini laper, enak kayanya kalau ada yang ngirim bengbeng nih. Hahaha ngarep.

Selasa, 04 Agustus 2015

Tak Kenal Maka Tak Baper

Kenalan abis itu lanjut deket sama lawan jenis? Siapa sih yang gak mau, apalagi kalau emang disitu kita lagi ada di posisi butuh pendukung. Ya seperti biasa awal kenalan pasti manis-manis deh, kadang juga kaku karena gak biasa memulai sesuatu.

Saat ini kenalan itu sebagian lewat dunia maya, aplikasi android dan situs web lainnya. Canggih, tapi kalau kalian gak hati-hati kalian yang akan kena dampaknya. Gak cuma sekali loh kasusnya, di berita juga kan udah sering ada, penculikan, penipuan, yaudah sih itu aja yang aku tau biasanya di berita.

Kalau perkenalan berjalan mulus biasanya lanjut modus, atau mungkin tulus kalau emang mau serius. Tapi gak semudah itu, semua berproses hingga nyaman hadir diantara dua insan yang sudah berkenalan tadi. Mau orangnya kaya gimana pun, kadang ada sifat jeleknya ya tetep aja, kalau emang dia udah bisa bikin nyaman mau orang ngomong apa, gak peduli.

Semua kenalan juga gak berakhir bahagia, banyak yang tiba-tiba baru ngerasa mulus perkenalan eh satu pihak meninggalkan. Entah karena alasan apa. Ya emang katanya semua pertemuan berakhir perpisahan, tapi gak gitu juga cara berpisahnya, kita juga punya hati kan. Duh.

Berbagai macam jenis sifat manusia pun dapat kita kenal, walaupun gak kenalan dalam posisi kita kenalan langsung, ya contohnya pas kalian denger temen kalian nyeritain temennya yang lain, mau gak mau kalian harus bisa ngertiin sifat temen yang temen kalian cerita itu biar tau apa solusi atau saran yang nantinya bisa di kasih buat temen kalian.

Ngerti gak maksudnya gimana? Ya kalau gak ngerti abaikan aja, bingung ngerangkai kata juga emang disitu haha.

Kadang juga bingung, kenapa Allah mempertemukan dua sifat orang yang beda jauh dihadapan kita? Terlebih ini lawan jenis, yang harapannya bisa ada buat nemenin hari-hari kita.

Contohnya berkenalan dengan orang cuek, agak gemes emang, sampai akhirnya kita gak sabar dan kadang harus nekat buat menyampaikan perasaan yang ada sebenernya di diri kita sama dia. Kalau gak gitu? Mungkin akan jadi rel kereta, selalu berdampingan tapi tak bersatu, kalaupun bersatu kadang cuma dipake buat puter balik.

Tapi, jangan sia-siain orang cuek, dalam cueknya yang kadang gak peduli malah sebenernya dia yang lebih peduli, setidaknya mereka peduli dalam diam dengan memberikan doa. Cueknya yang bikin gemes, kadang kalau lagi ngasih sesuatu yang gak kita kira-kira, suka keliatan lebih romantis daripada orang-orang romantis yang ada.

Mau deket sama orang cuek juga, harus bisa berani ngomong, biar ada kepastian diantara kalian dan kenalan kalian itu. Kalau buat cowok gak masalah mungkin, tapi yang cewek kadang gengsi. Masih mau gengsi terus? Kalau bukan kalian yang ngomong, kapan dong majunya? Lanjutkan sendiri persepsi kalian pokoknya buat orang cuek, karena kenalan sama orang cuek kadang kaya main teka-teki.

Tapi kenalan sama orang yang gak cuek lebih bikin pusing, terlebih dia punya prinsip baik ke semua orang. Bagus sih prinsipnya, tapi (disini sudut pandang aku nih ya) kalau misalkan cowok punya prinsip kaya gitu, masih bisa dibilang baik?

Contohnya gini, wajar kalau sama temen cowok dia baik, tapi kalau sana sini punya kenalan cewek banyak, anggap lah temenan, masa sih baik ke semua cewek kalau gak pake rasa berlebih? Astagfirullah suudzon. Ya bukan apa-apa, beruntung kalau kita gak sampai baper ke si cowok itu, nah kalau yang gampang baper kan nanggepnya beda. Kalau udah beda gitu, siapa yang sakit? Harus cewek lagi? Duh kasian.

Namanya juga gampang baper, mau dihalangi pake topeng apa pun juga baper tetep aja baper. Beruntung kalau si lawan jenis punya perasaan yang sama, kalau gak? Mungkin perpisahan akan hadir dalam beberapa hari. Coming soon pokoknya mah kaya di bioskop-bioskop gitu.

Kenalan emang gak selalu manis tapi kenalan menghadirkan sesuatu yang kadang bikin senyum-senyum meringis hingga akhirnya kenalan itu suka berakhir tragis yang bikin kita nangis.

Kenalan mengenalkan kita pada orang yang menurut kita bener tapi menurut Allah kadang salah, sampai orang itu emang harus pisah dari kita. Kenalan mengenalkan kita pada orang yang menurut kita salah tapi menurut Allah kadang bener, sampai orang itu emang harus selalu ada disamping kita walaupun just friend.

Selamat berkenalan, semoga kenalan kalian tak berakhir tangisan.

Note: di pepatah ada kalimat "tak kenal maka tak sayang" nah terus kita udah saling kenal tapi kok kita belom saling sayang ya? Udah gitu aja sih.

Ada Seperti Tak Ada

Entah cuma aku atau semua orang merasakannya, iya merasakan ingin dianggap ada. Mulai dari dianggap ada di keluarga, di masyarakat atau mungkin meluas di dunia. 

Mungkin tanpa sadar banyak orang yang telah melakukan berbagai kegiatan agar bisa dianggap ada oleh dunia orang lain, bukan hanya dunianya sendiri. Salah satu yang sering dengan kegiatan cari sensasi kayanya, menurut kita yang normal dapat dianggap kegiatan yang diluar batas kewajaran, berani malu buktinya. Atau dengan kegiatan yang banyak dilakukan kebanyakan remaja sekarang, menjadi hitz. Yang semua tempat nongkrongnya di apdet, sebelum berangkat kemana juga outfitnya di apdet, yang katanya udah ngefollow ternyata belom, ya mungkin dengan begitu mereka merasa ada. Atau di dunia nyata, dengan masuk organisasi kalian berharap bisa dianggap ada, mungkin lewat ide-ide kalian yang bagus untuk organisasi, lewat bakat kalian yang bisa disalurkan dalam sebuah organisasi itu, namun tak jarang tetap saja gagal, karena lebih banyak yang telah dianggap ada oleh masyarakat lainnya sebelum mereka masuk ke dalam organisasi, contoh yang gagal? See me.

Gak ngerti sih apa yang salah, sepertinya lagi kurang bersyukur saat ini. Bisa masuk organisasi dan ngasah kerjasama disana aja, aku sudah termasuk yang dianggap ada, karena diluar sana itu masih ada (banyak) yang harus mencari cara bagaimana bila dia ingin dianggap ada.

Satu sisi, walaupun sudah ingat akan hal itu, rasa tak adil pun kadang muncul. Hal kecil mungkin menurut sebagian orang gak penting tapi buat ku itu penting. Karena, KALAU HAL KECIL AJA KALIAN DIANGGAP SEPERTI TAK ADA, BAGAIMANA BILA DIHADAPKAN DENGAN HAL BESAR? Think again.

Contoh ketidakadilan yang mungkin kalian rasakan, anggap kalian sibuk diluar kota namun sedang ada dalam keadaan pulang menuju rumah asal kalian karena libur yang diberikan oleh tempat rantau kalian, singkat cerita dalam keadaan jarak jauh pun kalian mengamati apa aja yang udah terjadi sama organisasi itu, ya dengan banyak aplikasi yang disediakan android kalian juga mengerti pastinya, salah satunya itu whatsapp, aplikasi itu buat chat dan menjadi chat grup pun bisa, but, tak semudah itu kalian dianggap ada, di grup itu lebih banyak orang yang sudah dikenal di dunia nyata sebelum menjadi orang dunia maya, jadi sama aja mengundang orang yang udah dianggap ada ke dalam sebuah grup chat.

Berbagai bahasan bermutu dibahas, sampai biasanya acara pun sebagai bagian dari sebuah ide menjadi bahasan yang dibahas dalam grup chat itu. Ratusan atau bahkan ribuan chat menumpuk. Dalam satu kesempatan ternyata membahas acara yang sebentar lagi akan dilaksanakan, entah kapan, karena emang gak ada tanggal yang dilontarkan dalam grup tersebut. Menunggu, no komen dan silent reader, itu aku, karena aku merasa kegiatan terakhir yang dilakukan organisasi aja aku diundang masa iya yang sekarang gak?

Kenyataannya, duh, kecewa. Ternyata beberapa teman ku apdet foto di dalam acara organisasi, lalu aku? Cuma bisa ngeliat hasil fotonya aja. Bisa ya gitu, iya lah bisa, karena aku ada seperti tak ada, aku selalu dianggap ada di kota rantauku tanpa ditanya terlebih dahulu aku sedang dimana.

Padahal dalam keaadaan libur itu, aku butuh kegiatan, terlalu bosan aku di rumah, terlalu sesak tanpa kegiatan yang bisa kubantu. Yaudah aku bisa apa, toh mungkin ini adanya aku yang ingin dianggap ada namun selalu gagal. Duh.

Lanjutnya, organisasi di rumah pun tak kalah seperti organisasi pertama. Singkat cerita, organisasi ini baru terbentuk dan biasa lah ingin buat grup chat, jadi satu grup chat di line. Tapi sayangnya, diundang masuk grup itu pun gak, entah cuma aku atau banyak yang lainnya di luar sana yang gak diundang. Terus kenapa aku bisa tau kalau organisasi itu punya grup chat? Hal mudah, itu karena temanku yang bisa dianggap tak sengaja cerita ketika kami sedang berkumpul.

Terserah lah dengan berbagai ketidakadilan bagiku, emang dasarnya aja kurang bersyukur. Entah usaha apa lagi yang harus dilakukan, aku terlalu muak berusaha agar dianggap ada namun terlalu sering dianggap seperti tak ada. Putus asa, mungkin pada akhirnya begitu.

Mungkin dengan tulisan ini kalian yang sering menyepelekan orang lain, coba rangkul orang sekitar kalian, karena buat kalian yang selalu dianggap ada kalian gak perlu susah berusaha mencari cara agar dianggap ada.

Dan terpenting dalam tulisan ini, aku cuma berharap kalian baca isinya sampai sini dan setelah dibaca mengerti lah kalian yang selalu dianggap ada, bahwa orang yang selalu dianggap seperti tak ada itu lah yang mungkin selalu menyemangati kalian.

Semoga kalian yang selalu dianggap seperti tak ada bisa menemukan cara agar kalian cepat dianggap ada dan menjadi selalu dianggap ada di dunia orang lain bukan hanya di dunia kalian sendiri.

Menulis lah seperti ini, jika kalian bingung cara apa yang ingin kalian lakukan agar bisa dianggap ada. Karena dengan begini, aku pun berharap aku dianggap ada. Menulis lah walau kadang tulisannya masih tak sesuai ejaan Indonesia yang benar, selamat mencoba untuk kalian yang selalu dianggap seperti tak ada, aku tau rasanya dianggap seperti tak ada.

Jumat, 24 Juli 2015

Menciptakan Kebahagiaan

Remaja, katanya masa yang paling gak bisa dilewatin gitu aja. Dari yang tadinya anak-anak kemudian mulai beranjak dewasa. Beberapa tahun kebelakang sih kurang lebih 12 tahun baru bisa dibilang remaja, beda dengan tahun sekarang yang mulai canggih teknologinya dimana anak-anak kecil pun terbiasa dengan gadgetnya. Oke cukup dengan perbedaan itu.

Sekarang lanjut bahas remaja. Remaja itu pasti gak asing deh sama yang namanya "pacaran" ya walaupun sebenarnya dalam Islam (bagi mereka remaja yang beragama Islam) tentu pacaran itu dilarang karena mendekati zina. Entah siapa atau dari kapan pacaran mulai dihalalkan dan berkembang, ya lambat laun saat musimnya FTV, romantisme sepasang kekasih yang belum menjadi halalnya menjadi banyak disiarkan melalui cerita FTV.

Mungkin awalnya tak berpengaruh apa-apa bagi para remaja, namun tak jarang para remaja tersebut banyak yang mengikuti kisah seperti yang ada di FTV. Mulai dari lirik-lirikan, pegangan tangan, memberi pelukan kepada lawan jenis, atau hingga terekstrimnya para pembaca mungkin paham yang akan terjadi selanjutnya.

Ya walaupun tak semua FTV memberikan dampak negatif dan kadang juga memberikan jalan cerita yang berlebihan seperti tukang pecel yang bisa pacaran dengan anak orang kaya tapi anak orang kaya tersebut awalnya berpura-pura miskin agar dapat mendekati tukang pecel yang kemudian ketauan karena bohong berpura-pura miskin kemudian mereka berjauhan lalu tiba-tiba kedua orang tersebut (tukang pecel dan orang kaya) sama-sama merindu yang tak lama kemudian dipertemukan secara tidak sengaja hingga endingnya pun bahagia. Yakali hidup bisa seindah jalan cerita FTV. Oke cukup tentang FTV.

Lanjutnya, mungkin banyak dari kalian yang terlanjur masuk ke zona pacaran atau korban FTV lah kerennya. Namun, di kehidupan nyata nih ya, coba acungin tangan yang punya jalan cerita kaya FTV? Pasti ke hitung deh. Jadi, gak seberapa kan tuh yang bahagia kaya di FTV, gak usah sedih toh kegagalan dalam pacaran siapa tau bikin kalian para remaja berpikir lebih dewasa agar tidak mudah terpengaruh dengan janji-janji manis yang bikin melting.

Emang gak mudah sih nahan godaannya, apalagi kalau udah ada lawan jenis yang ngasih perhatian lebih, terus bikin nyaman, siapa juga yakan yang mau nolak buat milikin dia. Terus kalau udah terlanjur milikin gak taunya patah hati di tengah jalan gimana? Oke baru jalan sebulan dua bulan, kadang masih gampang beberes hatinya yang sakit biar sembuh, lah kalo terlanjur setahun? Dua tahun? Atau bahkan lebih? Bisa beresin cepet tuh hati yang hancur?

Gak jarang loh yang mendadak frustasi karena cintanya hilang gitu aja, karena yang ia miliki melukai dan meninggalkan gitu aja, atau mungkin karena kekasihnya tersebut bosan, duh anak-anak sekali alasannya. Untuk saat ini kalau udah terlanjur frustasi gitu masih belum tau solusi yang tepat itu apa, tapi seenggaknya aku bantu dengan sebisa ku aja ya.

Galau, iya pasti galau. Wajar. Nah kalau udah gini, pasti baper nih, kalau gak berharap bisa balikan seenggaknya dia sang mantan pasti kalian harapkan bisa berubah jadi dia yang dulu. Duh yaampun, mimpi. Kalau emang masih bisa kalian harapkan dan dia bisa berubah silahkan kembali. Kalau udah kembali dia berubah jadi dia yang hilang lagi begitu aja, yakin kamu masih bisa bertahan? Ya aku tau bisa, tapi yakin mau tetap bertahan pada orang itu yang jelas-jelas melukai kemudian menyembuhkan lalu melukai lagi, begitu terus hingga akhirnya kalian akan nyaman dengan segala tingkah laku dia yang menyebalkan itu.

Galau boleh tapi tolong gak berlarut-larut, hidup kalian bukan bergantung dengan mantan itu saja, ada orang lain di luar sana yang siap membahagiakanmu lebih dari dia. Think again. Walaupun bukan sosok seorang kekasih lagi sebagai pengganti dia, kalian punya sahabat, kalian punya keluarga, itu lebih dari cukup. Senyaman-nyamannya kalian dengan tingkah laku menjengkalkan dia masih lebih bahagia kalau kalian bisa meninggalkan zona nyaman tersebut dan kalian berusaha membuka diri kepada orang lain (minimal sahabat kalian) agar kalian bisa memulai kenyamanan bersama orang yang jelas-jelas bisa membahagiakan kalian.

Bukan waktu singkat agar nyaman sama orang lain terbentuk ketika kalian memustuskan untuk keluar zona nyaman dari tingkah laku menjengkalkan dia. Sebulan pertama mungkin kalian akan merindukan si dia yang melukai, bulan kedua pun tak jarang kalian juga merindukannya, entah dianya atau kenangan bersamanya, bulan ketiga ya kalian mampu keluar dari zona nyaman tersebut perlahan-lahan walaupun kenangan bersamanya suka hadir tiba-tiba ketika kalian merasa sendiri, bulan keempat ini adalah bulan dimana kalian mulai kembali menjadi kalian yang bisa meneruskan hidup kalian lagi seperti dulu tanpa dia dan kalian akan merasa lebih bahagia berada diantara sahabat-sahabat kalian.

Ya mungkin ceritanya akan beda bila kalian bisa menemukan pengganti yang telah melukai kalian lebih dulu sebelum bulan keempat. Tapi balik lagi ke kalian, siap terluka lagi atau tidak? Karena namanya juga pacaran, mau sebanyak apapun tulisam tentang pacaran biar awet, pacaran tahan lama, pacaran langgeng, itu semua gak penting juga sih kalau emang ternyata dia pacar kalian itu bukan jodoh kalian. Dan ngomongin jodoh maaf aja belum bisa dilanjutin toh yang nulisnya juga belum ketemu sama jodohnya. Deuh malah curhat.

Dan untuk penutupnya, coba lah menjadi remaja yang pintar dalam menjaga diri. Kalau mampu lebih jaga hati juga biar gak jadi korban FTV seperti kebanyakan remaja. Sampai jumpa para pembaca dan para remaja, semoga kita di takdirkan bisa bertemu agar dapat saling mengenal satu sama lain dan bisa menambah teman yang nyata tak sekedar teman dunia maya. Kalau mau curhat, cari aku atau sosial media ku di profil. Kalau bisa kubantu, akan kubantu.

Sabtu, 27 Juni 2015

Curug Putri Kencana - Sentul, Bogor

Puasa? Bukan alesan buat males-malesan lah ya. Kalau emang bisa explore tempat seru dan siapa tau tempat itu hitz someday, kan gak nyesel kalau kalian pernah kesana sebelum orang lain kenal tempat itu. Nah kali ini Sarah cuma mau ceritain aja perjalanan ya dianggap gagal tapi tergantikan dengan keindahan yang lain. Awalnya ngeliat di instagram, path atau dp bbm temen yang explore Leuwi Hejo di daerah Sentul, berhubung penasaran coba search di google rutenya, oke gak asing karena sebelumnya Sarah pernah ke daerah situ buat foto buku tahunan SMA yang agak gagal singkatnya.

Karena penasaran itu, Sarah coba ajak siapa pun yang kira-kira mau dan bisa ngendarain motor, ya gini derita yang belom bisa ngendarain motor sendiri, jadi mau kemana-mana susah deh. Gagal ngajak siapa pun saat itu, sebelum puasa padahal ini juga ngajaknya tapi yaudah lah mungkin belum waktunya buat jalan-jalan. Singkat cerita nih awal puasa tuh kan, entah semangat banget buat sahur sampai gak kepengen buat tidur, yang biasanya abis shalat Subuh tidur ini gak. Tiba-tiba hp berdering gitu, lupa jam berapa, kira-kira setengah enam pagi lah. Ternyata kak Ria, kakak kelas di SMA yang entah kenapa jadi deket dan sering jalan-jalan bareng tapi belum pernah kalau naik gunung bareng, padahal dia anak gunung. Kita singkat lagi deh nih ceritanya, ya dengan endingnya kita siap-siap buat ke Leuwi Hejo itu.Yuhuuu. Horeee. Alhamdulillah.

Berhubung kita pernah ke Jungleland bareng jadi kita tau arah jalannya. Tapi pas ngikutin di rute dari google agak beda, oke kita ikutin rutenya. Dan...ngeselin ternyata arah rute dari google itu bisa nembus di Jungleland, anggap aja ini kena tipu. Next kita tetep ikutin rute dari google dan ternyata Sarah pernah ke arah situ pas nyasar waktu mau foto buku tahunan, ngeselin lagi kan tuh. Sampe di sebuah jembatan gitu deh, kita (ya Sarah sama kak Ria) mau foto-foto tadinya tapi tiba-tiba ada cowok negor gitu, dia ngajak ke curug yang katanya lebih bagus dari Leuwi Hejo dan lebih deket, dengan kepolosan kita ya kita percaya tuh, kita ikutin cowok itu yang kita kira awalnya bareng temennya mau ngelamar kerja bareng, gak taunya itu adenya dan mereka dateng dari Jakarta, lupa Jakarta mananya deh.

Sampai lah di tempat tujuan, bayar tiket masuk 10.000 per orang, parkir motor, bayar parkir motor 5.000 per motor, lanjut kenalan dengan kedua cowok tadi yang namanya Rezha dan Anjas baru lanjut jalan. Di papan sebelum parkir motor sih banyak nama leuwi gitu, tapi entah itu dimananya aja yang penting mah sampai ke lokasi itu juga bikin seneng. Singkat ceritanya lagi nih, iya kita (Sarah sama kak Ria) ditantang buat jalan ke curugnya ya dengan waktu kurang lebih sejam, kata Rezha. Kita oke oke aja, terusin jalan deh. Sampai di curugnya dan itu something, airnya yang lumayan deras dan jernih bikin betah, gak peduli akhirnya celana kita pun basah selutut. Nikmatin aja yakan siang-siang dalem air, kalau diterusin mau nyemplung seluruh badan sih ya mau mau aja, sayangnya lupa bawa baju ganti. Nyesel kan tuh. Kasian.

Buat yang suka main ke curug ini cocok loh buat refrensi kalian, kalau buat para pemula sih ya seenggaknya kalian gak lupa bawa baju ganti lah biar gak nyesel kaya Sarah. Cukup dulu segini ya ceritanya, nih dibawah Sarah kasih foto-foto biar bikin penasaran sama sekalian rutenya tapi yang dari arah rumah Sarah aja ya rutenya, ada sedikit copy juga dari google sih ini hahaha. Salam petualang!

RUTE MELALUI SENTUL CITY DAN BABAKAN MADANG.
Rute dari arah Bojonggede, menuju Pemda Cibinong, pertigaan lampu merah (depan Cibinong City Mall) belok ke kanan, ikutin jalan aja sampai nanti ada arah ke sirkuit sentul (lampu merah lagi, belok kiri, langsung aja gas, kan belok kiri langsung), gas lagi tuh sampai nanti kalian depan sirkuit sentul, setelah itu kalian belok kanan arah babakan madang, nah lurus aja dari situ ikutin jalan, pas masuk ke Sentul City setelah Giant ada jalan turun ke bawah menuju arah pertigaan Rainbow Hills Golf dan Polsek Babakan Madang, belok kiri ke arah Polsek tersebut, lurus aja ikutin jalan lagi sampai bertemu pertigaan yang ada petunjuk jalan Gunung Pancar dan Pasar Babakan Madang, kalian belok ke kanan arah Gunung Pancar, lurus terus ikutin jalan yang kurang stabil itu, kalau udah ada pertigaan lagi kalian ambil kiri ke arah Karang Tengah, karena kalau lurus itu ke arah Gunung Pancar, follow the way aja lah sampai nanti ada spanduk "Curug Putri Kencana". Posisi sebelah kanan jalan, harus hati-hati karena jalannya bikin kalian gak betah di kendaraan kalian sendiri, dahsyat lah, buktiin sendiri aja yaaa.

Nih tambahan, buat kalian yang ngerti jalan ke Jungleland, mending lewat dalam daerah Sentul City aja daripada ikutin jalan ke bawah setelah Giant, ngehemat waktu juga kayanya. Kalau udah sampai depan Jungleland, nah kalian ambil kanan tuh abis itu baru ikutin jalan aja sampai ketemu pertigaan Gunung pancar dan Karang Tengah. Ikutin aja rute kaya diatas deh dari pertigaan itu. Cukup kan? Kalau masih kurang ngerti, line aja Sarahnya (LineID: saraphaaan), insyaAllah dibantu ngasih tau jalannya kalau pas Sarah tau jalannya. Ya maklum, jarang ada yang ngajak jalan-jalan di Bogor abisnya, jadi suka gak tau jalan deh. Selamat menikmati indahnya alam Bogor!

Keliatan kan bahagianya tuh haha

Seger kan ya, dingin banget, bikin rileks nih

Ininih kak Ria, tetap bahagia setelah sejam jalan kaki dan panassss

yang jaket merah itu Rezha kakaknya, yang jaket arsenal itu Anjas adenya


Rabu, 17 Juni 2015

Isyana Saravati - Tetap Dalam Jiwa

Lirik Lagu Isyana Sarasvati - Tetap Dalam Jiwa

Tak pernah terbayang akan
Jadi seperti ini pada akhirnya
Semua waktu yang pernah kita
Lewati bersama nyata hilang dan sirna

Hitam putih berlalu, janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita, lewati tuk dapatkan
Semua jawaban ini

Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Memang tak mudah tapi ku tegar
Menjalani kosongnya hati
Buanglah mimpi kita yang pernah terjadi
Dan simpan tuk jadi history

Hitam putih berlalu, janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita, lewati tuk dapatkan
Semua jawaban ini

Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (Dunia kita berbeda)
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (Dunia kita berbedaaa~)
Tak bisa tuk teruskan (Ooo~)
Dunia kita berbeda (Berbedaaa~)
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (Ooo~)

Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Selasa, 02 Juni 2015

Ilmu Tasawuf: Sejarah dan Perkembangan Tarekat



ILMU TASAWUF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Tasawuf

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Puji Mayasari (1144040069)
Reva Nur Aprilia (1144040071)
Rifki Taufik Rahman (1144040073)
Sarah Azzahra (1144040079)
Shalma Rizky Amalia (1144040080)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke hadirat Rasulullah saw yang membimbing kita menuju jalan yang diridhoi oleh-Nya.
Terima kasih kepada dosen pengampu selaku pembimbing mata kuliah Ilmu Tasawuf yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Tarekat” ini. Dalam pembuatan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai Sejarah dan Perkembangan Tarekat. Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa/i Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Penulis juga mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca. Karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Bandung, 23 April 2015

Penyusun        
 

Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................            i
Daftar Isi         .......................................................................................................................           ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................................................           1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................................           1
C.     Tujuan Penulisan Makalah...............................................................................................           2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Tarekat...............................................................................................................           3
B.     Unsur-Unsur Terbentuknya Tarekat................................................................................           5
C.     Sejarah dan Perkembangan Tarekat.................................................................................           7
D.    Perkembangan Tarekat di Indonesia................................................................................           9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................................................         11
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Tarekat merupakan bagian dari ilmu tasawuf. Namun tak semua orang yang mempelajari tasawuf terlebih lagi belum mengenal tasawuf akan faham sepenuhnya tentang tarekat. Banyak orang yang memandang tarekat secara sekilas akan menganggapnya sebagai ajaran yang diadakan di luar Islam (bid’ah), padahal tarekat itu sendiri merupakan pelaksanaan dari peraturan-peraturan syari’at Islam yang sah. Namun perlu kehati-hatian  juga karena tidak sedikit tarekat-tarekat yang dikembangkan dan dicampuradukkan dengan ajaran-ajaran yang menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. Oleh sebab itu, perlu diketahui bahwa ada pengklasifikasian antara tarekat muktabarah (yang dianggap sah) dan ghairu muktabarah (yang tidak dianggap sah).
Memang seluk-beluk tarekat tidak bisa dijabarkan dengan mudah karena setiap tarekat-tarekat tersebut memiliki filsafat dan cara pelaksanaan amal ibadah masing-masing. Oleh karena itu, penulis berusaha menjelaskan tentang tarekat dalam makalah ini. Meskipun makalah ini tidak bisa memuat hal-hal yang berkaitan dengan tarekat secara menyeluruh, tapi paling tidak makalah ini cukup mampu untuk memperkenalkan kita pada terekat tersebut.
B.   Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari tarekat?
2.      Apa saja yang termasuk unsur-unsur terbentuknya tarekat?
3.      Bagaimana sejarah dan perkembangan tarekat?
4.      Bagaimana perkembangan tarekat di Indonesia?
C.   Tujuan Penulisan Makalah
1.      Agar mengetahui definisi dari tarekat.
2.      Agar mengetahui dan memahami unsur-unsur terbentuknya tarekat.
3.      Agar mengetahui sejarah dan perkembangan tarekat.
4.      Agar mengetahui perkembangan tarekat di Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Tarekat
Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode. Dalam terminologi sufistik, tarekat adalah jalan atau metode khusus untuk mencapai tujuan spiritual.[1]
Secara terminologis, menurut Mircea Aliade, kata thariqah digunakan dalam dunia tasawuf sebagai jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau, metode psikologis-moral dalam membimbing seseorang untuk mengenali Tuhannya. Sedangkan J.S. Trimingham menyatakan bahwa tarekat adalah “a practical method (other terms were madhhab, ri’ayah and suluk) to guide a seeker by tracing a way of thought, feeling and action, leading a succession of stages (maqamat, an integral association with psycological experience called ‘states,’ ahwal) to experience of Divine Reality (haqiqa)” –metode praktis (bentuk-bentuk lainnya, mazhab, ri’ayah dan suluk) untuk membimbing murid dengan menggunakan pikiran, perasaan dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan (maqamat, kesatuan yang utuh dari pengalaman jiwa yang disebut ‘states,’ ahwal) secara beruntun untuk merasakan hakikat Tuhan.”[2]




Adapun “tarekat” menurut istilah ulama Tasawuf:
1.      Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.
2.      Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu tujuan.[3]
Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut di atas, jelaslah bahwa tarekat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.[4]
Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan bahwa tarekat itu mensistematiskan ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya pembantu Syaikh (khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).[5]
Menurut Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy, tarekat adalah pengalaman syari’at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.[6]
Namun, dalam perkembangannya pengertian tarekat mengalami perluasan, tarekat bukan hanya suatu jalan yang dilalui oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi tarekat menjadi suatu organisasi yang melembaga dikalangan para pengikut tarekat tersebut. Tarekat yang sudah menjadi sesuatu yang lembaga dipimpin oleh seorang syekh yang mengajarkan tentang tata cara melakukan ibadah yang terdapat dalam tarekat tersebut. Pada intinya tarekat itu lebih terstruktur daripada tasawuf.
Apabila dihubungkan antara tasawuf dan tarekat, hubungan yang ada di dalamnya adalah tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tarekat merupakan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
B.   Unsur-Unsur Terbentuknya Tarekat
Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar terbentuknya sebuah tarekat. Kelima hal tersebut adalah:
1.      Mursyid
Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah terbuka tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau pir bertugas menemani dan membimbing para penempuh jalan spiritual untuk mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri sang guru. Guru spiritual itu kadang disebut dengan istilah thayr al-quds (burung suci) atau Khidir. Dalam tarekat, bimbingan guru yang telah mengalami perjalanan rohani secara pribadi dan mengetahui prosedur-prosedur setiap mikraj rohani adalah sangat penting.[7]
2.      Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya, bahwa ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru, tanpa “reserve”.[8]

3.      Silsilah
Silsilah tarekat adalah “nisbah”, hubungan guru terdahulu sambung-menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada sebab bimbingan keruhanian yang diambil dari guru-guru itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti tarekat itu terputus dan palsu, bukan warisan dari Nabi.[9]
4.      Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat) dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya, maka orang tersebut mudah tersesat.[10]
5.      Ajaran
Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan dalam sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki kekhasan ajaran dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama kepada murid-muridnya.[11]




C.   Sejarah dan Perkembangan Tarekat
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Atau, Nabi saw. memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil dan tahmid. Pada sahabat B, Muhammad memerintahkan untuk banyak membaca ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah itu disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan dengan faktor psikologis.[12]
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi, dilanjutkan mulai ada formulasi syariah. Abad kedua Hijriyah mulai muncul tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India, maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke-2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syariat, tahriqat, haqiqat, dan makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan batn (hati), haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatanNya. Orang yang telah sampai ke tingkat makrifat dinamakan wali. Kemampuan luar biasa yang dimilikinya disebut karamat atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinya hal-hal yang luar biasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup maupun sudah meninggal. Syaikh Abdul Qadir Jaelani (471-561/1078-1168) menurut pandangan sufi adalah wali tertinggi disebut quthub al-auliya (wali quthub).[13]
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atau ribath.[14]
Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada awalnya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam. Dari sinilah terbentuk suatu tarekat, dalam pengertian “jalan menuju tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat. Pada tahap ini, tarekat dimaknai sebagai “organisasi sejumlah orang yang berusaha mengikuti kehidupan tasawuf”.
Dengan demikian, di dunia islam dikenal beberapa tarekat besar, seperti Tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, Tijaniyah, Idrisiyah, dan Rifaiyah.[15]
Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair mu’tabarah). Penjelasan dari keduanya yaitu: “Suatu tarekat dianggap sah (mu’tabarah) jika memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (ghair al-mu’tabarah).”[16]
D.   Perkembangan Tarekat di Indonesia
Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia, sama tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di kawasan ini. Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Hal itu dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem komunikasi dalam kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langung oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India. Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas Muslim pertama di Indonesia.
Adapun murid-murid yang mengajarkan tarekat setelah berguru di mekkah mereka adalah:
1.      Fansuri, adalah syaikh tarekat Qadiriyah
2.      Al-Raniri adalah syaikh tarekat Riffaiyah
3.      Abdul Al-Rouf Sinkel adalah syaikh tarekat Syattariyah
4.      Al-Palimbani adalah syaikh tarekat Sammaniyah. Bahkan yang disebut terakhir mengarang buku khusus yang menjelaskan kaidah dan syarat-syarat untuk menjadi pengikut Sammaniyah. Mereka merupakan syaikh yang memperkenalkan tarekat-tarekat tersebut di Indonesia.[17]
Di antara tarekat-tarekat yang umumnya memperoleh simpati dan banyak pendukungnya di Indonesia adalah tarekat Khalwatiyah, Syatariyah, Qadiriyah, dan ‘Alawiyah. Khalwatiyah kebanyakan pengikutnya berasal dari Sulawesi Selatan, tarekat Syatariyah kebanyakan muridnya dari Sumatera Selatan, kemudian tarekat Qadiriyah banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, sementara itu tarekat ‘Alawiyah tersebar di Indonesia melalui keturunan ‘Alawiyyin dan murid-muridnya.
Di samping itu, terdapat pula tarekat Naqsabandiyah yang merupakan tarekat terbesar di Indonesia, Syadziliyah, Rifa’iyah, Idrisiyah, Sanusiyah, Tijaniyah, dan Aidrusiyah.
Petunjuk tentang penyebaran dan diterimanya tarekat-tarekat ini oleh masyarakat  Indonesia adalah bahwa kebanyakan ulama yang kembali dari Hijaz menganut tarekat tersebut dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh sebab itu, bentuk tarekat di Indonesia, seperti halnya di negeri muslim, tidak lain merupakan kesinambungan dari tasawuf suni Al-Ghazali.
Selanjutnya, ada pula tarekat-tarekat yang bersifat lokal dalam arti tidak berafeliasi kepada salah satu tarekat populer di negeri lain, seperti tarekat Wahiddiyah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur, tarekat Syahadatain di Jawa Tengah, dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode. Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf. Ia bisa juga berarti sebuah pengorganisasian dari tasawuf.
Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima: 1. Mursyid (guru), 2. Baiat (janji setia), 3. Silsilah (hubungan antar guru), 4. Murid, dan 5. Ajaran.
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian kemunculan tarekat sendiri diawali dengan pengklasifikasian antara syariat, tahriqat, haqiqat, dan makrifat oleh para sufi. Barulah pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi muncul tarekat sebagai kelanjutan dari pemikiran kaum sufi tersebut. Sedangkan kehadiran tarekat di Indonesia sama tuanya dengan kehadiran Islam. Namun hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Dalam perkembangannya, tarekat-tarekat terpecah menjadi banyak sesuai guru dan keadaan lingkungan masing-masing. Ada 41 macam tarekat-tarekat yang dianggap sah, adapun yang berkembang di Indonesia antara lain:


1.      Tarekat Qadiriyah
2.      Tarekat Syadziliyah
3.      Tarekat Naqsyabandiyah
4.      Tarekat Khalwatiyah
5.      Tarekat Syattariyah
6.      Tarekat Sammaniyah
7.      Tarekat Tijaniyah


[1]. Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa, hlm. 47.
[2]. Ibid, hlm. 48.
[3]. H.A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah, hlm. 6.
[4]. Ibid.
[5]. Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 8.
[6]. Dalam bukunya Mustafa (2010: 280)
[7]. Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat, hlm. 36.
[8]. Ibid, hal 37.
[9]. Sri Mulyati, dkk, Op.Cit., hlm. 9-10.
[10]. Ahmad Najib Burhani, Op.Cit., hlm. 37.
[11]. Ibid.
[12]. Ahmad Najib Burhani, Op.Cit., hlm. 101.
[13]. Sri Mulyati, dkk, Op.Cit., hlm. 6.
[14]. Ibid, hlm. 6-7.
[15]. Menurut Huda (2008: 63)
[16]. Ibid.
[17]. Menurut Shihab (2009: 186)

DAFTAR PUSTAKA
              Anwar, Rosihan dan M. Solihin. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia          
              Atjeh, Aboebakar, 1985. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik). Solo: Ramadhani.
Burhani, Ahmad Najib, 2002. Tarekat tanpa Tarekat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.
Mulyati, Sri, dkk, 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Mustafa, Ahmad. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Said, H.A. Fuad, 2005. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Shihab, Alwi. 2009. Akar Tasawuf di Indonesia. Depok: Pustaka IMAN
Sila, Muh. Adlin, dkk, 2007. Sufi Perkotaan: Menguak Fenomena Spiritualitas di tengah Kehidupan Modern. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.
Thohir, Ajid, 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah.