Selasa, 04 Agustus 2015

Ada Seperti Tak Ada

Entah cuma aku atau semua orang merasakannya, iya merasakan ingin dianggap ada. Mulai dari dianggap ada di keluarga, di masyarakat atau mungkin meluas di dunia. 

Mungkin tanpa sadar banyak orang yang telah melakukan berbagai kegiatan agar bisa dianggap ada oleh dunia orang lain, bukan hanya dunianya sendiri. Salah satu yang sering dengan kegiatan cari sensasi kayanya, menurut kita yang normal dapat dianggap kegiatan yang diluar batas kewajaran, berani malu buktinya. Atau dengan kegiatan yang banyak dilakukan kebanyakan remaja sekarang, menjadi hitz. Yang semua tempat nongkrongnya di apdet, sebelum berangkat kemana juga outfitnya di apdet, yang katanya udah ngefollow ternyata belom, ya mungkin dengan begitu mereka merasa ada. Atau di dunia nyata, dengan masuk organisasi kalian berharap bisa dianggap ada, mungkin lewat ide-ide kalian yang bagus untuk organisasi, lewat bakat kalian yang bisa disalurkan dalam sebuah organisasi itu, namun tak jarang tetap saja gagal, karena lebih banyak yang telah dianggap ada oleh masyarakat lainnya sebelum mereka masuk ke dalam organisasi, contoh yang gagal? See me.

Gak ngerti sih apa yang salah, sepertinya lagi kurang bersyukur saat ini. Bisa masuk organisasi dan ngasah kerjasama disana aja, aku sudah termasuk yang dianggap ada, karena diluar sana itu masih ada (banyak) yang harus mencari cara bagaimana bila dia ingin dianggap ada.

Satu sisi, walaupun sudah ingat akan hal itu, rasa tak adil pun kadang muncul. Hal kecil mungkin menurut sebagian orang gak penting tapi buat ku itu penting. Karena, KALAU HAL KECIL AJA KALIAN DIANGGAP SEPERTI TAK ADA, BAGAIMANA BILA DIHADAPKAN DENGAN HAL BESAR? Think again.

Contoh ketidakadilan yang mungkin kalian rasakan, anggap kalian sibuk diluar kota namun sedang ada dalam keadaan pulang menuju rumah asal kalian karena libur yang diberikan oleh tempat rantau kalian, singkat cerita dalam keadaan jarak jauh pun kalian mengamati apa aja yang udah terjadi sama organisasi itu, ya dengan banyak aplikasi yang disediakan android kalian juga mengerti pastinya, salah satunya itu whatsapp, aplikasi itu buat chat dan menjadi chat grup pun bisa, but, tak semudah itu kalian dianggap ada, di grup itu lebih banyak orang yang sudah dikenal di dunia nyata sebelum menjadi orang dunia maya, jadi sama aja mengundang orang yang udah dianggap ada ke dalam sebuah grup chat.

Berbagai bahasan bermutu dibahas, sampai biasanya acara pun sebagai bagian dari sebuah ide menjadi bahasan yang dibahas dalam grup chat itu. Ratusan atau bahkan ribuan chat menumpuk. Dalam satu kesempatan ternyata membahas acara yang sebentar lagi akan dilaksanakan, entah kapan, karena emang gak ada tanggal yang dilontarkan dalam grup tersebut. Menunggu, no komen dan silent reader, itu aku, karena aku merasa kegiatan terakhir yang dilakukan organisasi aja aku diundang masa iya yang sekarang gak?

Kenyataannya, duh, kecewa. Ternyata beberapa teman ku apdet foto di dalam acara organisasi, lalu aku? Cuma bisa ngeliat hasil fotonya aja. Bisa ya gitu, iya lah bisa, karena aku ada seperti tak ada, aku selalu dianggap ada di kota rantauku tanpa ditanya terlebih dahulu aku sedang dimana.

Padahal dalam keaadaan libur itu, aku butuh kegiatan, terlalu bosan aku di rumah, terlalu sesak tanpa kegiatan yang bisa kubantu. Yaudah aku bisa apa, toh mungkin ini adanya aku yang ingin dianggap ada namun selalu gagal. Duh.

Lanjutnya, organisasi di rumah pun tak kalah seperti organisasi pertama. Singkat cerita, organisasi ini baru terbentuk dan biasa lah ingin buat grup chat, jadi satu grup chat di line. Tapi sayangnya, diundang masuk grup itu pun gak, entah cuma aku atau banyak yang lainnya di luar sana yang gak diundang. Terus kenapa aku bisa tau kalau organisasi itu punya grup chat? Hal mudah, itu karena temanku yang bisa dianggap tak sengaja cerita ketika kami sedang berkumpul.

Terserah lah dengan berbagai ketidakadilan bagiku, emang dasarnya aja kurang bersyukur. Entah usaha apa lagi yang harus dilakukan, aku terlalu muak berusaha agar dianggap ada namun terlalu sering dianggap seperti tak ada. Putus asa, mungkin pada akhirnya begitu.

Mungkin dengan tulisan ini kalian yang sering menyepelekan orang lain, coba rangkul orang sekitar kalian, karena buat kalian yang selalu dianggap ada kalian gak perlu susah berusaha mencari cara agar dianggap ada.

Dan terpenting dalam tulisan ini, aku cuma berharap kalian baca isinya sampai sini dan setelah dibaca mengerti lah kalian yang selalu dianggap ada, bahwa orang yang selalu dianggap seperti tak ada itu lah yang mungkin selalu menyemangati kalian.

Semoga kalian yang selalu dianggap seperti tak ada bisa menemukan cara agar kalian cepat dianggap ada dan menjadi selalu dianggap ada di dunia orang lain bukan hanya di dunia kalian sendiri.

Menulis lah seperti ini, jika kalian bingung cara apa yang ingin kalian lakukan agar bisa dianggap ada. Karena dengan begini, aku pun berharap aku dianggap ada. Menulis lah walau kadang tulisannya masih tak sesuai ejaan Indonesia yang benar, selamat mencoba untuk kalian yang selalu dianggap seperti tak ada, aku tau rasanya dianggap seperti tak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar