Sabtu, 27 Juni 2015

Curug Putri Kencana - Sentul, Bogor

Puasa? Bukan alesan buat males-malesan lah ya. Kalau emang bisa explore tempat seru dan siapa tau tempat itu hitz someday, kan gak nyesel kalau kalian pernah kesana sebelum orang lain kenal tempat itu. Nah kali ini Sarah cuma mau ceritain aja perjalanan ya dianggap gagal tapi tergantikan dengan keindahan yang lain. Awalnya ngeliat di instagram, path atau dp bbm temen yang explore Leuwi Hejo di daerah Sentul, berhubung penasaran coba search di google rutenya, oke gak asing karena sebelumnya Sarah pernah ke daerah situ buat foto buku tahunan SMA yang agak gagal singkatnya.

Karena penasaran itu, Sarah coba ajak siapa pun yang kira-kira mau dan bisa ngendarain motor, ya gini derita yang belom bisa ngendarain motor sendiri, jadi mau kemana-mana susah deh. Gagal ngajak siapa pun saat itu, sebelum puasa padahal ini juga ngajaknya tapi yaudah lah mungkin belum waktunya buat jalan-jalan. Singkat cerita nih awal puasa tuh kan, entah semangat banget buat sahur sampai gak kepengen buat tidur, yang biasanya abis shalat Subuh tidur ini gak. Tiba-tiba hp berdering gitu, lupa jam berapa, kira-kira setengah enam pagi lah. Ternyata kak Ria, kakak kelas di SMA yang entah kenapa jadi deket dan sering jalan-jalan bareng tapi belum pernah kalau naik gunung bareng, padahal dia anak gunung. Kita singkat lagi deh nih ceritanya, ya dengan endingnya kita siap-siap buat ke Leuwi Hejo itu.Yuhuuu. Horeee. Alhamdulillah.

Berhubung kita pernah ke Jungleland bareng jadi kita tau arah jalannya. Tapi pas ngikutin di rute dari google agak beda, oke kita ikutin rutenya. Dan...ngeselin ternyata arah rute dari google itu bisa nembus di Jungleland, anggap aja ini kena tipu. Next kita tetep ikutin rute dari google dan ternyata Sarah pernah ke arah situ pas nyasar waktu mau foto buku tahunan, ngeselin lagi kan tuh. Sampe di sebuah jembatan gitu deh, kita (ya Sarah sama kak Ria) mau foto-foto tadinya tapi tiba-tiba ada cowok negor gitu, dia ngajak ke curug yang katanya lebih bagus dari Leuwi Hejo dan lebih deket, dengan kepolosan kita ya kita percaya tuh, kita ikutin cowok itu yang kita kira awalnya bareng temennya mau ngelamar kerja bareng, gak taunya itu adenya dan mereka dateng dari Jakarta, lupa Jakarta mananya deh.

Sampai lah di tempat tujuan, bayar tiket masuk 10.000 per orang, parkir motor, bayar parkir motor 5.000 per motor, lanjut kenalan dengan kedua cowok tadi yang namanya Rezha dan Anjas baru lanjut jalan. Di papan sebelum parkir motor sih banyak nama leuwi gitu, tapi entah itu dimananya aja yang penting mah sampai ke lokasi itu juga bikin seneng. Singkat ceritanya lagi nih, iya kita (Sarah sama kak Ria) ditantang buat jalan ke curugnya ya dengan waktu kurang lebih sejam, kata Rezha. Kita oke oke aja, terusin jalan deh. Sampai di curugnya dan itu something, airnya yang lumayan deras dan jernih bikin betah, gak peduli akhirnya celana kita pun basah selutut. Nikmatin aja yakan siang-siang dalem air, kalau diterusin mau nyemplung seluruh badan sih ya mau mau aja, sayangnya lupa bawa baju ganti. Nyesel kan tuh. Kasian.

Buat yang suka main ke curug ini cocok loh buat refrensi kalian, kalau buat para pemula sih ya seenggaknya kalian gak lupa bawa baju ganti lah biar gak nyesel kaya Sarah. Cukup dulu segini ya ceritanya, nih dibawah Sarah kasih foto-foto biar bikin penasaran sama sekalian rutenya tapi yang dari arah rumah Sarah aja ya rutenya, ada sedikit copy juga dari google sih ini hahaha. Salam petualang!

RUTE MELALUI SENTUL CITY DAN BABAKAN MADANG.
Rute dari arah Bojonggede, menuju Pemda Cibinong, pertigaan lampu merah (depan Cibinong City Mall) belok ke kanan, ikutin jalan aja sampai nanti ada arah ke sirkuit sentul (lampu merah lagi, belok kiri, langsung aja gas, kan belok kiri langsung), gas lagi tuh sampai nanti kalian depan sirkuit sentul, setelah itu kalian belok kanan arah babakan madang, nah lurus aja dari situ ikutin jalan, pas masuk ke Sentul City setelah Giant ada jalan turun ke bawah menuju arah pertigaan Rainbow Hills Golf dan Polsek Babakan Madang, belok kiri ke arah Polsek tersebut, lurus aja ikutin jalan lagi sampai bertemu pertigaan yang ada petunjuk jalan Gunung Pancar dan Pasar Babakan Madang, kalian belok ke kanan arah Gunung Pancar, lurus terus ikutin jalan yang kurang stabil itu, kalau udah ada pertigaan lagi kalian ambil kiri ke arah Karang Tengah, karena kalau lurus itu ke arah Gunung Pancar, follow the way aja lah sampai nanti ada spanduk "Curug Putri Kencana". Posisi sebelah kanan jalan, harus hati-hati karena jalannya bikin kalian gak betah di kendaraan kalian sendiri, dahsyat lah, buktiin sendiri aja yaaa.

Nih tambahan, buat kalian yang ngerti jalan ke Jungleland, mending lewat dalam daerah Sentul City aja daripada ikutin jalan ke bawah setelah Giant, ngehemat waktu juga kayanya. Kalau udah sampai depan Jungleland, nah kalian ambil kanan tuh abis itu baru ikutin jalan aja sampai ketemu pertigaan Gunung pancar dan Karang Tengah. Ikutin aja rute kaya diatas deh dari pertigaan itu. Cukup kan? Kalau masih kurang ngerti, line aja Sarahnya (LineID: saraphaaan), insyaAllah dibantu ngasih tau jalannya kalau pas Sarah tau jalannya. Ya maklum, jarang ada yang ngajak jalan-jalan di Bogor abisnya, jadi suka gak tau jalan deh. Selamat menikmati indahnya alam Bogor!

Keliatan kan bahagianya tuh haha

Seger kan ya, dingin banget, bikin rileks nih

Ininih kak Ria, tetap bahagia setelah sejam jalan kaki dan panassss

yang jaket merah itu Rezha kakaknya, yang jaket arsenal itu Anjas adenya


Rabu, 17 Juni 2015

Isyana Saravati - Tetap Dalam Jiwa

Lirik Lagu Isyana Sarasvati - Tetap Dalam Jiwa

Tak pernah terbayang akan
Jadi seperti ini pada akhirnya
Semua waktu yang pernah kita
Lewati bersama nyata hilang dan sirna

Hitam putih berlalu, janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita, lewati tuk dapatkan
Semua jawaban ini

Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Memang tak mudah tapi ku tegar
Menjalani kosongnya hati
Buanglah mimpi kita yang pernah terjadi
Dan simpan tuk jadi history

Hitam putih berlalu, janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita, lewati tuk dapatkan
Semua jawaban ini

Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (Dunia kita berbeda)
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (Dunia kita berbedaaa~)
Tak bisa tuk teruskan (Ooo~)
Dunia kita berbeda (Berbedaaa~)
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (Ooo~)

Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Selasa, 02 Juni 2015

Ilmu Tasawuf: Sejarah dan Perkembangan Tarekat



ILMU TASAWUF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Tasawuf

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Puji Mayasari (1144040069)
Reva Nur Aprilia (1144040071)
Rifki Taufik Rahman (1144040073)
Sarah Azzahra (1144040079)
Shalma Rizky Amalia (1144040080)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke hadirat Rasulullah saw yang membimbing kita menuju jalan yang diridhoi oleh-Nya.
Terima kasih kepada dosen pengampu selaku pembimbing mata kuliah Ilmu Tasawuf yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Tarekat” ini. Dalam pembuatan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai Sejarah dan Perkembangan Tarekat. Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa/i Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Penulis juga mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca. Karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Bandung, 23 April 2015

Penyusun        
 

Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................            i
Daftar Isi         .......................................................................................................................           ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................................................           1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................................           1
C.     Tujuan Penulisan Makalah...............................................................................................           2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Tarekat...............................................................................................................           3
B.     Unsur-Unsur Terbentuknya Tarekat................................................................................           5
C.     Sejarah dan Perkembangan Tarekat.................................................................................           7
D.    Perkembangan Tarekat di Indonesia................................................................................           9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................................................         11
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Tarekat merupakan bagian dari ilmu tasawuf. Namun tak semua orang yang mempelajari tasawuf terlebih lagi belum mengenal tasawuf akan faham sepenuhnya tentang tarekat. Banyak orang yang memandang tarekat secara sekilas akan menganggapnya sebagai ajaran yang diadakan di luar Islam (bid’ah), padahal tarekat itu sendiri merupakan pelaksanaan dari peraturan-peraturan syari’at Islam yang sah. Namun perlu kehati-hatian  juga karena tidak sedikit tarekat-tarekat yang dikembangkan dan dicampuradukkan dengan ajaran-ajaran yang menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. Oleh sebab itu, perlu diketahui bahwa ada pengklasifikasian antara tarekat muktabarah (yang dianggap sah) dan ghairu muktabarah (yang tidak dianggap sah).
Memang seluk-beluk tarekat tidak bisa dijabarkan dengan mudah karena setiap tarekat-tarekat tersebut memiliki filsafat dan cara pelaksanaan amal ibadah masing-masing. Oleh karena itu, penulis berusaha menjelaskan tentang tarekat dalam makalah ini. Meskipun makalah ini tidak bisa memuat hal-hal yang berkaitan dengan tarekat secara menyeluruh, tapi paling tidak makalah ini cukup mampu untuk memperkenalkan kita pada terekat tersebut.
B.   Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari tarekat?
2.      Apa saja yang termasuk unsur-unsur terbentuknya tarekat?
3.      Bagaimana sejarah dan perkembangan tarekat?
4.      Bagaimana perkembangan tarekat di Indonesia?
C.   Tujuan Penulisan Makalah
1.      Agar mengetahui definisi dari tarekat.
2.      Agar mengetahui dan memahami unsur-unsur terbentuknya tarekat.
3.      Agar mengetahui sejarah dan perkembangan tarekat.
4.      Agar mengetahui perkembangan tarekat di Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Tarekat
Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode. Dalam terminologi sufistik, tarekat adalah jalan atau metode khusus untuk mencapai tujuan spiritual.[1]
Secara terminologis, menurut Mircea Aliade, kata thariqah digunakan dalam dunia tasawuf sebagai jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau, metode psikologis-moral dalam membimbing seseorang untuk mengenali Tuhannya. Sedangkan J.S. Trimingham menyatakan bahwa tarekat adalah “a practical method (other terms were madhhab, ri’ayah and suluk) to guide a seeker by tracing a way of thought, feeling and action, leading a succession of stages (maqamat, an integral association with psycological experience called ‘states,’ ahwal) to experience of Divine Reality (haqiqa)” –metode praktis (bentuk-bentuk lainnya, mazhab, ri’ayah dan suluk) untuk membimbing murid dengan menggunakan pikiran, perasaan dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan (maqamat, kesatuan yang utuh dari pengalaman jiwa yang disebut ‘states,’ ahwal) secara beruntun untuk merasakan hakikat Tuhan.”[2]




Adapun “tarekat” menurut istilah ulama Tasawuf:
1.      Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.
2.      Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu tujuan.[3]
Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut di atas, jelaslah bahwa tarekat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.[4]
Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan bahwa tarekat itu mensistematiskan ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya pembantu Syaikh (khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).[5]
Menurut Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy, tarekat adalah pengalaman syari’at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.[6]
Namun, dalam perkembangannya pengertian tarekat mengalami perluasan, tarekat bukan hanya suatu jalan yang dilalui oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi tarekat menjadi suatu organisasi yang melembaga dikalangan para pengikut tarekat tersebut. Tarekat yang sudah menjadi sesuatu yang lembaga dipimpin oleh seorang syekh yang mengajarkan tentang tata cara melakukan ibadah yang terdapat dalam tarekat tersebut. Pada intinya tarekat itu lebih terstruktur daripada tasawuf.
Apabila dihubungkan antara tasawuf dan tarekat, hubungan yang ada di dalamnya adalah tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tarekat merupakan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
B.   Unsur-Unsur Terbentuknya Tarekat
Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar terbentuknya sebuah tarekat. Kelima hal tersebut adalah:
1.      Mursyid
Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah terbuka tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau pir bertugas menemani dan membimbing para penempuh jalan spiritual untuk mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri sang guru. Guru spiritual itu kadang disebut dengan istilah thayr al-quds (burung suci) atau Khidir. Dalam tarekat, bimbingan guru yang telah mengalami perjalanan rohani secara pribadi dan mengetahui prosedur-prosedur setiap mikraj rohani adalah sangat penting.[7]
2.      Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya, bahwa ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru, tanpa “reserve”.[8]

3.      Silsilah
Silsilah tarekat adalah “nisbah”, hubungan guru terdahulu sambung-menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada sebab bimbingan keruhanian yang diambil dari guru-guru itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti tarekat itu terputus dan palsu, bukan warisan dari Nabi.[9]
4.      Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat) dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya, maka orang tersebut mudah tersesat.[10]
5.      Ajaran
Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan dalam sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki kekhasan ajaran dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama kepada murid-muridnya.[11]




C.   Sejarah dan Perkembangan Tarekat
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Atau, Nabi saw. memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil dan tahmid. Pada sahabat B, Muhammad memerintahkan untuk banyak membaca ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah itu disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan dengan faktor psikologis.[12]
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi, dilanjutkan mulai ada formulasi syariah. Abad kedua Hijriyah mulai muncul tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India, maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke-2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syariat, tahriqat, haqiqat, dan makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan batn (hati), haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatanNya. Orang yang telah sampai ke tingkat makrifat dinamakan wali. Kemampuan luar biasa yang dimilikinya disebut karamat atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinya hal-hal yang luar biasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup maupun sudah meninggal. Syaikh Abdul Qadir Jaelani (471-561/1078-1168) menurut pandangan sufi adalah wali tertinggi disebut quthub al-auliya (wali quthub).[13]
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atau ribath.[14]
Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada awalnya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam. Dari sinilah terbentuk suatu tarekat, dalam pengertian “jalan menuju tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat. Pada tahap ini, tarekat dimaknai sebagai “organisasi sejumlah orang yang berusaha mengikuti kehidupan tasawuf”.
Dengan demikian, di dunia islam dikenal beberapa tarekat besar, seperti Tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, Tijaniyah, Idrisiyah, dan Rifaiyah.[15]
Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair mu’tabarah). Penjelasan dari keduanya yaitu: “Suatu tarekat dianggap sah (mu’tabarah) jika memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (ghair al-mu’tabarah).”[16]
D.   Perkembangan Tarekat di Indonesia
Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia, sama tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di kawasan ini. Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Hal itu dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem komunikasi dalam kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langung oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India. Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas Muslim pertama di Indonesia.
Adapun murid-murid yang mengajarkan tarekat setelah berguru di mekkah mereka adalah:
1.      Fansuri, adalah syaikh tarekat Qadiriyah
2.      Al-Raniri adalah syaikh tarekat Riffaiyah
3.      Abdul Al-Rouf Sinkel adalah syaikh tarekat Syattariyah
4.      Al-Palimbani adalah syaikh tarekat Sammaniyah. Bahkan yang disebut terakhir mengarang buku khusus yang menjelaskan kaidah dan syarat-syarat untuk menjadi pengikut Sammaniyah. Mereka merupakan syaikh yang memperkenalkan tarekat-tarekat tersebut di Indonesia.[17]
Di antara tarekat-tarekat yang umumnya memperoleh simpati dan banyak pendukungnya di Indonesia adalah tarekat Khalwatiyah, Syatariyah, Qadiriyah, dan ‘Alawiyah. Khalwatiyah kebanyakan pengikutnya berasal dari Sulawesi Selatan, tarekat Syatariyah kebanyakan muridnya dari Sumatera Selatan, kemudian tarekat Qadiriyah banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, sementara itu tarekat ‘Alawiyah tersebar di Indonesia melalui keturunan ‘Alawiyyin dan murid-muridnya.
Di samping itu, terdapat pula tarekat Naqsabandiyah yang merupakan tarekat terbesar di Indonesia, Syadziliyah, Rifa’iyah, Idrisiyah, Sanusiyah, Tijaniyah, dan Aidrusiyah.
Petunjuk tentang penyebaran dan diterimanya tarekat-tarekat ini oleh masyarakat  Indonesia adalah bahwa kebanyakan ulama yang kembali dari Hijaz menganut tarekat tersebut dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh sebab itu, bentuk tarekat di Indonesia, seperti halnya di negeri muslim, tidak lain merupakan kesinambungan dari tasawuf suni Al-Ghazali.
Selanjutnya, ada pula tarekat-tarekat yang bersifat lokal dalam arti tidak berafeliasi kepada salah satu tarekat populer di negeri lain, seperti tarekat Wahiddiyah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur, tarekat Syahadatain di Jawa Tengah, dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode. Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf. Ia bisa juga berarti sebuah pengorganisasian dari tasawuf.
Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima: 1. Mursyid (guru), 2. Baiat (janji setia), 3. Silsilah (hubungan antar guru), 4. Murid, dan 5. Ajaran.
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian kemunculan tarekat sendiri diawali dengan pengklasifikasian antara syariat, tahriqat, haqiqat, dan makrifat oleh para sufi. Barulah pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi muncul tarekat sebagai kelanjutan dari pemikiran kaum sufi tersebut. Sedangkan kehadiran tarekat di Indonesia sama tuanya dengan kehadiran Islam. Namun hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Dalam perkembangannya, tarekat-tarekat terpecah menjadi banyak sesuai guru dan keadaan lingkungan masing-masing. Ada 41 macam tarekat-tarekat yang dianggap sah, adapun yang berkembang di Indonesia antara lain:


1.      Tarekat Qadiriyah
2.      Tarekat Syadziliyah
3.      Tarekat Naqsyabandiyah
4.      Tarekat Khalwatiyah
5.      Tarekat Syattariyah
6.      Tarekat Sammaniyah
7.      Tarekat Tijaniyah


[1]. Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa, hlm. 47.
[2]. Ibid, hlm. 48.
[3]. H.A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah, hlm. 6.
[4]. Ibid.
[5]. Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 8.
[6]. Dalam bukunya Mustafa (2010: 280)
[7]. Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat, hlm. 36.
[8]. Ibid, hal 37.
[9]. Sri Mulyati, dkk, Op.Cit., hlm. 9-10.
[10]. Ahmad Najib Burhani, Op.Cit., hlm. 37.
[11]. Ibid.
[12]. Ahmad Najib Burhani, Op.Cit., hlm. 101.
[13]. Sri Mulyati, dkk, Op.Cit., hlm. 6.
[14]. Ibid, hlm. 6-7.
[15]. Menurut Huda (2008: 63)
[16]. Ibid.
[17]. Menurut Shihab (2009: 186)

DAFTAR PUSTAKA
              Anwar, Rosihan dan M. Solihin. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia          
              Atjeh, Aboebakar, 1985. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik). Solo: Ramadhani.
Burhani, Ahmad Najib, 2002. Tarekat tanpa Tarekat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.
Mulyati, Sri, dkk, 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Mustafa, Ahmad. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Said, H.A. Fuad, 2005. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Shihab, Alwi. 2009. Akar Tasawuf di Indonesia. Depok: Pustaka IMAN
Sila, Muh. Adlin, dkk, 2007. Sufi Perkotaan: Menguak Fenomena Spiritualitas di tengah Kehidupan Modern. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.
Thohir, Ajid, 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah.