Kamis, 23 Juni 2016

Ah Sudah Biasa, Katanya - (Cerpen part II)

Slow respon atau respon yang terkesan santai, begitu yang Eraz lakukan kepada Wati dan Oka. Bukan tanpa alasan, Eraz sudah mengira kalau kejadian seperti itu; dihantui oleh Wati dan Oka, akan hadir di hari liburnya.

Lalu, mengapa bisa dihantui? Singkat ceritanya, Eraz satu kelompok dengan Wati dan Oka dalam tugas akhir mata kuliah Sosiologi Pembangunan. Tugasnya sama seperti kelompok yang lain, melakukan observasi di tingkat kecamatan yang ada di kota Jakarta mengenai dampak pembangunan yang ada di kecamatan tersebut. Masing-masing kelompok sudah dibagi di tiap kecamatan berbeda.

Eraz, Wati dan Oka mengobservasi Kecamatan Pancoran untuk kelompok empat. Waktu yang diberikan untuk observasi cukup lama, tujuh minggu. Minggu pertama dan kedua, anggota kelompok empat masih diam tak bergeming dengan tugas observasi. Minggu ketiga, anggota kelompok lain mulai ada yang observasi tetapi tidak dengan kelompok empat. Kelompok empat masih tetap diam tidak ada anggota kelompok yang mulai untuk observasi.

Masuk minggu keempat.

"Ka, mau kapan observasi?" tanya Eraz ketika Oka tiba di pintu masuk ruang kuliah ingin mengantar Wati pulang ke rumahnya karena sakit.

"Yaudah nanti abis jam kuliah, tunggu aku di kantin"

Eraz tidak menjawab. Sepulang jam kuliah Eraz langsung ke kantin mencari Oka.

"Raz, ayo!" panggil Oka.

Observasi pertama, belum menghasilkan apa-apa. Minggu selanjutnya, Wati masih sakit. Eraz kembali mengajak Oka untuk observasi.
-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar