Minggu, 01 Januari 2017

Andai Bisa Ditertawakan Saja

Lagi, jiwaku tak dipersiapkan untuk kalah. Meskipun aku juga tau jiwaku masih tak pantas untuk juara. Mungkin seperti itu tau diri yang kadang menjadi lupa diri.

Kesekian kalinya kecewa, dikecewakan dan mengecewakan yang diperbuat oleh diri sendiri. Bodoh? Ya tentu, sebut saja aku si bodoh.

Pencarian eksistensi untuk jiwaku, aku rasa cukup. Mungkin untuk sementara, atau bisa juga untuk selamanya. Oh begini kah jiwa yang terluka atas belatinya sendiri?

Putus asa. Tak ada lagi resah untuk sastra. Tak ada lagi harap untuk juara. Ya seperti ini malam ini, lebih gulita dari hari-hari yang telah aku lalui dengan asa, resah, dan harap dalam doa.

Satu persembahan isi hati, tanpa diksi yang mengikatnya menjadi puisi. Berikut satu persembahan maaf atas segala hina diri ini, bahwa tanpa bukti untuk apa jiwaku meneruskan berdedikasi untuk semua karya sebagai wujud eksistensi diri?

Diiringi lagu Lady Gaga, Million Reasons, rujukan salah satu orang terdekatku, kini jiwaku bersembunyi. Begitu juga salah satu bagian lirik lagu tersebut yang mampu menjelaskan keadaan jiwaku malam ini.

"I bow down to pray, I try to make the worst seem better. Lord, show me the way . . ."

Lalu dengan lagu terakhir yang mengiringi tulisan ini agar cepat selesai. Yakni lagu James Arthur, Say You Won't Let Go. Bahwa dengan lagu tersebut jiwaku mengiyakan berharap lebih tinggi ada yang mampu mendampingi ketika jiwaku berada di titik jenuh kesendirianku disertai rasa kecewa karena si bodoh.

Andai saja diizinkan, jiwaku ingin menertawakan si bodoh. Menertawakan segala keputusasannya yang membuatnya menjadi tau diri. Menertawakan tamparan dari belatinya yang kini sudah membangunkannya dari mimpi-mimpinya tentang gelar juara yang tak pernah ada di segala arah hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar