Karena ini, sekedar penyampaian isi hati
Tanpa ingin melukai siapa pun diantara kami
Maka aku harap, tak ada hati yang mengikuti
Pikiran aku kacau
Kemarin malam pun meracau
Memikirkan tentang kami
Dan segala kisah bertalikan persahabatan
Teringat ucapnya tempo hari
Antusiasmenya melebihi perjuangan akademisi
Namun ketika perbincangan itu datang kembali, dia pun kembali;
Menjauhi lubang berisi segala komitmen penuh janji
Aku tak bisa, ungkapnya
Apa alasanmu, tanyaku
Kudengarkan baik-baik, keluh dan kesahnya
Kusimpulkan, ini ulah penjajah hatinya
Penjajah itu berkata padanya
Untuk apa, untuk apa, untuk apa
Mengulang pertanyaan yang sama
Hingga dia merasa tak ada guna meninggalkan zona nyamannya
Penjajah hati itu kini sudah menjadi penjajah diri, menurutku
Memaksanya untuk tetap berjalan
Tanpa memperbolehkannya berlari;
Berlari kemudian melompat lebih tinggi untuk menggenggam prestasi non akademik
Sayang, ingin hati kini tinggal angan
Mungkin sekali ada perbedaan, tetap saja kami berbeda
Aku dengan diriku
Dia dengan dirinya dan tentu, ada penjajah hatinya
Coba pahami oleh kamu, penikmat kata
Salah kah, jika perjuangan aku lanjutkan?
Melepaskannya diantara kami,
Yang siap berdedikasi untuk berevolusi
Tidak, aku tidak melepaskan tali yang sudah terikat
Aku hanya melepaskan apa yang menahanku untuk siap gerak ditempat
Karena kebersamaan kami, tetap tanggungjawab kami
Sedangkan dedikasi berevolusi, biarlah menjadi tanggungjawabku seorang diri
Bogor
24 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar